Kemarin hari aku menyimak sebuah diskusi dari syndrom pra pernikahan, konflik rumah tangga, hingga perceraian.
Mau tak mau membuatku berpikir ulang dan merenung cukup lama.
Tahun ini, tahun ke-7 pernikahan kami. Bukan waktu
yang lama tapi juga tidak bisa dibilang singkat. Hanya saja aku merasa seperti
baru kemaren pernikahan itu berlangsung. Karena setiap hari-hari yang terlalui
adalah proses pembelajaran dan pengenalan tanpa henti.
Bagiku,
menikah jelas butuh keberanian. Berani untuk mencintai orang lain dan hal-hal
diluar diri kita sendiri. Berani untuk menemui dan menerima kekurangan dan
kelebihan pasangan kita. Berani mengerahkan segenap usaha dan kemauan kita
untuk terus mempertahankan pernikahan tersebut.
Berani berkomitmen.
Selama
kita punya keberanian tersebut, kita tak memerlukan waktu lama untuk menentukan
right person dan right time dan kemudian memutuskan
menikah.Hmmm...aku tidak bermaksud menggampangkan soal pernikahan ini loh.... Jelas, aku tidak menyetujui jika
seseorang menikahi sembarang orang yang ditemuinya dijalan.
Yang ingin kutekankan adalah, pernikahan macam apapun
dan siapapun jelas memiliki konfliknya masing-masing. Entah ditahun pertama,
tahun kelima, tahun ke sepuluh, ke tiga lima, ataupun ketika usia sepuh menyapa.
Dan komitmen awallah yang akan menentukan akhir sebuah bahtera pernikahan.
Selamat hingga akhir, atau karam dalam perjalanan, dan semoga bukannya tak jadi
berlayar^_^.
Semalam aku membagi kisah dengan suamiku “Bang kata
temanku, pria usia 35 itu usia rawan loh, soalnya masa puber kedua. Trus usia
pra dan pasca pensiun ya 50an ke atas itu lebih rawan lagi loh…..”
Suamiku menatap dengan cengiran super duper jail “hati-hati
loh dek, 2 tahun lagi abang dah 35…..ho…ho…ho”
Jiaaa….bikin cemberut aja. Aku kehabisan kata deh,
maksud hati pengen diskusi serius. Lah jawabannya malah bikin speechless.
“Kenapa sih harus mikir masa dua tahun atau bahkan
berpuluh-puluh tahun kedepan. Bikin susah hati. Umur kita nyampe besok apa
nggak aja kan belum pasti. Jadi nikmati aja saat ini, saat kita punya cinta,
saat kita punya komitmen, saat kita mensyukuri dan menikmati kebersamaan kita".
Nah kalu lanjutannya udah begitu, diskusi selesai
dong. Dan kupikir lagi pikiran suamiku yang simple dan mensyukuri setiap detik
kebersamaan kami itulah yang membuatku selalu merasa baru saja menikah
dengannya kemarin hari bukannya sudah bertahun-tahun lalu ^-^.
Ya bagaimanapun menikah itu menikmati kebersamaan
bukannya memusingkan hari esok yang sama sekali belum pasti. So, just enjoy your wedding deh......^_^