Posted by : Sara Amijaya Tuesday 1 January 2019

Kabar perceraian salah satu kenalan yang telah membina bahtera rumah tangga belasan tahun, tentulah bukan kabar yang menyenangkan untuk didengar, apalagi kabar perceraian dari pasutri yang baru membina rumah tangga seumur jagung. Pun demikian, kabar serupa terus berdatangan satu persatu dari sana dan sini. Kawan SMP, rekan kuliah, kerabat jauh, keluarga dekat, bahkan kawan-kawan yang hanya berinteraksi melalui dunia maya.


Tak ada rumah tangga yang sempurna, karena baik suami maupun istri hanyalah manusia biasa yang penuh dengan kekurangan. Menjadikan kekurangan pasangan sebagai sebab perceraian, mungkin adalah hal terakhir yang harus kau pikirkan.

Menjatuhkan talak cerai atau menggugat cerai pasangan tersebab kekurangannya, kemudian menikah lagi dengan orang lain, hanya membuatmu menemukan kekurangan-kekurangan baru yang seyongyanya tentu ada pada setiap diri manusia, pun dirimu sendiri.
Pada mereka yang memikirkan perceraian karena tak sanggup bersabar lagi dengan kekurangan pasangannya, maukah kalian membaca kisah tentang seorang kawan lainnya, yang bertahan dengan segenap kekurangan pasangannya?

Sebut saja dia Andi. Seorang pria biasa, yang bekerja keras untuk menghidupi istri dan keempat anak-anaknya. Pada suatu masa kawan-kawannya menemui kejanggalan pada prilaku sang istri. Berhutang kesana kemari, bergaya hidup jauh di atas kemampuan suaminya, dan belakangan diketahui bahwa istrinya mengidap gangguan kejiwaan. Mengurung diri di rumah, tidak mengurus anak-anak, tidak melayani suami, bahkan nyaris tak sanggup mengurus dirinya sendiri.
Tak sedikit orang-orang yang menyarankan Andi untuk mengembalikan istrinya ke rumah orang tuanya. Karena sebagai tulang punggung yang mencari nafkah, Andi juga harus mengurus rumah dan keluarganya. Kami tak sanggup membayangkan keletihan dan kesabarannya.

Pada mereka yang bertanya karena peduli Andi berkata:
"Relakah engkau kehilangan pasangan halalmu, yang telah engkau ketahui semua kekurangannya dan ia pun telah mengetahui semua kekuranganmu? Yang tetap bertahan dalam suatu masa dengan semua aib dan celamu? Yang pernah menciptakan warna dan rasa manis dalam hidupmu?"
Andi menjalani hidupnya dengan banyak senyuman dan kegiatan positif. Kabar terakhir, kondisi sang istri telah mulai membaik.
Darinya, kami belajar bahwa pernikahan tak melulu soal cinta dan kebahagiaan, seringnya tentang pengertian dan kesabaran.
Jika setelah menikah engkau ternyata terkaget-kaget dengan semua sifat dan kebiasaan pasanganmu, maka ketahuilah bahwa sangat mungkin ia pun terkaget-kaget dengan kepribadian dan semua kebiasaan harianmu.
Tidak bisakah engkau mengingat kebaikan-kebaikan dan sikap manisnya padamu? Niscaya ia pun akan banyak mengingat kebaikan-kebaikanmu dan mengabaikan satu dua kekuranganmu
Ketahuilah kebaikan pasangan kita sesungguhnya amatlah banyak, namun syaitan seringkali menutup-nutupinya dan membesar-besarkan kekurangannya yang sebenarnya tak seberapa.
Bahkan jika kekurangan pasangan sangatlah banyak, masih ada orang-orang seperti Andi yang memilih melewati itu semua dengan jalan kesabaran. Karena sesungguhnya kesabaran hanyalah memberikan buah yang manis bagi mereka yang memilikinya.

Tulisan ini terbitpertama kali di UC News pada akun Sara Amijaya dengan judul: 

Relakah Engkau Melepaskan Dia yang Tetap Bertahan dengan Semua Kekuranganmu?

- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -