Posted by : Sara Amijaya Tuesday 26 March 2013



Bersuamikan pria asli Palembang, membuatku mau tak mau mulai menyukai cita rasa masakan Sumatra. Dan pada akhirnya sedikit demi sedikit mulai bisa memasak beberapa ragam kuliner Sumatra. Salah satu kuliner yang sangat disukai suamiku meski bukan kuliner asli Palembang adalah rendang padang. Untuk kuliner satu ini jangan ditanya, sejak mencicipinya kali pertama akupun sudah jatuh cinta pada cita rasanya.
gambar dari sini
Syukurnya ada seorang tetangga yang bersedia mengajariku cara membuatnya. Tetanggaku ini asli dari Padang, aku memanggilnya uni Vivi. Menurut uni Vivi rendang itu bukanlah nama masakan, melainkan sebutan untuk proses memasaknya. Memasak dengan mengaduk terus-menerus. Berkat ajaran uni vivi, aku berhasil membuat rendang dengan cita rasa pas seperti rendang padang pada umumnya. Jangan tanya betapa doyan suami dan anak-anakku.

Saat ini aku tengah mengandung anak ke tiga kami. Kebetulan sekali sejak 2 tahun lalu kami bermukim di Kalimantan, sebuah daerah kecamatan. Dan jangan tanya betapa aku merindukan masakan  Sumatra. Pada kondisi biasa aku tentu sudah membuatnya sendiri, tapi pada saat hamil aku tak tahan mencium bau rempah-rempah yang biasa memang menyengat pada setiap masakan tradisional Sumatra. Dan bisa diduga kuliner yang begitu kuinginkan tak lain tak bukan adalah Rendang padang

Memenuhi keinginanku tersebut, mau tak mau suamiku berkeliling di kota kami yang kecil mencari rumah makan bertajuk padang dan membawa pulang beberapa potong rendang. Hmmmm…..aku menghargai usahanya, tapi please deh rendang yang dibawa suamiku itu betul-betul tidak berasa rendang, rasanya manis dan gurih. “Ini sih seperti malbi” protesku sambil cemberut. 

Suamiku menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal dan kembali membeli rendang di rumah makan bertajuk padang yang lain. Tapi, sama saja rasanya sungguh jauh berbeda dari rendang padang yang asli. “Ternyata rasa rendang itu semakin bergeser mengikuti jauhnya jarak dari tempat aslinya ya…” aku pasrah dan melupakan keinginanku akan rendang padang.

Saat suamiku pulang dari dinasnya di Jakarta, ia membawakanku rendang kemasan.
 “Coba ini deh dek, kata temen-temen rasanya padang banget deh” suamiku berpromosi. Tapi melihat rendang itu dalam bentuk kemasan, sesungguhnya aku sudah apatis duluan. Apa iya rendang kemasan ini bakalan enak. Dengan ogah-ogahan akhirnya aku membuka kemasan rendang tersebut. Kemasannya terdiri dari dua bagian, alumunium foil dan plastik.
“Jangan khawatir dek, kemasan yang seperti itu menjamin kehigenisannya kok, trus kamu taukan rendang itu emang awet jadi gak perlu pengawet lagi”
“Mang ini beneran bisa langsung dimakan?” aku benar-benar apatis.
“Ya udahlah, diangetin dulu kalu kamu was-was banget”
Maka jadilah aku memilih untuk menghangatkannya terlebih dulu, and then……. Harus kuakui rasanya emang yummy dan padang banget dehJ.
“Di Palembang ada gak?” tanyaku pada suamiku
“Rasanya ada, mang kenapa?” tanyanya lagi
“Minta kirimin dong dari sana” aku tersenyum maniiiiis banget.
gambar dari sini
Sementara suamiku hanya tertawa dan mulai mengangkat selulernya untuk menghubungi saudaranya di Palembang. “Jangan lupa ya harus yang merk Restu Mande” bisikku lagi.
 Aku gak tau ada berapa banyak merk rendang kemasan di luar sana. Tapi aku terlanjur jatuh cinta dengan cita rasa dari Restu Mande, dan aku bukan tipe  orang yang suka mencoba-coba sesuatu yang tak pasti. Jadi kalau ada yang pasti kenapa harus coba-coba……J.

- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -