Search This Blog

Powered by Blogger.

Archive for January 2014

Anak-anakku dan IT

Membaca sebuah artikel bertajuk Manfaat belajar IT sejak dini di blog cak cholik entah kenapa membuatku menoleh sejenak. Menatap anak-anakku yang saat ini dengan ribut berlarian, menggali tanah, mengejar capung, dan entah mengorek-ngorek apalah di luar sana. 

Jadi ingat beberapa tahun lalu ketika si sulung masih berusia 4 tahun, aku berusaha keras untuk menjauhkannya dari beragam permainan di dunia virtual. Menariknya ke dunia luar itu tak semudah ketika memperkenalkannya pada teknologi tersebut  di usianya yang baru 2 tahun.

Begitulah selalu, jika mengaitkan anak-anak kita dan kemajuan teknologi rasanya seperti di hadapkan pada pisau bermata dua.

Seringkali kita menyaksikan para orang tua yang dengan bangga berkisah bahwa anaknya yang baru berusia sekian-sekian sudah menguasai ini itu berkaitan dengan IT. Dan sepertinya  menjadi trend saat ini, anak-anak usia dini sudah perlu diperkenalkan pada teknologi IT.

Menjadi langka melihat anak-anak yang berlarian dengan riang di lapangan, memanjat pohon, bermain petak umpet, ular naga, dan beragam permainan outdoor nan sosial itu.

Sebagai gantinya lihatlah disudut-sudut kamar, anak-anak sibuk dengan beragam gadget canggih. Sendirian, dan terasing dengan dunia sosial sebayanya.



Anak-anak yang terbiasa memegang teknologi canggih bahkan di usia pra sekolahnya, memiliki kecenderungan anti sosial dalam prilaku kesehariannya. mengajaknya bergaul dan bersosialisasi dengan masyarakat seperti menarik paksa seekor ulat dari kepompongnya. Alih-alih menjadi kupu-kupu cantik si ulat mungkin saja tak menjadi apa-apa.

Maka aku sependapat sekali dengan artikel Manfaat belajar IT sejak dini-nya padhe cholik:
"Belajar IT sejak dini memang bermanfaat bagi anak-anak agar mereka sudah “melek IT” sejak kecil. Tentu saja orangtua sudah harus mengarahkan agar anak-anak dapat mengambil sebesar-besar manfaat dari IT untuk kepentingan pendidikannya. Jangan sampai kesenangan dan kecanduan terhadap IT malahan mengganggu belajarnya dan perkembangan jiwanya".

Hal yang sering kali dilalaikan para orang tua dewasa ini justru bagian terpenting setelah memperkenalkan dan memfasilitasi anak-anak mereka dengan beragam teknologi canggih tersebut. Ya, orang tua kadang lalai dalam mendampingi dan mengarahkan anak-anak  mereka ketika bermain-main dengan teknologi bermata dua tersebut.

Aku pribadi, saat ini memiliki 2 putri usia sekolah. Aku pun selayaknya orang tua di zaman kekinian, memfasilitasi mereka dengan beragam teknologi IT. Namun, membatasi dan menemani mereka ketika menggunakan fasilitas tersebut adalah caraku untuk membentengi mereka dari hal-hal yang bisa mengganggu belajar dan perkembangan jiwanya.

Pada kesehariaanya, aku lebih membebaskan mereka bermain di halaman bersama-sama dengan para sepupu yang memang tinggal berdekatan. Tumbuh menjadi anak yang cerdas dan peka terhadap lingkungan adalah salah satu harapan yang kupercayakan di pundak anak-anakku.


giveaway 2 hari

Finally, i found you...




“Yaa...kok ditolak sih?” protes itu terlontar dari teman kostku.
Seperti biasa aku hanya cengengesan gak jelas dan menjawab santai  “Habis, dia minta aku jadi pacarnya sih. Kan aku kaga nyari pacar tapi nyari suami...” kalimatku itu menuai cibiran dari bibir temanku itu.

Beberapa kali mendengar alasan yang sama, rupanya ia masih menganggapku bercanda. Wajar sih usiaku masih belasan tahun kala itu. Tapi begitulah sejak memutuskan mengenakan jilbab, juga mempelajari islam dengan lebih baik aku memutuskan pacarku dari zaman putih abu-abu dan berazzam untuk serius menuntut ilmu dan tentu saja “hunting” suami ^_^. Misi yang sebenarnya kunyatakan terang-terangan tapi herannya tidak ada yang mempercayainya.

Pria yang saat ini membersamaiku pun kukenal dimasa-masa itu. Aku mengenalnya sejak semester 3, sementara  saat itu ia tengah menyusun skripsinya.

Dia salah satu petinggi di organisasi ektrakampus yang kuikuti.

Dia orang yang tersenyum dan mengucapkan selamat dengan tulus kala celana panjangku berganti rok dan akhirnya bertransformasi menajdi gamis lebar. 

Dia orang yang mendoakan agar aku istiqomah dengan jalan yang sudah kupilih. Meski tidak satu dua orang yang menyebutku sekedar berganti-ganti “casing”.

Dia pula orang yang dulu dengan iseng menjejeri langkahku dan menyanyikan potongan lagu yang syairnya ‘nggak banget’ itu.

Dia itu juga orang yang dulu dengan pedenya mengenalkan diri sebagai “Hua Ce lei”. Entah ada yang membocorkan bahwa aku mengidolakan aktor itu atau memang dia makhluk super pede yang berbakat cenayang *_^.

Dia adalah orang yang dengan santainya tertidur di tengah rapat suksesi yang hinggar bingar. Dan ketika bangun, herannya tetap nyambung dengan semua yang telah terjadi.

Dialah satu-satunya pria yang memberiku buku, sementara pria-pria lain memilih coklat, makanan, ataupun perhiasan. Mungkin hanya dia yang berhasil memindai kekutubukuanku yang sebenarnya super akut.

Dia adalah pria angkuh yang kengkuhannya entah mengapa membuatku nyaman.


Dan dialah pria yang membuatku yakin untuk menerima pinangannya. Karena katanya:  “Menjawab iya atas pinanganku berarti menyetujui tiadanya kata putus, karena aku memintamu menjadi istriku bukan menjadi pacarku. Menjawab iya atas pinanganku berarti siap berkomitmen atas sebuah perjanjian yang kuat, yang tatkala kita mengikrarkannya maka Arsy Allah pun berguncang. Menerima pinanganku berarti siap untuk menjadi istriku di dunia dan akhirat, insyaallah”

Dan bagiku sendiri menjawab iya atas pinangannya bukanlah sebuah pilihan,  melainkan  hasil istikharah panjang yang kulakoni.
 

Ya, dialah orang yang pada akhirnya membuatku mengatakan dengan riang : "Alhamdulillah, Finally i found you... "

 Dan begitulah, pilihan yang ketika memilihnya menyertakan Allah dalam prosesnya insyaallah dalam perjalannya akan tetap dibersamai oleh-Nya.

 "tulisan ini disertakan dalam Giveaway Novel Perjanjian yang Kuat"

To My Beloved Husband....




Mmm….gak terasa hampir 8  tahun engkau sudah membersamaiku.
Menyediakan dadamu saat aku ingin menangis, memperdengarkan tawamu saat aku butuh dihibur, bahkan merelakan waktumu untuk menemaniku.


8 tahun ini menyenangkan, sungguh.
 Melihat tawamu, melihat kesalmu, melihat cemburumu, juga melihat kesedihan yang dulu kukira tak akan pernah berkawan dengan makhluk setegar dirimu.

8 tahun ini penuh proses pembelajaran.
 Aku semakin mengenalmu, dan engkaupun semakin mengenalku.
Engkau yang terkesan cool ternyata makhluk paling jail yang pernah kutemui.
Aku yang kau nilai kalem, ternyata hanyalah makhluk paling bawel yang tetap menggemaskan dihatimu (harapku…^_^).

Kita telah melalui hari-hari ini dengan saling membagi kebahagiaan dan kesedihan.
Juga membagi hal-hal konyol yang di setap jedanya membuat kita saling menertawai satu sama lain.

8 tahun ini juga penuh rekonsiliasi.
 Cara kita tumbuh kembang memang berbeda. 
Budaya yang membesarkan kita juga jelas berbeda. 
Berbaur dengan keluargaku, pasti sesuatu yang berat untukmu.
Terima kasih karena bersedia menundukkan egomu untuk tetap menyayangi keluargaku. 
 Pun untukku, ketika terlibat dengan orang tua luar biasa yang sudah membesarkanmu.
Terima kasih untuk selalu membela dan memahami kesulitanku.

8 tahun ini masih pekat oleh cinta. 
 Cintaku padamu,
 Cintamu padaku,
 Dan cinta kita pada Dia yang memberi kita cinta.

Demikianlah harapku, hingga jauh ke depan nanti.
Tahun-tahun bisa saja berganti, ujian cobaan boleh saja menerpa,
tapi diujung semuanya aku masih selalu berharap menemukan cinta di hatiku dan hatimu senantiasa utuh, 
seutuh saat kita memulai perjalanan ini ketika ikrar ijab qabul terlantun.

8 tahun ini aku masih terus berdoa.
Berdoa untuk kita
Semoga jodoh kita tak hanya berakhir di dunia
Tapi hingga kelak, dalam kebersamaan abadi di surga...

Sudut hatiku, 15 januari 2014







- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -