Posted by : Sara Amijaya Saturday 12 January 2019

Tersebutlah dua saudara yang hidup berdampingan mengelola pertanian mereka masing-masing. Suatu hari keduanya bertengkar. Dimulai dari kesalahpahaman kecil, keduanya akhirnya saling mendiamkan selama berminggu-minggu. Memperturutkan emosi, saudara yang lebih muda menggali parit yang memisahkan lahan pertanian mereka.
Peristiwa itu makin menjauhkan keduanya. Sampai suatu pagi, rumah sang kakak diketuk seorang tukang kayu. "Apakah kau memiliki pekerjaan untukku?" tanya sang tukang kayu. Petani itu berpikir sesaat, kemudian menjawab dengan semangat.
"Tentu, lihatlah ke sebelah. Itu lahan pertanian adikku. Tapi sekarang dia sudah membangun parit yang memisahkan kami, Aku ingin engkau membangun pagar setinggi 8 kaki. Jika dia memeutuskan mengambil jarak denganku, sekalian saja aku tak perlu lagi melihat wajahnya."
Tukang kayu memahami apa yang terjadi, ia pun menyanggupi pekerjaan tersebut. Petani itu meninggalkan sang tukang kayu untuk menyelesaikan pekerjaannya, sementara ia bepergian selama sehari.
Sepulang dari bepergian, betapa kagetnya si petani. Alih-alih mendapati pagar setinggi 8 kaki, tukang kayu itu justru membangun jembatan yang indah di atas parit lebar yang dibangun adiknya. Di seberang jembatan adiknya melangkah dengan tangan terbuka "Kakak memang saudara yang baik, setelah apa yang kulakukan kakak justru membangun jembatan ini". Keduanya bertemu di tengah jembatan dan saling berjabat tangan .
Mereka melihat sang tukang kayu sedang membereskan perkakasnya. "Tinggallah disini wahai tukang kayu, kami akan memberi banyak pekerjaan lain untukmu" teriak si petani.
"Aku senang tinggal disini, tapi tampaknya aku harus membangun banyak jembatan di tempat lain" Ujar sang tukang kayu.

Referensi pihak ketiga
-----
Darah lebih kental daripada air. Begitulah pribahasa menggambarkan hubungan kekerabatan. Sayangnya semakin banyak orang yang tidak memahami betapa beharganya keluarga.
Sahabat, jika saat ini anda sedang memiliki masalah dengan keluarga anda, maka segeralah berbaikan. Turunkan sedikit ego, dan temukan cinta yang besar yang selalu di sediakan oleh mereka, orang-orang terkasihmu. Kadangkala, emosi-emosi negatif menutupi mata hati kita untuk melihat cinta tersebut.
Kita tak perlu menjadi tukang kayu untuk membangun jembatan cinta, kita hanya membutuhkan kesadaran, kepekaan, dan kerendahan hati untuk tetap menjalin silaturrahim. Karena setiap kita membutuhkan tempat untuk pulang, dan itu bukanlah rumah, melainkan keluarga!
Artikel ini terbit pertama kali di UC News pada akun Sara Amijaya Dengan Judul Patut Ditiru! Tukang Kayu yang Menakjubkan, Disuruh Membuat Pagar Beginilah Hasilnya

- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -