Search This Blog

Powered by Blogger.

Archive for March 2014

Galaunya anak-anak

Sebenarnya geli, ketika menyadari bahwa putri sulungku bisa pula merasakan galau. Galau khas anak-anak. Membuatnya uring-uringan dan sibuk bolak-balik bertanya ini itu seputar kegalauannya, terkadang pula menangis sedih gak jelas.
 Beberapa kegalauannya masih teringat dengan jelas.
  • Ketika lulus dari RA dan terpaksa pisah sekolah dengan teman-temannya.
"Ntar kalau Amma kangen teman-teman bagaimana?"
"Ntar kalau di sekolah baru Amma gak punya teman bagaimana?"
*Sepulang wisuda ia pun sukses menangis tersedu-sedu, sambil mengabsen nama kawan-kawannya dalam sedu sedannya itu.
 
Amma dan teman-teman RA
Tag : ,

Ummi tidak membutuhkan nilai 100-mu, sayang...




Sebagai ibu 3 orang anak, aku sangat menyadari masa kanak-kanak adalah masa bermain. Bagi kanak-kanak permainan merupakan pekerjaan serius. Karenanya sebisa mungkin aku mendidik mereka dengan permainan yang menyenangkaan. Maka aku mengajarkan mereka tentang kewajiban dengan kesenangan bermain sebagai salah satu reward.

Saat ujian tengah semester kemaren, di hari pertama aku menungguinya belajar. Melarangnya menonton TV, juga mengambil ipad-nya. Saat itu ia hanya diam dan masih bersemangat belajar. Di hari kedua, ia memasang wajah perang. Menolak belajar sama sekali. “Capeeek tau, apa-apa harus ada syaratnya. Gak boleh main keluar, ipad juga diambil, mau nonton aja harus pake belajar dulu” akhirnya keluhan itu keluar juga.

Tag : ,

Kenapa harus menjulurkan lidah saat periksa?




Ternyata benar punya anak yang terus bertumbuh itu menuntut kerja keras orang tua untuk semakin giat belajar.

Gara-gara sakit dan harus diperiksa dokter, Amma tiba-tiba bertanya “Mi, kenapa sih harus menjulurkan lidah saat periksa?”

Hangatnya persaudaraan

Putri sulungku Amma (7y) dan adiknya Ofi (3,8y) adalah dua anugerah yang tak ternilai bagiku. Jarak kelahiran keduanya yang tak terlalu dekat dan juga tak terlalu jauh tampaknya membuat keduanya bisa saling menerima dan menyayangi sebagaimana mestinya.

Meski terkadang berebut mainan, dan saling pamer mencari perhatian ummi abinya. Keduanya dengan cepat kembali berbaikan dan saling memeluk. Adalah hal menyebalkan ketika aku masih asyik menasehatinya (dengan sedikit mengomel tentu) agar tidak bertengkar melulu, mereka berdua sudah kembali cekikikan dan menyia-nyiakan tenagaku untuk mengomel.

Lepas dari "hobby" mereka membuat kepalaku sedikit nyut-nyutan keduanya sungguh-sungguh bidadari manis berhati emas.

    
Ofi mah tetep sok manis ^_^

Tag : ,

Ketika anak yang menjadi korban

Anak perempuan itu mengenakan baju tidur. Rambut sebahunya tampak belum tersisir rapi. Kemungkinan besar dia bahkan belum mandi. Tangan kecilnya menarik baju seorang wanita pekerja loundry "tante.....mana bapakku?" tanyanya polos.

Wanita pekerja loundry tersebut, terang saja terkaget-kaget. "Bapakmu siapa dik?." Ia bertanya sambil melirik ke kanan dan kiri. Tak ada siapa-siapa sejauh matanya memandang. Setelah wawancara singkat yang seringnya dijawab dengan anggukan atau gelengan dari sang anak yang mengaku bernama Aulia itu, akhirnya wanita pekerja loundry itu memutuskan menelpon kami.

- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -