Search This Blog

Powered by Blogger.

Archive for April 2016

SC vs persalinan Normal, mari saling menghargai!

Jagat fesbuk lagi ramai ternyata.  Kali ini urusannya menyoal "Melahirkan SC VS Melahirkan normal dengan bantuan Ruqyah". Oh My...


Jika bersandar pada pemahamanku yang masih apalah-apalah ini, seharusnya nggak perlu ramai nyetatus saling sindir-sindiranlah. Masing-masing punya sandaran ilmu. 



Jadi adalah status yang memuat kata-kata "Sombongnya dunia medis", dimana hal ini ternyata menyakiti hati lembut para ibu-ibu. Saya pribadi tipe yang nggak tahan sakit. Jadi kalau sakit pasti ikhtiar dengan berobat, medis iya, ruqyah syar'iyah iya. Saya melahirkan ketiga-tiganya melalui persalinan normal meskipun dengan induksi.


Anyway soal rasa sakit, ingat dong hadist Rasulullah shalallahu alaihi' wassallam :


Tidaklah seseorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya”. (HR. Bukhari no. 5641).



Jadi yang memutuskan menolak obat dalam hal ini bantuan medis, ya sah-sah saja sih menurutku. Insyaallah setiap sakit dan ketakutan mereka menjadi penggugur dosa. Termasuk kasus bapak ini yang menolak medis dan memilih tawakal disertai ikhtiar dengan cara-cara non medis. Masyaallah...ini luar biasa loh. Saya pribadi sih jujur saja sepertinya belum sanggup. Saya juga setuju jika ada yang bilang tawakal seseorang itu berbanding lurus dengan kadar keimanannya. Hanya saja kalimat yang dipilihnya terkesan kurang bijak dan tidak menghargai pilihan orang lain. Padahal bisa jadi sih maksud beliau tidak begitu ya...mari husnudzon sajalah yaa....

Soal berobat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memaparkannya dalam beberapa hadist, di antaranya:

1. Dari Jabir bin ‘Abdullah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)
2. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Tidaklah Allah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula obatnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
3. Dari Usamah bin Syarik radhiallahu ‘anhu, bahwa beliau berkata:
Aku pernah berada di samping Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu datanglah serombongan Arab dusun. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat?” Beliau menjawab: “Iya, wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Mereka bertanya: “Penyakit apa itu?” Beliau menjawab: “Penyakit tua.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi, beliau berkata bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikhuna Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i menshahihkan hadits ini dalam kitabnya Al-Jami’ Ash-Shahih mimma Laisa fish Shahihain, 4/486)
4. Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula obatnya. Obat itu diketahui oleh orang yang bisa mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak bisa mengetahuinya.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, beliau menshahihkannya dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. Al-Bushiri menshahihkan hadits ini dalam Zawa`id-nya. Lihat takhrij Al-Arnauth atas Zadul Ma’ad, 4/12-13)
Dalam berobat, banyak cara yang bisa ditempuh asalkan tidak melanggar syariat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun para ulama berbeda pendapat tentang hukum berobat dan meninggalkannya. Tentunya perselisihan mereka berangkat dari perbedaan dalam memahami dalil-dalil yang ada dalam permasalahan ini. Terdapat tiga pendapat di kalangan para ulama dalam menentukan hukum berobat.
Pertama, menurut sebagian ulama bahwa berobat diperbolehkan, namun yang lebih utama tidak berobat. Ini merupakan madzhab yang masyhur dari Al-Imam Ahmad rahimahullahu.
Kedua, menurut sebagian ulama bahwa berobat adalah perkara yang disunnahkan. Ini merupakan pendapat para ulama pengikut madzhab Asy-Syafi’i rahimahullahu. Bahkan Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu dalam kitabnya Syarh Shahih Muslim menisbahkan pendapat ini kepada madzhab mayoritas para ulama terdahulu dan belakangan. Pendapat ini pula yang dipilih oleh Abul Muzhaffar. Beliau berkata: “Menurut madzhab Abu Hanifah, berobat adalah perkara yang sangat ditekankan. Hukumnya hampir mendekati wajib.”
Ketiga, menurut sebagian ulama bahwa berobat dan meninggalkannya sama saja, tidak ada yang lebih utama. Ini merupakan madzhab Al-Imam Malik rahimahullahu. Beliau berkata: “Berobat adalah perkara yang tidak mengapa. Demikian pula meninggalkannya.” (Lihat Fathul Majid, hal. 88-89)
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu memiliki metode yang cukup baik dalam mempertemukan beberapa pendapat di atas. Beliau merinci hukum berobat menjadi beberapa keadaan, sebagai berikut:
1. Bila diketahui atau diduga kuat bahwa berobat sangat bermanfaat dan meninggalkannya akan berakibat kebinasaan, maka hukumnya wajib.
2. Bila diduga kuat bahwa berobat sangat bermanfaat, namun meninggalkannya tidak berakibat kebinasaan yang pasti, maka melakukannya lebih utama.
3. Bila dengan berobat diperkirakan kadar kemungkinan antara kesembuhan dan kebinasaannya sama, maka meninggalkannya lebih utama agar dia tidak melemparkan dirinya dalam kehancuran tanpa disadari. (Lihat Asy-Syarhul Mumti’, 2/437)
Secara garis besar, berobat merupakan perkara yang disyariatkan selama tidak menggunakan sesuatu yang haram. Hal ini sebagaimana ditegaskan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya:

Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, demikian pula Allah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian dan janganlah berobat dengan yang haram.” (HR. Abu Dawud dari Abud Darda` radhiallahu ‘anhu)
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata:

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari obat yang buruk (haram).” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah. Asy-Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih Ibnu Majah, 2/255) [Lihat kitab Ahkam Ar-Ruqa wa At-Tama`im karya Dr. Fahd As-Suhaimi, hal. 21)

Nah, ya terkait Caesar, Dalam dunia medis operasi caesar adalah satu satu tehnik pegobatan, perlu diketahui bahwa operasi caesar jalan terakhir. Sebisa mungkin diusahakan melahirkan secara normal . Operasi caesar dilakukan hanya pada kondisi darurat atau pada keadaan tertentu. Indikasi melakukan operasi caesar cukup banyak dan ketat.
Sudah banyak ulama yang menfatwakan bolehnya operasi caesar dengan indikasi medis, dengan tujuan menyelamatkan jiwa ibu atau anaknya. Misalnya: bayi sangat besar di dalam, bayi sudah meninggal di dalam dan harus segera dikeluarkan, penyakit eklampsia, ketuban habis total dan lain-lainnya (dr. Raehanul Bahrean)
Jadi, ya...nggak perlu perang statuslah yaaa. Setelah ditilik-tilik lagi masalahnya itu ya cuman satu: ketika seseorang merasa pilihannyalah yang paling benar. Kalau sudah begitu ya sudahlah....

Cuman mau bilang apapun itu, it's a choice. Saling menghargai saja !!!!!

(Bila) Karena Dunia

💌 (Bila) Karena Dunia.

Sebenarnya..

Mengapa kita marah tatkala dicela, dizhalimi dan diperlakukan semisalnya..?

Karena apa..?

Kemuliaan di akhirat ataukah khawatir berkurang kehormatan di dunia..?

A. Akhirat Ada Balasan.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan,

Orang yang bangkrut dari umatku yaitu..

يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكاَةٍ

Orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan shalat, puasa, dan zakat..

وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا

Dan ia pun datang dengan dahulunya mencela, menuduh, memakan harta orang lain, menumpahkan darah, dan memukul orang..

فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِِ

"Maka diambil ganjaran kebaikan-kebaikannya dan dibagikan kepada si fulan dan si fulan (yang dizhalimi)..

فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّار

Jika ganjaran kebaikannya telah habis sebelum tuntas menebus perbuatan zhalimnya,

maka diambil kesalahan-kesalahan mereka (yang di zhalimi) lalu ditimpakan kepadanya..

lalu ia pun dilemparkan ke neraka..” [HR Muslim: 2581]

B. Saat Ghibah Mendera.

Tatakala seseorang menggunjing (ghibah) Imam Hasan Al-Bashri..

Beliau rahimahullah segera menemui orang tersebut dengan membawa sekeranjang kurma..

Seraya berkata:

بلغنى انك اهديت إلي من حسناتك فاحببت ان اكافئك

"Telah sampai (kabar) kepadaku bahwa engkau menghadiahkan banyak kebaikanmu untukku..

Karena itu, aku pun ingin membalasnya dengan kurma ini.."

Demikian pula beliau rahimahullah berucap:

" Selamat datang pahala, tanpa usaha, tanpa lelah, tiada riya' (ingin dilihat) dan tidak pula sum'ah (ingin didengar orang)..."

Jadi..

Bila kita dighibahi..

Mengapa pula harus benci..

Bukankah ada pahala menanti..

Tanpa harus marah-marah karena kepentingan dunia kita terhinakan..

Bisa ya...?

@sahabatilmu

Hitung Dosamu!

📟 Hitung Dosamu!

📝Ustadz DR Muhammad Arifin Badri, MA

Betapa sering anda menghitung uang,harta kekayaan, unit usaha dan jasa kebaikan anda.

Pernahkah anda berpikir, untuk apa Anda Menghitung semua itu?
Anda kawatir ada yang hilang, berkurang atau dicuri orang?

Perkenankan saya bertanya sekali lagi :

Pernahkah anda Menghitung dosa dan kesalahan anda?
Berapa banyak?
dan...
Sudahkah anda menyiapkan tebusannya?

Sobat !
Percayalah bahwa dosa dan kesalahan anda pasti akan anda pertanggungjawabkan.
Esok atau lusa, anda pasti mendapatkan balasan dan siksa atas seluruh dosa dan kesalahan, sebagaimana saat ini anda menikmati keberhasilan dan kekayaan anda.

Sobat!
Ketahuilah, bahwa orang bijak bukanlah orang yang pandai menghitung keberhasilan, harta kekayaan dan jasa kebaikannya.

Orang bijak adalah orang yang selalu menghitung dosa dan kesalahan lalu ia membenahinya dan beristighfar memohon ampunan kepada Allah Azza wa Jalla.

Dahulu sahabat Abdullah Bin Masud radhiallahu 'anhu berkata:

عدوا عليكم سيئاتكم فإني أضمن على الله ألا يضيع شيء من حسناتكم

Hitung dan ingatlah selalu dosa-dosa kalian, dan aku jamin bahwa tidak satupun dari kebaikanmu yang akan Allah lupakan.

Astaghfirullah,
Ya Allah ampunilah dosa dosa hamba-Mu yang lemah lagi bodoh ini.

Amiin...

@kajianislam

Jalan-jalan meraih keberkahan hidup

☘ Motivasi Islami

Jalan-jalan meraih keberkahan  hidup:

1.Iman dan takwa 🌺
Iman dan takwa adalah jalan pertama dan utama dalam meraih keberkahan hidup.Alloh Subhanahu wa Ta`ala berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

🌷 "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya" 🌷
📗(Qs. Al-A`rof [7]: 96)

Rosululloh Shollawlohu `alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya Alloh Subhanahu wa Ta`ala berfirman:

🌷 “Wahai Anak Adam, Penuhi hidupmu dengan ibadah kepada-Ku, niscaya Aku penuhi dadamu kekayaan jiwa dan Kututupi kefaqiramu. Jika kau tidak mau melakukannya, niscaya Aku akan penuhi berbagai kesibukan di hadapanmu dan takkan Kututupi kefaqiranmu” 🌷
📙(HR.Imam Ahmad: 8681, Ibnu Majah 4107 dan at-Tirmidzi: 2466)

2.Yakin dan Tawakkal 💞
Di antara jalan dalam meraih keberkahan hidup adalah hidup dalam keyakinan dan tawakkal kepada Alloh Subhanahu wa Ta`ala dengan seluruh hukum dan keputusan-Nya🍃.
Alloh Subhanahu wa Ta`ala berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

🌷 "Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal" 🌷
📗(Qs.Al-Anfal [8]: 2)

Abu Huroiroh meriwayatkan bahwa Nabi Shollawlohu `alaihi wa sallam bersabda:

🌸 “Jika seseorang keluar dari pintu rumahnya atau dari pintu tempat tinggalnya, maka dia akan disertai oleh dua Malaikat yang diwakilkan untuknya, jika ia mengatakan; “Bismillah (dengan menyebut nama Alloh), ” maka dua malaikat tersebut akan menjawab; “Kamu telah diberi petunjuk.” Jika ia mengucapkan; “Laa haula walaa quwwata illa billah (Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan kehendak Alloh), ” maka kedua Malaikat tersebut akan berkata; “Kamu telah dilindungi.” Jika ia mengucapkan; “Tawakaltu ‘alallah (saya bertawakal kepada Alloh).” Maka kedua Malaikat tersebut akan berkata; “Kamu telah dicukupi.” Beliau bersabda: “Kemudian jika dua qarinnya menemuinya, maka kedua Malaikat tersebut akan mengatakan; “Apa yang akan hendak kalian perbuat kepada seseorang yang telah diberi petunjuk, dan dicukupi serta dilindungi ini?.” 🌸
📙 (Hadis Marfu' Riwayat Ibnu Majah)

3.Qonaah dan Ridho 🌼
Abdulloh bin ‘Amr bin al-‘Ash rda meriwayatkan bahwa Rosululloh Shollawlohu `alaihi wa sallam bersabda,

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بِمَا آتَاهُ

🌷 “Sungguh sangat beruntung seseorang yang masuk Islam, kemudian mendapatkan rizki yang secukupnya dan Allah menganugrahkan kepadanya sifat qana’ah (merasa cukup dan puas) dengan rezki yang Allah berikan kepadanya” 🌷
📙(HR.Muslim no 1054)

Hadits yang mulia menunjukkan besarnya keutamaan seorang muslim yang memiliki sifat qanaa’ah, karena dengan itu semua dia akan meraih kebaikan dan keutamaan di dunia dan akhirat, meskipun harta yang dimilikinya sedikit.
📚 [Lihat kitab “Syarhu shahiihi Muslim” tulisan imam an-Nawawi (7/145). Dan lihat kitab “Faidhul Qadiir” (4/508)]

Serta jalan-jalan lain-lain yang sangat penting untuk kita jalani, yaitu:
4.Mensyukuri 🌺 nikmat-nikmat Alloh Subhanahu wa Ta`ala

5.Jujur dan Amanah dalam Bergaul 🌷

6.Adil dan tidak berbuat zalim 💞

7.Membaca al-Qur`an, Doa dan Istigfar 🌸

8.Jujur, Berbakti dan Silaturrahim 🌹

Wallahu 'alam

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
═════ ❁✿❁ ═════
🌼 Mutiara Islam 🌼
Pin : 57515698
WA : 085691711455

KAIDAH USHUL FIQIH KE-6

📖KAIDAH USHUL FIQIH KE-6 : SESUATU YANG HARAM BOLEH DILAKUKAN BILA DARURAT. DAN YANG MAKRUH BOLEH BILA ADA HAJAT…

Kaidah ushul fiqih yang diambil dari kitab syarah Mandzumah ushul fiqih Syaikh Utsaimin, rohimahullah.

Kaidah Ke-6:

Sesuatu yang haram boleh dilakukan bila darurat.
Dan yang makruh boleh bila ada hajat.

Disebut darurat bila membahayakan agama, atau jiwa, atau harta, atau keturunan, atau akal.
perbedaannya dengan hajat, bahwa hajat bila ditinggalkan tidak berbahaya, namun kita membutuhkannya.

Contohnya bila kita berada di tempat yang sangat dingin, kita harus memakai jaket, bila tidak kita binasa. ini adalah darurat.
setelah memakai jaket, masih terasa dingin dan membutuhkan jaket yang kedua. ini adalah hajat.

Perkara yang haram, boleh dilakukan bila keadaan darurat dengan syarat:
1. Benar benar dalam keadaan terpaksa dan tidak ada alternatif yang lain.
2. Darurat tersebut hilang dengan melakukan perbuatan yang haram tersebut. Bila tidak hilang maka tetap tidak boleh.

Bila salah satu syarat ini tak terpenuhi, maka tetap haram hukumnya seperti mengobati sihir dengan sihir, menghilangkan haus dengan arak dan sebagainya.

Adapun yang makruh boleh dilakukan bila ada hajat, seperti menengok dalam sholat boleh bila dibutuhkan.

📝Oleh Ustadz Badru Salam,  حفظه الله تعالى
---
♻ WAGroup Madinatulquran : http://goo.gl/79lAcJ
♻ Channel Telegram : https://goo.gl/Vxh9EL
🌐 www.madinatulquran.or.id

KAIDAH USHUL FIQIH KE-5

📖 KAIDAH USHUL FIQIH KE-5 : ORANG YANG TIDAK TAHU DIMAAFKAN, KECUALI…

Kaidah ushul fiqih yang diambil dari kitab syarah Mandzumah ushul fiqih Syaikh Utsaimin, rohimahullah.

Kaidah Ke-5:

Orang yang tidak tahu dimaafkan, kecuali bila ketidak tahuannya akibat tidak mau menuntut ilmu.

Kaidah ini ditunjukkan oleh banyak ayat alquran diantaranya firman Allah Ta’ala:

وما كان الله ليضل قوما بعد إذ هداهم حتى يبين لهم ما يتقون
Tidaklah Allah menyesatkan suatu kaum setelah datang kepada mereka petunjuk sampai Dia menjelaskan kepada mereka perkara perkara yang harus dijauhi. (At Taubah:115).

Dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah melihat orang yang sholatnya tidak thuma’ninah, lalu beliau menyuruhnya mengulanginya. kemudian beliau mengajarkan tata cara sholat yang benar dan tidak menyuruhnya untuk mengulanginya kembali.

Adapun bila kebodohannya itu karena ia sengaja tidak mau menuntut ilmu dan meremehkannya maka pendapat para ulama menunjukkan ia tidak dimaafkan dan tetap diancam dengan api neraka.

wallahu a’lam.

📝Oleh Ustadz Badru Salam,  حفظه الله تعالى
---
♻ WAGroup Madinatulquran : http://goo.gl/79lAcJ
♻ Channel Telegram : https://goo.gl/Vxh9EL
🌐 www.madinatulquran.or.id

KAIDAH USHUL FIQIH KE-4

📖KAIDAH USHUL FIQIH KE-4 : DALAM PERINTAH DAN LARANGAN, LAKUKANLAH…

Kaidah ushul fiqih yang diambil dari kitab syarah Mandzumah ushul fiqih Syaikh Utsaimin, rohimahullah.

Kaidah Ke-4:

Dalam perintah, lakukanlah sesuai kemampuan.
Dalam larangan, wajib ditinggalkan seluruhnya.

kaidah ini berdasarkan hadits yang shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

ما نهيتكم عنه فاجتنبوه وما أمرتكم به فأتوا منه ماستطعتم
Apa apa yang aku larang tinggalkanlah. dan apapa yang aku perintahkan, lakukanlah semampu kalian.

Perintah adalah beban, dan tidak setiap orang mampu melaksanakannya. Maka syariat yang indah ini melihat kemampuan hamba dalam melaksanakannya.

Sedangkan larangan adalah meletakkan beban, semua orang mampu melakukannya. Maka ia harus ditinggalkan sama sekali.

kecuali bila pada keadaan darurat atau sangat dibutuhkan, sementara mashlahatnya lebih besar dari mudlaratnya.

seperti bangkai boleh dimakan disaat keadaan terpaksa. dusta diizinkan untuk mendamaikan dua muslim yang bertengkar dan sebagainya.

Namun tentunya tetap memperhatikan batasan batasan yang disebitkan oleh para ulama.

📖📝Oleh Ustadz Badru Salam,  حفظه الله تعالى
---
♻ WAGroup Madinatulquran : http://goo.gl/79lAcJ
♻ Channel Telegram : https://goo.gl/Vxh9EL
🌐 www.madinatulquran.or.id

ALLAH MAHA PENERIMA TAUBAT

🌴ALLAH MAHA PENERIMA TAUBAT…

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba’du;

Allah Ta’ala menciptakan manusia agar beribadah dan berbuat taat kepada Subhanahu wa Ta’ala.

Dan Allah Ta’ala juga membuka pintu-pintu taubat dan inabah agar para hamba dapat menghapus segala kesalahan dan ketergelinciran serta menutup celah dan kekurangan ataupun memperbaiki diri menjadi yang lebih baik dari sebelumnya.

Bahkan taubat dan istigfar merupakan kewajiban bagi para hamba dan menjadi perintah Allah Ta’ala, sebagaimana firman Nya :

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (Q.S. Al-Baqarah: 222)

Allah Ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا

“Wahai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sungguh-sungguh.” (Q.S. At-Tahrim : 8)

Allah Ta’ala berfirman :

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Bertaubatlah kepada Allah, wahai orang-oran beriman sekalian agar kalian beruntung.” (Q.S. An-Nuur: 31)

Allah ta’ala berfirman :

وَاللّهُ يُرِيدُ أَن يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَن تَمِيلُواْ مَيْلاً عَظِيماً

“Allah menginginkan untuk menerima taubat kalian, sedangkan orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya ingin agar kalian menyimpang dengan sejauh-jauhnya.” (Q.S. An-Nisaa’: 27)

Allah ta’ala berfirman :

إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ

“Sesungguhnya Tuhanmu sangat luas ampunannya.” (Q.S. An-Najm: 32)

Allah ta’ala berfirman :

وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ

“Rahmat-Ku amat luas meliputi segala sesuatu.” (Q.S. Al-A’raaf: 156)

Allah ta’ala berfirman :

فَإِنَّهُ كَانَ لِلأَوَّابِينَ غَفُوراً

baca lanjutannya :
http://rochmadsupriyadi.blogspot.co.id/2016/03/allah-ta-maha-penerima-taubat.html?m=1

📝Oleh Ustadz Rochmad Supriyadi, حفظه الله
---
♻ WAGroup Madinatulquran : http://goo.gl/79lAcJ
♻ Channel Telegram : https://goo.gl/Vxh9EL
🌐 www.madinatulquran.or.id

KAIDAH USHUL FIQIH KE-3

📖 KAIDAH USHUL FIQIH KE-3 : KESULITAN MENDATANGKAN KEMUDAHAN…

Kaidah ushul fiqih yang diambil dari kitab syarah Mandzumah ushul fiqih Syaikh Utsaimin, rohimahullah.

Kaidah Ke-3:

Kesulitan mendatangkan kemudahan.

Telah disebutkan bahwa agama ini mudah, namun ketika ada kesulitan, maka lebih diberi kemudahan oleh syariat.

kesulitan yang dimaksud adalah kesulitan yang melebihi kebiasaan dan bukan hanya sebuah kekhawatiran belaka.
Seperti orang yang sakit takut berwudlu dengan air, namun sebetulnya tidak memberi bahaya apapa.
kecuali bila diduga kuat akan menambah sakitnya, maka diperbolehkan bertayammum.

Kesulitan seperti ini mendatangkan kemudahan. Tentunya kemudahan pun harus sesuai syariat dan bukan disesuaikan selera dan shahwat manusia.

Contoh kaidah ini diantaranya:
– Bolehnya bertayammum ketika tidak ada air, atau ada air namun malah menimbulkan bahaya bila menggunakannya.

– Disyariatkan mengqoshor sholat di saat safar.

– Dibolehkan menjamak dua sholat di saat ada kerepotan baik dalam safar maupun muqim.

– Bolehnya sholat sambil duduk bagi orang yang sakit yang tak mampu berdiri.

– Dan sebagainya.

📝Oleh Ustadz Badru Salam, حفظه الله
---
♻ WAGroup Madinatulquran : http://goo.gl/79lAcJ
♻ Channel Telegram : https://goo.gl/Vxh9EL
🌐 www.madinatulquran.or.id

KAIDAH USHUL FIQIH KE-DUA

🍀KAIDAH USHUL FIQIH KE-DUA: SYARIAT ISLAM ADALAH SYARIAT YANG MUDAH…

Kaidah ushul fiqih yang diambil dari kitab syarah Mandzumah ushul fiqih Syaikh Utsaimin, rohimahullah.

Kaidah Ke-dua:

Syariat islam adalah syariat yang mudah.

Allah berfirman:
يريد الله بكم اليسر
Allah menginginkan kemudahan untuk kamu. (QS 2:185)
Allah juga berfirman:
وما جعل عليكم في الدين من حرج
Dan tidaklah Allah menjadikan dalam agama ini sesuatu yang menyusahkanmu. (Al Hajj:78).

Bila kita perhatikan, perintah perintah Allah adalah mudah dan tidak sulit dilakukan.
sholat misalnya, Allah hanya mewajibkan 5 waktu saja, di waktu waktu yang mudah.
Zakat pun tidak diwajibkan pada semua harta, tetapi hanya harta tertentu saja yang ditunjukkan oleh dalil dan qiyas. Itupun dengan nishob yang tidak memberatkan.
Dan bila suatu amal itu berat, maka Allah memberinya pahala yang amat besar.

Namun, sebab utama beratnya ibadah di hati adalah akibat dosa dan maksiat. Sehingga seorang hamba menganggap berat syariat yang mudah ini, karena ia lebih tunduk kepada hawa nafsu dan syahwatnya dari pada tunduk kepada penciptanya.

📝Oleh Ustadz Badru Salam, حفظه الله
---
♻ WAGroup Madinatulquran : http://goo.gl/79lAcJ
♻ Channel Telegram : https://goo.gl/Vxh9EL
🌐 www.madinatulquran.or.id

Kaidah Ushul Fiqih Pertama

🌿KAIDAH USHUL FIQIH PERTAMA: AGAMA INI DATANG UNTUK MENDATANGKAN MASHLAHAT DAN MENOLAK MUDLARAT…

Kita in shaa Allah akan memulai kajian tentang kaidah ushul fiqih yang diambil dari kitab syarah Mandzumah ushul fiqih syaikh Utsaimin.

Kaidah pertama:
Agama ini datang untuk mendatangkan mashlahat dan menolak mudlarat.

Karena semua perintah Allah pasti mashlahatnya murni atau lebih besar dari mudlaratnya seperti sholat, zakat, puasa, haji,  berbakti kepada orang tua dan sebagainya.

Demikian juga larangan Allah, pasti semuanya mengandung mudlarat yang murni atau lebih besar dari mashlahatnya seperti syirik, bid’ah, sihir, riba, zina, judi dan sebagainya.

Maka semua yang mashlahatnya murni atau lebih besar adalah perkara yang diperintahkan.
dan semua yang mudlaratnya murni atau lebih besar adalah perkara yang dilarang.

Apabila mashlahat dan mudlaratnya sama besar, maka lebih baik ditinggalkan agar tidak jatuh kepada yang dilarang.

Namun, terkadang sebagian orang memandang suatu mashlahat padahal sebetulnya tidak.
seperti perayaan maulid Nabi, perayaan isra dan mi’raj dan sebagainya.
karena tanpa perayaan tersebut mencintai Nabi dapat dilakukan dengan yang sesuai syariatnya seperti menuntut ilmu syariat dan mengamalkannya.
di zaman khulafa rasyidin islam semakin jaya tanpa perayaan tersebut, bahkan kecintaan mereka kepada Nabi melebihi orang orang yang merayakan maulid.
itu menunjukkan bahwa perayaan maulid tidak memberi mashlahat apapun untuk agama. Dan tidak memberi mudlarat apapun bila ditinggalkan.
justeru perayaan tersebut memberi mudlarat terhadap agama dari sisi menambah nambah syariat yang tidak pernah diizinkan oleh Allah Azza wajalla.

📝Oleh Ustadz Badru Salam, حفظه الله
---
♻ WAGroup Madinatulquran : http://goo.gl/79lAcJ
♻ Channel Telegram : https://goo.gl/Vxh9EL
🌐 www.madinatulquran.or.id

MOHONLAH KEISTIQOMAHAN

💌 MOHONLAH KEISTIQOMAHAN

Para ulama berkata :
"Jika hidayah menuju Allah itu bisa dipalingkan, istiqomah bisa terhenti, klimaks hidup tidak diketahui, dan perputaran tidak dinamis, maka janganlah kamu bangga dengan keimananmu, amalmu, sholatmu, puasamu, dan semua ibadahmu. Sebab semua itu kendati merupakan usahamu, adalah ciptaan Tuhanmu, karunia-Nya yang diberikan kepadamu. Ketika kamu membangga-banggakan hal itu, maka kamu seperti orang yang membangga-banggakan harta milik orang lain. Mungkin saja Allah mencabut darimu sehingga hatimu kosong dari kebajikan yang lebih kosong dari pada perut unta. Betapa banyak taman pada sore hari bunga-bunganya indah dan banyak, lalu pada pagi harinya bunga-bunganya kering dan layu ketika diterpa oleh angin yang membawa penyakit. Demikian pula hamba pada sore hari hatinya patuh kepada Allah, bercahaya dan sehat, lalu pada pagi harinya hatinya bermaksiat kepada-Nya, zhalim dan tidak sehat. Semua itu telah diatur oleh Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui."

Aisyah radhiyallahu 'anha berkata :
"Rasulullah sering berdo'a, 'Ya Allah teguhkanlah hatiku untuk menaati-Mu.'
Maka aku bertanya:
"Wahai Rasulullah, engkau banyak berdo'a dengan do'a ini, apakah engkau mengkhawatirkannya ?
Beliau menjawab :
'Apakah yang membuatku merasa aman wahai Aisyah, sedangkan hati para hamba berada diantara dua jari dari jari-jari Al-Jabbar (Allah yang Maha Perkasa). Jika dia menghendaki untuk membalikan hati hamba-Nya"

Ketahuilah !
Bahwa Allah maha membalikkan hati secepat hembusan angin.

Berapa banyak orang yang pada awalnya menampakan keistiqomahan dan keseriusan namun berguguran diperjalanan ?

Berapa banyak pula orang yang sehat pada awalnya namun mengakhiri hidupnya dalam keadaan sakit ?

Ketahuilah !
Keistiqomahan itu membutuhkan upaya yang serius dan pelatihan yang kontinyu,
engkau akan sulit istiqomah jika teman dudukmu orang yang salah, yakni orang yang tidak dapat mengajakmu untuk istiqomah.

Demikian juga engkau tidak dapat istiqomah jika engkau jauh dari majelis dzikir, yakni majelis yang dibacakan padanya ayat-ayat Allah dan sabda-sabda nabi beserta penjelasan dan penafsirannya.

Ketahuilah !
Semua itu membutuhkan pengorbanan, baik pengorbanan waktu, tenaga, harta dan bahkan jiwa sekalipun.

Tergantung, apakah kita akan menjadi orang yang siap berjuang dalam setiap keadaan yang menuntut adanya pengorbanan ataukah akan mundur dalam setiap pertarungan tersebut.

Wallahu waliyut taufiq

📝Ustadz Abu Zubair Junaid

KETIKA ALLAH MENCINTAI HAMBANYA…

🌺KETIKA ALLAH MENCINTAI HAMBANYA…

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ فَقَالَ إِنِّي أُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبَّهُ فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ ثُمَّ يُنَادِي فِي السَّمَاءِ فَيَقُولُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي الْأَرْضِ. (رواه البخاري)

Artinya:

“Sesungguhnya apabila Allah azza wa jalla mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil malaikat Jibril dan berkata: “Wahai Jibril, aku mencintai orang ini maka cintailah dia!” Maka Jibrilpun mencintainya, lalu Jibril mengumumkannya kepada seluruh penduduk langit dan berkata: “Wahai penduduk langit, sesungguhnya Allah mencintai orang ini, maka cintailah dia oleh kalian semua, maka seluruh penduduk langit pun mencintainya. Kemudian orang itu pun dicintai oleh segenap makhluk Allah di muka bumi.” (HR. Bukhari)

Tentu kita semua berharap agar dicintai Allah. Akan tetapi bagaimanakah caranya agar kita bisa meraih cinta Allah..?

Di dalam Madaarij As-Saalikin, Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah menyebutkan 10 sebab yang dapat mendatangkan kecintaan Allah.

Pertama:

قراءةُ القرآن بالتدبر والتفهّم لمعانيه وما أُريدَ به

Membaca Al-Qur’an dengan penuh tadabbur serta berusaha memahami makna-maknanya dan maksud yang terkandung di dalamnya.

Kedua:

التقرب إلى الله بالنوافل بعد الفرائض

Mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan amalan-amalan sunnah sesudah amalan-amalan wajib.

Ketiga:

دوام ذكره على كل حال باللسان والقلب والعمل والحال فنصيبه من المحبة على قدر نصيبه من هذاالذكر.

Senantiasa berdzikir mengingat Allah dalam setiap kondisi, baik dengan lisan, hati, perbuatan maupun keadaan. Karena kadar kecintaan tergantung pada seberapa besar kadar dzikir tersebut.

Keempat:

إيثارُ محابّه على محابّك عند غلَبَات الهوى، والتسَنُّمُ إلى محابّه وإن صَعُبَ المرتقى.

Mengutamakan segala yang dicintai Allah daripada apa yang engkau cintai ketika hawa nafsu berkuasa. Selalu berusaha mencintai segala yang dicintai-Nya meski harus melewati berbagai rintangan

Kelima:

مطالعة القلب لأسمائه وصفاته

Hati senantiasa menelaah dan merenungi nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya.

Keenam:

مشاهدة برِّه وإحسانه وآلائه ونعمه الباطنة

Mengakui berbagai kebaikan dan nikmat-Nya, baik yang bersifat lahir maupun batin.

Ketujuh:

انكسار القلب بكليته بين يدي الله تعالى

Tunduknya hati dengan segenap jiwa di hadapan Allah ta’ala.

Kedelapan:

الخلوة به وقت النزول الإلهي لمناجاته وتلاوة كلامه، والوقوف بالقلب والتأدب بأدب العبودية بين يديه، ثم ختم ذلك بالاستغفار والتوبة.

Menyendiri bersama-Nya saat Dia turun (pada sepertiga malam terakhir) dengan bermunajat kepada-Nya, membaca kitab-Nya, menghadirkan hati dan bersikap dengan adab penghambaan dihadapan-Nya. Kemudian menutup bacaannya tersebut dengan istighfar dan taubat.

Kesembilan:

مجالسة المحبين الصادقين، والتقاط أطايب ثمرات كلامهم كما ينتقى أطايب الثمر، ولا تتكلَّم إلا إذا ترجَّحتْ مصلحة الكلام، وعلمتَ أنَّ فيه مزيدًا لحالك ومنفعةً لغيرك.

Senanantiasa duduk bersama orang-orang yang mencintai Allah dengan jujur. Memetik buah yang baik dari ucapan mereka. Dan tidak berbicara kecuali tampak jelas adanya maslahat dalam pembicaraan tersebut, serta mengetahui bahwa dalam pembicaraan tersebut ada manfaat bagi dirimu dan orang lain.

Kesepuluh:

مباعدةُ كلِّ سببٍ يحولُ بينَ القلب وبينَ اللهِ عزَّ وجلَّ.

Menjauhi semua sebab yang menjadi penghalang antara hati dengan Allah.

(Selengkapnya lihat Madarij As-Salikin: 3/17-18).

Disamping itu, berdo’alah kepada Allah dengan do’a nabiyullah Daud alaihissalam yang berbunyi:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَالْعَمَلَ الَّذِيْ يُبَلِّغُنِي حُبَّكَ اللَّهُمَّ اجْعَلْ حُبَّكَ أََحَبَّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِيْ وَأَهْلِيْ وَمِنَ الْمَاءِ الْبَارِدِ

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu cinta-Mu dan cinta orang-orang yang mencintai-Mu. Dan aku memohon kepada-Mu perbuatan yang dapat mengantarku kepada cinta-Mu. Ya Allah, jadikanlah cinta-Mu lebih kucintai daripada diriku, keluargaku, dan air yang dingin (di padang yang tandus).”

Bila Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam mengingat Nabi Daud ’alihis-salaam beliau menggelarinya sebaik-baik manusia dalam beribadah kepada Allah
(HR. At-Tirmidzi)

Sekian..
Muda-mudahan kita termasuk orang-orang yang mencintai dan dicintai Allah azza wa jalla

Amiin..
📝Oleh Ustadz Aan Chandra Thalib, حفظه الله تعالى
---
♻ WAGroup Madinatulquran : 0852-0023-6000
♻ Channel Telegram : https://goo.gl/Vxh9EL
🌐 www.madinatulquran.or.id
######

CERMIN SALAF…

🌴CERMIN SALAF…

Yahya bin Mu’adz Ar-Razi رحمه الله تعالى mengatakan:

ليكن حظ المؤمن منك ثلاثة : إن لم تنفعه فلا تضره ، وإن لم تفرحه فلا تغمه ، وإن لم تمدحه فلا تذمه .

“Hendaknya kamu mempunyai tiga sikap terhadap sesama mukmin:

1. Bila kamu belum mampu memberinya manfaat, maka janganlah menyusahkannya.
2. Bila kamu belum mampu membuatnya gembira, maka jangan membuatnya sedih.
3. Bila kamu belum bisa memujinya maka janganlah kau mencelanya”.

Wafayatul A’yan: 6/167

Catatan:

Benar-benar pilihan hidup yang mulia, andai ia terealisasi dalam kehidupan dan tak hanya sebatas kata atau pemanis majelis.
Namun sering kali kita diperhadapkan dengan realita yang sebaliknya, terutama di pentas dakwah.
Dimana saat sebagian berkarya, sebagian lainnya sibuk menghujat.
Baru saja batu pondasi diletakkan, namun ratusan tangan telah siap meruntuhkan.
Benar-benar realita yang menyedihkan.
Terlalu banyak pengkritik namun sedikit yang berkarya.

Di jalan ini, ada saat dimana kita lebih butuh kebesaran jiwa ketimbang keluasan ilmu. Apalagi bila kita tengah berada dipuncak ketenaran dan ketinggian martabat.

Bersyukurlah saat Allah mengutus orang lain untuk dakwah ini.
Cobalah merendah sejenak.
Hargailah dan akui kerja keras orang lain tanpa merasa jemawa.
Bila ia lebih diterima oleh khalayak, maka doakan agar Allah selalu memberinya taufik supaya kuat dalam mengemban amanah dakwah.
Bukankah yang kita inginkan agar kebenaran tersampaikan..?
Bila ia, tak usah kwatir bila suatu kita harus berdiri ditepian dakwah menyaksikan kesuksesan junior atau murid-murid kita.

Syaikh Ibrahim pernah berpesan, “Bila para da’i mulai ramai, maka bergembiralah, bersyukurlah pada Allah. Karena dengan banyaknya da’i, pekerjaanmu akan menjadi lebih ringan, dan engkau semakin punya banyak waktu untuk beribadah.”

Ada satu pelajaran tentang kebesaran jiwa yang kami saksikan selama bermulazamah di majelis Syaikh Anis Thahir -hafidzahullah-.
Pada saat Syaikh Ibrahim membuka majelis Syarh kitab Tauhid di masjid nabawi, banyak penuntut ilmu yang berbondong-bondong menghadiri majelis beliau, tak terkecuali para penuntut ilmu yang biasa hadir di majelis Syaikh Anis Thahir.
Majelis kitab tauhid tersebut dijadwalkan 3 hari dalam sepekan. Dimana salah satu harinya bertepatan dengan majelis musthalah yang diampuh Syaikh Anis Thahir. Ringkasnya sebagian murid meminta kepada Syaikh Anis Thahir agar memindahkan pelajaran mustholah pada hari-hari yang lain.
Keesokan harinya, sebelum memulai pelajaran Syaikh mengumumkan bahwa, “Karena sebagian penuntut ilmu akan mengikuti kajian kitab tauhid yang diampuh Syaikh Ibrahim, maka insyaallah pelajaran musthalah kita pindahkan pada hari selasa, ini demi menghormati guru mereka (Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaily)”.

Semua berjalan bak air yang mengalir, tanpa riak dan riuh..

Ah.. Saya kira kita sudah terlalu banyak membaca cerita tentang kebesaran jiwa.

📝Oleh UStadz Aan Chandra Thalib, حفظه الله تعالى
---
♻ WAGroup Madinatulquran : 0852-0023-6000
♻ Channel Telegram : https://goo.gl/Vxh9EL
🌐 www.madinatulquran.or.id
######

SUNNAH DALAM SHOLAT YANG BANYAK DILUPAKAN…

🌿SUNNAH DALAM SHOLAT YANG BANYAK DILUPAKAN…

Ada sebuah doa di dalam shalat yang sangat Nabi -shollallohu alaihi wasallam- tekankan untuk dibaca di akhir shalat, namun banyak dari kaum muslimin yang melupakannya.

Doa tersebut ada dalam penggalan hadits berikut ini:

Dari Sahabat Mu’adz bin Jabal, bahwa Rosululloh -shollallohu alaihi wasallam- pernah memegang tangannya, dan beliau mengatakan:

“Ya Mu’adz, demi Allah, sungguh aku benar-benar mencintaimu. Demi Allah, sungguh aku benar-benar mencintaimu”.

Kemudian beliau mengatakan: “Aku wasiatkan kepadamu ya Mu’adz, jangan sekali-kali kamu meninggalkan membaca (doa ini) di akhir SETIAP shalat:

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

ALLAHUMMA A’INNII ‘ALAA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA HUSNI ‘IBAADATIK
(Ya Allah, bantulah aku dalam berdzikir kepada-Mu, dalam mensyukuri-Mu, dan dalam membaikkan ibadah kepada-Mu)

Dan muadz pun setelah itu mewasiatkan doa ini kepada Ash-Shunabihi (orang yang dicintainya). [HR. Abu Dawud: 1522, hadits ini sahih].

Subhanallah, lihatlah bagaimana beliau ingin agar doa ini benar-benar diamalkan oleh Mu’adz… sampai-sampai beliau mengutarakan kecintaannya kepada Mu’adz dengan 5 penekanan:

1. Bersumpah dengan nama Allah.
2. menggunakan kata “Inni” (sesungguhnya aku).
3. menggunakan kata “la-uhibbuk” (benar-benar mencintaimu).
4. Mengulangi sumpah dan ungkapan cinta itu sebanyak dua kali.
5. Menyebut nama Mu’adz sebagai penegas sasaran seruan beliau.

Dan beliau juga memberikan 3 penekanan lain pada sabda beliau ini, yaitu:
1. Menggunakan redaksi wasiat “uushiika”.
2. Menggunakan nun taukid: “la tada’anna” (jangan sekali-kali engkau meninggalkan”.
3. Penegasan bahwa itu di SETIAP shalat “kulli sholah”.

Tentunya ini semua menunjukkan betapa pentingnya doa ini dalam kehidupan umatnya… jika demikian, sudahkah Anda mengamalkannya?!

Mari amalkan sunnah ini di setiap akhir shalat kita… Ingat, amal Anda adalah untuk Anda sendiri…

📝Oleh Ustadz Musyaffa’ ad Dariny, حفظه الله تعالى---
♻ WAGroup Madinatulquran : 0852-0023-6000
♻ Channel Telegram : https://goo.gl/Vxh9EL
🌐 www.madinatulquran.or.id
######

Karena hati adalah cawan ilmu

🌾MUROJAAH : KARENA HATI ADALAH CAWAN ILMU…

Di dalam Ta’dzim Al-Ilm Syaikh Ushaimy mengatakan:

و مثل العلم في القلب كَنور المصباح, إن صفا زجاجه شعّت أنواره, وإن لطّخته الأوساخ كسفتْ أنواره.

Perumpamaan ilmu di dalam hati  laksana cahaya lentera.
Bila kaca lentera tersebut bersih maka teranglah pancaran sinarnya, dan bila ia kotor, maka reduplah pancaran sinarnya.

Beliau menjelaskan bahwa barangsiapa yang ingin menguasai dan menjaga kekokohan ilmunya, maka hendaklah ia menghiasi batinnya, membersihkannya dari berbagai kotoran  baik berupa syubhat maupun syahwat. Karena ilmu adalah karunia Allah yang indah, sementara hati adalah cawan baginya, oleh karena itu tidaklah pantas ia bersemayam melainkan pada hati yang hanif lagi bersih.

Kesucian jiwa merupakan perkara penting bagi siapa saja yang menginginkan keberkahan ilmu.
Oleh karena itu diantara wahyu yang mula-mula diturunkan kepada Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam berkenaan dengan mensucikan jiwa.
Allah berfirman:

وثيابك فطهر

“Dan pakaiamu bersihkanlah” (Al Muddatsitsir : 4).

Makna dari kata “ثياب” disini adalah “amal perbuatan”. Sementara makna dari kata “طهر” adalah “Sucikanlah” . Maksudnya sucikanlah semua amal perbuatanmu dan juga hatimu dari segala hal yang dapat mengotorinya.

Bila engkau merasa malu  jika pakaianmu yang kotor itu tampak pada makhluk yang sama sepertimu, maka seharusnya engkau lebih malu terhadap penglihatan Allah pada hatimu, dimana di dalamnya tersimpan dendam, permusuhan, dosa dan kesalahan.
Perhatikan persolan ini, agar ilmu tak menjadi bencana bagimu.

______________
Malang 19-05-1437 H
📝Oleh Ustadz ACT El-Gharantaly, حفظه الله
---
♻ WAGroup Madinatulquran : 0852-0023-6000
♻ Channel Telegram : https://goo.gl/Vxh9EL
🌐 www.madinatulquran.or.id
######

Doa Nabi Yunus

🌻 Bimbingan Doa & Dzikir 🌻

🍃 Doa Nabi Yunus

ِ عَنْ سَعْدٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعْوَةُ ذِي النُّونِ إِذْ دَعَا وَهُوَ فِي بَطْنِ الْحُوتِ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنْ الظَّالِمِينَ فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِي شَيْءٍ قَطُّ إِلَّا اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ

Dari Sa'd ia berkata; Rasulullah shallallahu wa'alaihi wa sallam bersabda:

🌸 "Doa Dzun Nuun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus adalah;

ِ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنْ الظَّالِمِينَ

🌷 LAA ILAAHA ILLAA ANTA SUBHAANAKA INNII KUNTU MINAZH ZHAALIMIIN

🌷 (Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya).

Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah melainkan Allah kabulkan baginya." 🌸
📗(HR.Tirmidzi no 3427)

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
═════ ❁✿❁ ═════
🌼 Mutiara Islam 🌼
Pin : 57515698
WA : 085691711455

HARAMNYA MAKAN DENGAN TANGAN KIRI…

🌿HARAMNYA MAKAN DENGAN TANGAN KIRI…

Dari Abdullah bin ‘Umar radhiallahu anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Jika seseorang diantara kalian makan, hendaknya dia makan dengan tangan kanannya. Jika dia minum maka hendaknya juga minum dengan tangan kanannya. Karena setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan kirinya pula.” (HR. Muslim no. 3764)

Dari ‘Umar bin Abi Salamah radhiallahu anhu dia berkata: Dulu aku adalah anak kecil yang berada di bawah pengasuhan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika makan, tanganku berpindah-pindah kesana kemari di atas piring. Maka beliau bersabda kepadaku:

“Wahai nak, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah yang ada di dekatmu.” (HR. Al-Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022)

Salamah bin Al-Akwa’ radhiallahu anhu dia berkata:

“Ada seorang laki-laki yang makan di samping Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan tangan kirinya. Maka Rasulullah bersabda, “Makanlah dengan tangan kananmu!” Dia menjawab, “Aku tidak bisa.” Beliau bersabda, “Semoga kamu tidak bisa?” –padahal tidak ada yang mencegah dia makan dengan tangan kanan kecuali karena sombong-. Setelah itu tangannya tidak bisa dia angkat sampai ke mulutnya.” (HR. Muslim no. 2021)

(Islam.istiqomah)

📝Oleh Courtesy of Mutiara Risalah Islam
---
♻ WAGroup Madinatulquran : 0852-0023-6000
♻ Channel Telegram : https://goo.gl/Vxh9EL
🌐 www.madinatulquran.or.id
#####

Kaidah sebelum dan setelah salam

🌾KAIDAH BAGUS…

Sebelum salam = banyak berdo’a.
setelah salam = banyak berdzikir.

========

Syeikh Utsaimin -rohimahulloh- pernah ditanya:

Manakah yang lebih afdhol untuk do’a “Allohumma a’inna ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatik”, dibaca sebelum salam atau sesudah salam, ataukah yang lebih afdhol dibaca di dua waktu itu?

Beliau menjawab:

Yang lebih afdhol do’a itu dibaca sebelum salam, karena seperti itulah dia datang dalam sebagian riwayat, dan karena do’a itu tempatnya sebelum salam, sebagaimana dalam hadits Ibnu Mas’ud, setelah Nabi -shollallohu ‘alaihi wasallam- menyebutkan tasyahud, beliau menyabdakan: “kemudian hendaklah dia memilih sebagian doa-doa yang dia kehendaki”.

Berdasarkan keterangan ini, maka seorang yang shalat membaca do’a “Allohumma a’inna ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatik” sebelum salam.

Adapun setelah salam, apa yang Allah firmankan?

Dia berfirman (yang artinya): “Apabila kalian telah selesai shalat, maka BERDZIKIRLAH kalian kepada Allah”. [An-Nisa’: 103]. Di ayat ini, Allah tidak mengatakan: “maka berdo’alah kalian kepadanya”.

[Sumber: Liqo’ul babil maftuh 22/255].

Dalam kesempatan lain beliau juga mengatakan:

“Sesungguhnya Rasul -shollallohu alaihi wasallam- telah mengarahkan kita tentang waktu berdo’a di dalam shalat, beliau -‘alaihis sholatu wassalam- mengatakan saat mengajari Abdullah bin Mas’ud tentang tasyahud “kemudian setelah itu, hendaklah dia memilih sebagian doa-doa yang dia kehendaki.” Ini menunjukkan bahwa tempat doa adalah sebelum salam, bukan setelahnya.

Kemudian penalaran yang lurus juga menunjukkan hal ini, yakni bahwa doa itu waktunya sebelum salam, karena selagi engkau dalam shalatmu, maka engkau sedang bermunajat kepada Allah azza wajall. Kemudian setelah engkau bersalam, maka terputuslah munajat dan hubungan antara engkau dengan Allah.

Maka, manakah yang lebih baik, berdo’a ketika engkau dalam keadaan bermunajat kepada kepada Allah… ataukah berdoa setelah selesai shalat dan setelah hubungan itu putus?! Tentunya keadaan pertama yang lebih baik.

Oleh karena itu, bagi yang ingin berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala, maka berdoalah sebelum salam”.

wallohu a’lam.

📝Oleh Ustadz Musyaffa’ ad Dariny, حفظه الله تعالى
---
♻ WAGroup Madinatulquran : 0852-0023-6000
♻ Channel Telegram : https://goo.gl/Vxh9EL
🌐 www.madinatulquran.or.id
######

Membuka telapak tangan ketika salam

🌴 MEMBUKA TELAPAK TANGAN KETIKA SALAM…

Bismillah was shalatu was salamu ala rasulillah, amma badu,

Fenomena salam dengan membuka tangan. Salam ke kanan, membuka tangan kanan, salam ke kiri dengan membuka tangan kiri. Ada juga salam ke kanan membuka tangan kanan, namun ketika salam ke kiri, telapak tangan tidak dibuka.

Saya pernah bertemu dengan orang yang mempraktekkan semacam ini, dan ketika saya tanya, beliau menjawab, ketika salam ke kanan, tangan kanan dibuka, dengan harapan terbukalah pintu surga. Salam kiri tetap ditutup, tertutuplah pintu neraka. Itu alasannya, dan beliau sama sekali tidak menyebutkan dalil.

Sebenarnya kebiasaan semacam ini pernah dilakukan sebagian sahabat di zaman Nabishallallahu alaihi wa sallam. Kemudian beliau ingatkan dan beliau melarangnya.

Dari Jabir bin Samurahradhiyallahu anhu, “Ketika kami shalat bersama Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam, kami mengucapkan ‘Assalamu alaikum wa rahmatullah  Assalamu alaikum wa rahmatullah’ sambil berisyarat dengan kedua kanan ke samping masing-masing. Kemudian Rasulullahshallallahu alaihi wa sallammengingatkan, “Mengapa kalian mengangkat tangan kalian, seperti keledai yang suka lari? Kalian cukup letakkan tangan kalian di pahanya kemudian salam menoleh ke saudaranya yang di samping kanan dan kirinya.” (HR. Muslim 430, Nasai 1185, dan yang lainnya)

Larangan ini menunjukkan bahwa membuka telapak tangan ketika salam, termasuk kesalahan dalam shalat. Jika ini telah ditegaskan salah oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, layakkah dilestarikan dan dipraktekkan?

Allahu alam.

📝Oler Ammi Nur Baits, حفظه الله تعالى
---
♻ WAGroup Madinatulquran : 0852-0023-6000
♻ Channel Telegram : https://goo.gl/Vxh9EL
🌐 www.madinatulquran.or.id
######

Amalan bulan Rajab...

 Mengkritisi Amalan Khusus Bulan Rajab 
Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah berkata: “Setiap hadits yang menyebutkan tentang puasa rojab, sholat sebagian malamnya, semuanya adalah dusta”.[Al-Manarul Munif hlm. 92]
Al-Fairuz Abadi berkata: “Bab puasa Rojab dan keutamaannya tidak ada yang shahih satu haditspun, bahkan telah datang hadits yang menunjukkan dibencinya hal itu”.[Safaru Sa’adah hlm. 150. Hal ini disetujui oleh Ibnu Himmat ad-Dimasyqi dalam kitabnya at-Tankita wal Ifadah fi Takhrij Khotimah Safar Sa’adah hlm. 112. (Lihat Muqaddimah Syaikh Masyhur bin Hasan terhadap risalah al-Adab fi Rojab hlm. 8-9 oleh Mula Al-Qori).]
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Tidak ada hadits shahih yang dapat dijadikan hujjah seputar amalan khusus di bulan Rajab, baik puasa maupun shalat malam dan sejenisnya. Dan dalam menegaskan hal ini, aku telah didahului oleh Imam Abu Ismail al-Harawi al-Hafizh, kami meriwayatkan darinya dengan sanad shahih, demikian pula kami meriwayatkan dari selainnya.”[Tabyin ‘Ajab bima Warada fi Rajab (6)]
Al-Hafizh Ibnu Hajar juga berkata, “Hadits-hadits yang datang secara jelas seputar keutamaan Rajab atau puasa di bulan Rajab terbagi menjadi dua; dha’if dan maudhu’.”
Al-Hafizh telah mengumpulkan hadits-hadits seputar Rajab, maka beliau mendapatkan sebelas hadits berderajat dha’if dan dua puluh satu hadits berderajat maudhu’. Berikut ini kami nukilkan sebagian hadits dha’if dan maudhu’ tersebut:
Sesungguhnya di surga ada sebuah sungai yang dinamakan “Rajab”, warnanya lebih putih dari susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa berpuasa satu hari di bulan Rajab, niscaya Alloh akan memberinya minum dari sungai tersebut. (Hadits dha’if)
Rasulullah apabila memasuki bulan Rajab, beliau berdo’a, “Wahai Alloh, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan.” (Hadits dha’if)
Bulan Rajab adalah milik Alloh, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku. (Hadits maudhu’)
Keutamaan bulan Rajab dibandingkan semua bulan seperti keutamaan al-Qur’an atas semua dzikir. (Hadits maudhu’)
 Barangsiapa berpuasa pada bulan Rajab dan shalat empat raka’at pada bulan tersebut … niscaya dia tidak meninggal hingga melihat tempat tinggalnya di surga atau diperlihatkan untuknya. (Hadits maudhu’)
Itulah sedikit contoh hadits-hadits dha’if dan maudhu’ seputar bulan Rajab. Sengaja kami nukil secara ringkas karena maksud kami hanya untuk memberikan isyarat dan perhatian saja, bukan membahas secara terperinci.

======
Shalat Ragha’ib adalah shalat yang dilaksanakan pada malam Jum’at pertama bulan Rajab, tepatnya antara shalat Maghrib dan Isya’ dengan didahului puasa hari Kamis, dikerjakan dengan dua belas raka’at. Pada setiap raka’at membaca surat al-Fatihah sekali,suratal-Qadar tiga kali dan surat al-Ikhlas dua belas kali … dan seterusnya.
Sifat shalat seperti di atas tadi didukung oleh sebuah riwayat dari sahabat Anas bin Malik yang dibawakan secara panjang oleh Imam Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin1/203 dan beliau menamainya ‘shalat Rajab’ seraya berkata, “Ini adalah shalat yang disunnahkan.”
Demikianlah perkataannya –semoga Alloh mengampuninya–, padahal para pakar hadits telah bersepakat dalam satu kata bahwa hadits-hadits tentang shalat Ragha’ib adalah maudhu’. Di bawah ini, penulis nukilkan sebagian komentar ulama ahli hadits tentangnya:
1. Imam Ibnul Jauziberkata: “Hadits shalat Ragha’ib adalah palsu, didustakan atas nama Rasulullah. Para ulama mengatakan hadits ini dibuat-buat oleh seseorang yang bernama Ibnu Juhaim. Dan saya mendengar syaikh (guru) kami Abdul Wahhab al-Hafizh mengatakan, ‘Para perawinya majhul (tidak dikenal), saya telah memeriksa seluruhnya dalam setiap kitab, namun saya tidak mendapatkannya.’”[al-Maudhu’at2/124-125]
2. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Shalat Ragha’ib adalah bid’ah menurut kesepakatan para imam agama, tidak disunnahkan oleh Rasulullah, tidak pula oleh seorang pun dari khalifahnya, serta tidak dianggap baik oleh para ulama panutan, seperti Imam Malik, asy-Syafi’i, Ahmad, Abu Hanifah, Sufyan ats-Tsauri, Auza’i, Laits, dan sebagainya. Adapun hadits tentang shalat Ragha’ib tersebut adalah hadits dusta, menurut kesepakatan para pakar hadits.”[Majmu’ Fatawa 23/134]
3. Imam Dzahabi berkata tatkala menceritakan biografi imam Ibnu Shalah: “Beliau (Ibnu Shalah) tergelincir di dalam masalah shalat Ragha’ib, beliau menguatkan dan mendukungnya padahal kebatilan hadits tersebut tidak diragukan lagi.”[Siyar A’lam Nubala 23/142-143]
4. Al-Hafizh Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata: “Demikian pula hadits-hadits tentang shalat Ragha’ib pada awal malam Jum’at bulan Rajab, seluruhnya dusta, dibuat-buat atas nama Rasulullah.” [al-Manar Munif 167]
5. Al-Hafizh al-Iraqi berkata: “Hadits maudhu’.”[Takhrij Ihya’ 1/203]
6. Al-Allamah asy-Syaukani berkata: “Maudhu’, para perawinya majhul. Dan inilah shalat Ragha’ib yang populer, para pakar telah bersepakat bahwa hadits tersebut maudhu’. Kepalsuannya tidak diragukan lagi, hingga oleh seorang yang baru belajar ilmu hadits sekalipun. Berkata al-Fairuz Abadi dalam al-Mukhtashar bahwa hadits tersebut maudhu’ menurut kesepakatan, demikian pula dikatakan oleh al-Maqdisi.”[Fawaidul Majmu’ah 47-48]
Apabila telah jelas derajat hadits Shalat Ragha’ib sebagaimana di atas, maka mengerjakannya merupakan kebid’ahan dalam agama, yang harus diwaspadai oleh setiap insan yang hendak meraih kebahagiaan. Untuk menguatkan kebid’ahan shalat Ragha’ib ini, penulis nukilkan perkataan dua imam masyhur di kalangan madzhab Syafi’i yaitu Imam Nawawi dan Imam Suyuthi –semoga Alloh merahmati keduanya–:
1. Imam Nawawi berkata: “Shalat yang dikenal dengan shalat Ragha’ib dua belas raka’at antara Maghrib dan Isya’ awal malam Jum’at bulan Rajab serta shalat malam Nisfu Sya’ban seratus raka’at, termasuk bid’ah mungkar dan jelek. Janganlah tertipu dengan disebutnya kedua shalat tersebut dalam kitab Qutul Qulub dan Ihya’ Ulumuddin (oleh al-Ghazali) dan jangan tertipu pula oleh hadits yang termaktub pada kedua kitab tersebut. Sebab, seluruhnya merupakan kebatilan.”[al-Majmu’ Syarh Muhadzdzab 3/549]
2. Imam Suyuthiberkata: “Ketahuilah –semoga Alloh merahmatimu–, mengagungkan hari dan malam ini (Rajab) merupakan perkara yang diada-adakan dalam Islam, yang bermula setelah 400 H. Memang ada riwayat yang mendukungnya, namun haditsnya maudhu’ menurut kesepakatan para ulama. Riwayat tersebut intinya tentang keutamaan puasa dan shalat pada bulan Rajab yang dinamai dengan shalat Ragha’ib. Menurut pendapat para pakar, dilarang mengkhususkan bulan ini (Rajab) dengan puasa dan shalat bid’ah (shalat Ragha’ib) serta segala jenis pengagungan terhadap bulan ini seperti membuat makanan, menampakkan perhiasan, dan sejenisnya. Supaya bulan ini tidak ada bedanya seperti bulan-bulan lainnya.”[al-Amru bil Ittiba’hal. 166-167]
Kesimpulannya, riwayat tentang shalat Ragha’ib adalah palsu, menurut kesepakatan ahli hadits. Oleh karena itu, beribadah dengan hadits palsu merupakan kebid’ahan dalam agama, apalagi shalat Ragha’ib ini baru dikenal mulai tahun 448 H.
=======
Termasuk perkara bid’ah di bulan Rajab, mengkhususkan puasa bulan Rajab. Karena tidak ada hadits shahih yang mendukungnya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Adapun mengkhususkan puasa di bulan Rajab, seluruh haditsnya lemah dan palsu. Ahli ilmu tidak menjadikannya sebagai sandaran sedikitpun.”[Majmu’ Fatawa 25/290]
Imam Suyuthi berkata, “Mengkhususkan bulan Rajab dengan puasa, dibenci. Asy-Syafi’i berkata, ‘Aku membenci bila seseorang menyempurnakan puasa sebulan penuh seperti puasa Ramadhan. Demikian pula mengkhususkan suatu hari dari hari-hari lainnya….”
Dan Imam Abdullah al-Anshari –seorang ulama Khurasan– tidak berpuasa bulan Rajab bahkan melarangnya seraya berkata, “Tidak satu hadits pun yang shahih dari Rasulullah tentang keutamaan bulan Rajab dan puasa Rajab.”
Bila dikatakan, “Bukankah puasa termasuk ibadah dan kebaikan?” Jawabnya: “Benar. Tapi ibadah harus berdasarkan contoh dari Rasulullah. Apabila kita ketahui haditsnya dusta, berarti tidak termasuk syari’at.”
Bulan Rajab diagung-agungkan oleh Bani Mudhar di masa jahiliyah sebagaimana dikatakan Umar bin Khaththab. Bahkan beliau memukul tangan orang-orang yang berpuasa Rajab. Demikian pula Ibnu Abbas –yang berjuluk lautan ilmu umat– membenci puasa Rajab. Ibnu Umar pun apabila melihat manusia berpuasa Rajab, beliau membencinya seraya berkata, “Berbukalah kalian, sesungguhnya Rajab adalah bulan yang diagungkan oleh ahli jahiliyah.”[al-Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 2/346, lihat pula al-Amru bil Ittiba’ hal. 174-176 oleh as-Suyuthi]
Imam Thurthusi mengatakan –setelah membawakan atsar-atsar di atas–, “Atsar-atsar ini menunjukkan pengagungan manusia terhadap Rajab sekarang ini merupakan sisa-sisa peninggalan zaman jahiliyah dahulu. Kesimpulannya, dibenci berpuasa di bulan Rajab. Apabila seorang berpuasa dalam keadaan yang aman, yaitu bila manusia telah mengetahui dan tidak menganggapnya wajib maupun sunnah, maka hukumnya tidak mengapa.” [al-Hawadits wal Bida’ hal. 141-142]
Kesimpulan perkataan para ulama di atas, “Tidak boleh mengkhususkan puasa di bulan Rajab sebagai pengagungan terhadapnya. Sedangkan apabila seseorang telah terbiasa (rutin) berpuasa sunnah (puasa Dawud atau Senin-Kamis misalnya, baik di bulan Rajab maupun bukan) dan tidak beranggapan sebagaimana anggapan salah masyarakat awam sekitarnya, maka diperbolehkan.
Wallahu A'lam.
abiubaidah.com
══════ -==- ══════

- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -