Search This Blog

Powered by Blogger.

Archive for March 2019

Berpendidikan Rendah, Pekerja Ini Dilarang Minum Air di Tempat Kerja. Ia 'Membalas' Dengan Menjadi Menteri Luar Biasa

Tidak ada kesuksesan yang instan. 
Yang ada hanyalah doa, kesungguhan, dan kerja keras 
yang membuahkan hasil.

Seorang pemuda miskin lulusan setara SD, bekerja di sebuah perusahaan perminyakan Arab Saudi. Setiap hari ia selalu menerima hardikan dan hinaan dari rekan-rekannya.
Suatu hari ia merasa kehausan dan bergegas mencari air untuk melegakan tenggorokannya. Ketika menemukan air, ia segera menuangnya di gelas dan bersiap minum. Belum sampai air itu ke mulutnya, seorang insinyur Amerika senior menghardiknya,
"Hei, kamu tidak boleh minum air ini. Kamu cuma pekerja rendahan. Air ini hanya khusus untuk insinyur".
Pemuda lulusan tahfidz Qur'an tersebut terdiam dan kembali menahan hausnya, ia menyadari statusnya yang miskin dan pegawai rendahan. Pun demikian perkataan insinyur Amerika itu terus berkelindan di benaknya.
Hingga ia bertanya pada dirinya sendiri: Apakah karena aku pekerja rendahan, sedangkan mereka insinyur hingga tidak bisa minum air tersebut? Apakah aku bisa jadi insinyur seperti mereka?
Ia pun bertekad menjadi insinyur. Ia bekerja di siang hari dan melanjutkan sekolahnya pada malam hari. Hingga ia kurang tidur. Akhirnya ia lulus hingga tingkat setara SMA. Perusahaan memberinya beasiswa S1 ke Amerika bidang teknik dan master bidang geologi.
Tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut, pemuda tersebut pun berangkat ke Amerika untuk melanjutkan studinya. Dan ia pun lulus dengan hasil yang memuaskan.

Sumber Gambar: vimeo.com/156744051
Pemuda tersebut pulang ke negerinya membawa gelar insinyur. Ia pun bebas meminum air yang dulu dilarang baginya. Tahun berganti, karirnya melesat berkat kerja keras dan ketekunannya. Dari kepala bagian, kepala cabang, manajer umum hingga akhirnya ia menjabat sebagai wakil direktur, sebuah jabatan tertinggi yang bisa dicapai oleh orang lokal saat itu.
Pemuda tersebut kembali bertemu dengan insinyur Amerika yang dulu pernah melarangnya untuk minum air tersebut. Bedanya, kini insinyur Amerika tersebut menjadi bawahannya. Insinyur Amerika merasa khawatir bahwa ia akan mendendam terkait peristiwa air dulu, nyatanya ia justru berterimakasih, karena larangan meminum air itu telah melecut semangatnya.
Akhirnya ia bahkan berhasil menjadi Presiden Direktur pertama yang berasal dari bangsa Arab. Tahukah anda perusahaan apa yang dipimpinnya?
Perusahaan minyak terbesar di dunia, yaitu Aramco (Arabian American Oil Company).
Di bawah pimpinannya, perusahaan tersebut semakin berkembang besar dan kepemilikan Arab Saudi semakin dominan. Berkat kepiawaiannya mengembangkan perusahaan ini, Raja Arab Saudi pun menunjuk pemuda tersebut sebagai Menteri Perminyakan dan Mineral.
Ya, Pemuda itu adalah Ali bin Ibrahim Al-Naimi yang sejak tahun 1995 menjabat sebagai Menteri Perminyakan dan Mineral Arab Saudi.

Ali bin Ibrahim Al-Naimi Menteri Perminyakan dan Mineral Arab Saudi (sumber Gambar: http://susris.com/officials/ali-bin-ibrahim-al-naimi/)
Begitulah kehidupan, kerja keras, kesungguhan, dan pertolongan Allah memberi kesempatan yang mungkin tak pernah kita bayangkan. Jangan pernah menyepelekan orang-orang yang kita pikir rendahan di sekeliling kita, karena kita tak pernah tahu bagaimana masa depan akan merubahnya dan merubah diri kita.
---
Kisah ini pertama kali diterbitkan di UC News dengan judul Dihardik, Dihina, Hingga Harus Menahan Haus, Pemuda Ini Kini Sukses Menjadi Menteri

Jangan Marah Jika Suami Ingin Menikah Lagi! Mungkin, Begini Yang Terjadi...

Pemikiran 'modern' tidak hanya mengubah gaya hidup, pola pikir, bahkan juga mulai merusak tatanan syariah hingga banyak orang yang terjerembab pada pembenaran diri dengan dalih modernitas, inovasi, dan eksistensi diri.

Referensi pihak ketiga
Sebut saja dia Re, wanita cantik berkulit putih. Tidak hanya cantik fisiknya, Re juga sosok brilian dengan segudang prestasi di dunia pendidikan. Ia pun sangat berdedikasi dengan dunia yang ditekuninya itu. Singkatnya ia terlihat seperti wanita 'sempurna' yang diidamkan banyak pria.
Berbanding terbalik dengan Re, suaminya, Tio, adalah sosok pegawai biasa. Seorang pegawai dengan karir dan prestasi yang biasa-biasa saja. Padahal, Tio adalah sosok menyenangkan yang juga cukup bertalenta. Dalam banyak guyonan, kawan-kawan Tio mengomentari sang istri dengan kalimat "Dibalik istri sukses ada suami yang luar biasa sabar."
Sekali dua kali, wacana menikah lagi terlontar dari Tio. Rupanya, sang sosok istri sempurna bukanlah sosok yang diharapkan oleh Tio. Bukan karena ia terlalu banyak menuntut tanpa memfasilitasi istri, tapi tampaknya istrinyalah yang telah abai akan kewajiban-kewajibannya sebagai istri.

Referensi pihak ketiga
Sebagai lelaki normal dengan hasrat biologis normal, Tio hanya mengharapkan yang sewajarnya sebagai seorang suami, namun dengan dalih terlalu lelah, sang istri kerap menolak dan mengabaikan hak-hak Tio sebagai suami. Pada kenyataannya, Tio bahkan menyiapkan pembantu untuk mengurusi pekerjaan rumah tangga, ia bahkan turun tangan mengurusi buah hati mereka.
Hak yang tak terpenuhi, komunikasi yang macet, membuat Tio kadang terlihat kusut dan mengeluarkan keluh kesahnya. Sungguh ia terpikir menikah lagi sebagai solusi atas keresahannya tersebut. Bukan karena ia tak setia, tapi justru karena ia masih memiliki iman dan taqwa. Tak mendapatkan haknya, dan tak ingin terjerumus pada 'romansa' dosa.
Seorang kawan menyarankan Tio untuk mendidik istrinya terlebih dahulu, mungkin belum sampai pada sang istri mengenai wajibnya melayani kebutuhan suami. Namun, Tio berkata lesu, "ia tahu, tapi mungkin kalah oleh lelahnya."

Referensi pihak ketiga
Sahabat, melalui kisah ini saya ingin mengingatkan diri saya pribadi dan juga seluruh wanita yang membaca tulisan ini.
Sebagai muslimah, saya meyakini bahwa surga seorang istri terdapat pada ridho suaminya. Tentu bukan dengan memaksa "RIDHOI AKU, SUAMIKU!", tapi dengan ketaatan dan penunaian hak-hak seorang suami, terlebih jika suami anda adalah orang yang telah pula menunaikan kewajiban-kewajibannya kepada keluarga.
Tak ada yang salah menjadi wanita bekerja yang sukses dengan karir, namun perlu diingat bahwa bagi muslimah, bekerja bukanlah sebuah perkara wajib, bahkan harus seizin dan seridho suami.
Maka, mari tanyakan pada diri kita, kemana semua lelah ingin kita muarakan? sebatas pujian manusiakah? Atau surga abadi yang kenikmatannya tak terbayangkan imaji?
Semoga menjadi renungan
----
Sumber Referensi:

Sebuah Rahasia Yang Membawa Kebahagiaan Tak Terduga

Rahasia, biasanya identik dengan hal buruk atau berbahaya yang tak ingin diketahui orang lain. Anda mungkin bertanya-tanya, bagaimana mungkin sebuah rahasia bisa memberikan kebahagiaan. Mari sejenak kita simak kisah berikut!
Tersebutlah seorang lelaki di Saudi, ia memiliki tetangga yang tak pernah sholat dan berpuasa. Suatu hari, dia bermimpi kedatangan seorang lelaki yang memintanya agar mengajak tetangganya yang tak pernah sholat dan puasa tadi untuk pergi umroh.
Awalnya ia mengabaikan mimpi tersebut, hingga mimpi itu datang berulang kali. Akhirnya ia menjumpai seorang syaikh dan bertanya mengenai mimpinya tersebut. Syaikh menyarankannya untuk merealisasikan mimpi tersebut.
Maka ia pun mendatangi tetangganya dan mengajaknya untuk umroh bersamanya.
Sang tetangga awalnya menolak karena ia tak bisa sholat dan sama sekali tak memahami tata cara umroh.Tetapi, lelaki tadi bersedia mengajarinya sholat dan tuntunan umroh hingga bisa.
Akhirnya, keduanya pun dengan senang hati berangkat umroh dan menyelesaikan seluruh tuntunan umroh yang disyariatkan. Sebelum kembali pulang, lelaki tadi menanyai tetangganya “Adakah engkau ingin melakukan sebuah amal yang engkau anggap penting?”
“Iya. Aku ingin shalat dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim.” Jawab si tetangga.
Saat sedang sholat, terjadilah hal yang menakjubkan. Si tetangga tadi meninggal dalam keadaan bersujud.
Lelaki yang membawanya keheranan, bagaimana mungkin lelaki yang hadir dalam mimpi dan diajaknya umrah meninggal seolah-olah dia adalah wasilah kematiannya. Bagaimana mungkin lelaki yang sepanjang hidupnya tak pernah sholat dan puasa, bisa meninggal dalam keadaan yang demikian baik? Lelaki itu berpikir, pastilah tetangganya itu memiliki amalan rahasia yang tidak diketahuinya.
Ia pun mengantarkan jenazah tetangganya pulang, pada istri tetangganya ia bertanya amalan apa yang dimiliki lelaki tadi.
“Kami memiliki tetangga seorang wanita tua renta. Suamiku begitu menyayanginya. Suamiku selalu membuat sendiri sarapan, makan siang dan makan malam lalu mengantarkannya kepada wanita tua itu. Wanita itu kerapkali mendoakan husnul khatimah untuk suamiku,” ujar sang istri.
——–

Sumber gambar: socimage.com
Lelaki yang meninggal tersebut memiliki amal rahasia yakni memberi makan wanita tua yang merupakan tetangganya. Ia pun berteman dengan orang shalih yang merupakan wasilah menuju husnul khatimahnya.
Maka, milikilah minimal satu amal rahasia, yang hanya Allah dan kita yang mengetahuinya. Bisa jadi rahasia tersebutlah yang membantu kita meraih kebahagiaan dunia dan negeri akhirat kelak.

Sumber gambar: Dokumen pribadi
________________
Artikel ini terbit pertama kali di UC News dengan judul Ingin Bahagia? Milikilah Minimal Satu Rahasia!

Berani Berzina? Bersiaplah Membayar, Karena Zina Adalah "Utang"

Bagaimana rasanya punya hutang? Tentulah tak menyenangkan.
Dunia seolah sempit, hati tak tenang, dan was-was entah kapan akan ditagih. Demikanlah zina, ia akan membelit pelakunya dalam belitan hutang yang kapan saja siap menagih.
Sebagaimana dikutip dari Kitab Imannul Taqwa, Imam Syafi'i berkata "Sesungguhnya zina adalah hutang. Dan sungguh hutang tetaplah hutang. Salah seorang dalam nasab/keturunan pelakunya pasti harus membayarnya."
Perkataan beliau terbukti benar, dengan kisah seorang pemuda pezina yang belum bertaubat. Kisahnya telah dimuat dalam koran-koran berbahasa Arab, agar diambil sebagai pelajaran.

Zina Adalah Hutang (sumber gambar: kaskus.co.id/thread/57a2b87c9e7404803d8b456d/zina-itu-hutang-gan/)
Terdapat seorang pemuda yang telah menzinai seorang gadis hingga hamil, kemudian ia lari dari tanggung jawabnya. Kepada saudara gadis yang dizinainya, ia berkata “Aku tidak mengenal gadis ini, carilah orang lain yang menghamilinya.” 
Karena ketiadaan bukti, maka ia pun bebas pergi dan melupakan dosanya tersebut. Hingga suatu hari ketika pulang ke rumah ia menemui ibunya yang menjerit-jerit dan jatuh pingsan berkali-kali. Ternyata ibunya terlalu kaget menemui kenyataan bahwa saudari pemuda itu telah hamil oleh tetangganya sendiri.
Dalam keadaan marah ia mendatangi tetangganya, dan ia sungguh terkejut mendapati perkataan tetangganya tersebut “Aku tidak mengenal adikmu, carilah orang lain yang menghamilinya.” 
Subhanallah, hal yang sama seperti yang ia ucapkan kepada keluarga gadis yang dihamilinya di waktu lalu. Ia menyadari betapa balasan tergantung amalan perbuatan.
Dan begitulah, ia mengalami depresi yang berat setelahnya. Kemudian setelah bertahun-tahun terlewati, ia memutuskan untuk menikah. Pada hari pesta pernikahan ia kembali mendapatkan kejutan, bahwasanya calon pengantinnya pernah melakukan zina sebelumnya. Calon pengantinnya berkata: “tutupi keburukanku semoga Allah juga menutupi keburukanmu.”
Dalam penyesalan ia berkata “sudah ya Rabbi. cukup, cukup, cukup, aku sudah menjalani hukumanku.”
Selang beberapa masa, ia pun memiliki anak. Kemudian ketika anaknya telah berusia 6 tahun, anaknya datang dari luar dengan menangis. Apa yang terjadi? penjaga rumah telah mempemperkosanya, laa haula wa laa quwwata illa billah.
---------
Demikianlah zina, awalnya kekhawatiran, perjalanannya penuh dosa, dan ujungnya penyesalan. Maka jauhilah zina, dan jika telah terjatuh ke dalamnya, maka segeralah bertaubat nasuha. Jika tidak, maka sesungguhnya zina adalah hutang, berani berzina bersiaplah membayarnya.
Sungguh benar, balasan tergantung dari amal perbuatannya. Dan untuk orang-orang tidak bersalah yang menjadi korban dalam kejadian tersebut, maka itu akan menjadi cobaan bagi mereka, yang insyaallah dengannya Allah akan angkat derajatnya dan menghapuskan dosa-dosanya.

Jangan dekati Zina! (sumber gambar : diana-rosmawati.blogspot.co.id/2014/02/zina-adalah-hutang.html#.Wrs2iS5ubIU)

Doa agar Anak terhindar dari Zina (Sumber gambar:http://tolibilmi.blogspot.co.id/2015/11/hukum-mengahwini-perempuan-gadis.html)
Artikel ini telah terbit pertama kali di UC News dengan judul Zina adalah Utang, Berani Berzina Bersiaplah Membayar

Setelah 'Hijrah' Jadi Pilih-pilih Teman, Masa Sih Harus Begitu?

Awalnya, Rina (bukan nama sebenarnya) adalah gadis yang supel, dan mudah bergaul dengan sesiapapun. Kawan-kawannya banyak dan seringnya dengan bermacam-macam polah dan kebiasaan. Orangtuanya bahkan sempat khawatir dengan kesupelannya bergaul. Takut ia salah memilih kawan.

Referensi pihak ketiga
Belakangan, Rina berubah. Pakaiannya semakin melebar dan tertutup, hijabnya pun semakin panjang. Ia mulai membatasi pergaulan dengan kawan-kawan lamanya. Orang tuanya tentu merasa senang, Rina tengah menjalani proses hijrah menjadi pribadi yang lebih baik.
Tetapi, kawan-kawannya justru merasa sedih dan kecewa, Rina benar-benar menjauhi mereka, bahkan enggan bertegur sapa. Sebagian teman-temannya memaklumi, bahwa itulah konsekuensi hijrahnya Rina, sebagian lagi menyalahkan proses hijrahnya Rina.
"Jika proses menjadi lebih baik membuatmu tidak lagi selevel untuk bergaul dengan kami, sungguh kami menyesali jalan hijrahmu" hujat kawan-kawannya.
Sebagian lagi berseru "Jika berkawan pilih-pilih, bagaimana orang buruk seperti kami dapat hidayah?"
Rina pun bersedih. Tak mengerti apa yang salah? Ia hanya melaksanakan anjuran dalam syariat yang dipahaminya sebagai suatu kebenaran.
Dalam sebuah kajian Rina mendengar ustadnya menyampaikan sebuah hadist shahih yang berbunyi:
Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” -HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628-
Rina menjauhi kawan-kawan lamanya dan memilih hanya bergaul bersama orang-orang shalih/shalihah ( kawan-kawan pengajiannya) agar dapat mengambil manfaat dari mereka.

Referensi pihak ketiga
Tentu tidak salah, namun ada hal yang mungkin dilupakan Rina, bahwa syariat menganjurkan mencari teman yang berlatar-belakang baik, bukan berarti kita tidak bergaul dengan orang-orang di sekitar kita, cuek dengan kawan-kawan lama, bahkan bersikap ekstrim hingga tidak bertegur sapa sama sekali. Tetaplah bergaul sewajarnya, tunjukkan adab akhlak yang semakin baik, sehingga proses hijrah kita bisa menjadi inspirasi dan (mudah-mudahan) hidayah bagi mereka.
Memilih kawan yang baik, Juga bukan berarti kita tidak bergaul dengan orang yang berbeda agama, berbeda pemahaman, orang-orang fasik dan orang-orang berkarakter buruk lainnya. Akan tetapi, pergaulan dengan mereka mesti dilandasi keinginan dan niat untuk mendakwahi dan memperbaiki mereka, minimal memberikan teladan yang baik. Tentu dengan menakar kemampuan diri kita sendiri.
Jika pergaulan kita dengan mereka mendatangkan manfaat yang besar bagi mereka, maka kita boleh bergaul dengan mereka. Begitu pula sebaliknya, jika tidak mendatangkan manfaat tetapi justru mendatangkan bahaya bagi diri sendiri, maka bergaul dengan mereka menjadi perkara larangan.
Syaikh Muhammad al-‘Utsaimîn rahimahullah berkata:
“Jika di dalam pergaulan dengan orang-orang fasik menjadikan sebab datangnya hidayah baginya, maka tidak mengapa berteman dengannya. Engkau bisa undang dia ke rumahmu, kamu datang ke rumahnya atau kamu jalan-jalan bersamanya, dengan syarat tidak mengotori kehormatan dirimu dalam pandangan masyarakat. Betapa banyak orang-orang fasik mendapatkan hidayah dengan berteman dengan orang-orang yang baik.”
Dalam hidup bermasyarakat, dan berinteraksi dengan banyak orang kita hanya punya dua pilihan, mewarnai dan diwarnai menjadi lebih baik atau menjadi lebih buruk.
Tentukan pilihanmu sekarang, kawan!

Sumber referensi: Almanhaj.or.id

Pepatah Arab: Barang Siapa Rumahnya Dari kaca, Janganlah Melempar Rumah Orang Lain Dengan Batu!

Terdapat sebuah pepatah Arab yang berbunyi:

Referensi pihak ketiga
Apa maknanya?
Pepatah ini mengajarkan kita untuk tidak menyibukkan diri dengan aib orang lain, sementara kita pun memiliki aib yang sama atau berpotensi melakukan aib tersebut.
Terkait dengan hal tersebut, Imam Syafi’i memberikan nasihat kepada kita :
"Janganlah lisanmu menampakkan kekurangan/aib saudaramu !
Dirimu sendiri penuh dengan kekurangan dan orang lainpun juga memiliki lisan sepertimu !"

Referensi pihak ketiga
Ketika kita sibuk mengumbar aib orang lain, hasilnya akan selalu buruk. Entah orang lain membongkar aib kita, atau kita terjerumus dalam aib seperti aib orang lain yang kita bicarakan.
Nabi kita yang mulia Shallallahu’alaihi wassalam telah bersabda :
Barangsiapa menutupi kekurangan saudaranya maka Allah akan menutupi kekurangannya pada waktu hari kiamat! dan barang siapa menampakkan kekurangan saudaranya muslim maka Allah akan menampakkan kekurangannya dan menghinakannya di dunia
[Perawi hadist ini adalah Abdullah bin Abbas ( semoga Allah meridoi keduanya) dan hadist ini ditakhrij oleh Imam Al-Mundziry dalam kitab At-Targhib wa At-Tarhib dengan sanad hasan]

Referensi pihak ketiga
Sumber Referensi: Muslim.or.id
Tag : ,

Pasangan Sederhana Yang Diremehkan Universitas Harvard, Ternyata

Pasangan itu tampak sederhana. Gaun lusuh membungkus tubuh sang wanita, sementara pasangannya lelaki sederhana yang mengenakan jas usang. Dengan canggung mereka memasuki kawasan universitas Harvard. Tak tanggung-tanggung yang ingin mereka temui adalah sang rektor.
Karena tak memiliki janji temu, sang sekretaris mengabaikan mereka. Hingga berjam-jam kemudian si sekretaris akhirnya menyerah dan masuk menemui sang rektor.
"Temuilah mereka barang sebentar, Tuan. Dengan begitu mereka akan pergi" bujuknya dengan takut-takut. Sekretaris itu tahu, sang rektor tentulah merasa kesal harus menemui pasangan lusuh yang tak mungkin berkepentingan dengan universitas sekelas Harvard.
Rektor, dengan wajah sombong, berjalan tegap menemui pasangan yang sudah menunggunya sedari tadi. Kepada rektor, wanita bergaun lusuh menjelaskan bahwa dulu mereka memiliki seorang putra yang berkuliah di Harvard, sayangnya di tahun pertama perkuliahannya ia meninggal dalam sebuah kecelakaan. Pasangan itu berniat membuat sebuah kenang-kenangan di kampus Harvard untuk anak mereka.
Sayangnya rektor tidak bersimpati sama sekali, "jika semua mahasiswa yang bersekolah disini dan meninggal dibuatkan kenangan, maka kampus ini akan berubah jadi kuburan" ujarnya dengan ketus.
"Kami ingin membangun sebuah gedung" terang pria berjas usang.
Rektor memandang mereka berdua dengan pandangan meremehkan "Sebuah gedung? Tahukah kalian berapa biaya membangun sebuah gedung? Kami memiliki gedung senilai tujuh setengah juta dollar di Harvard."
Wanita itu terdiam. Rektor merasa menang dan berniat pergi, namun sebelumnya ia mendengar bisikan si wanita kepada suaminya "Jika biayanya hanya sedemikian, lebih baik kita mulai membangun Universitas kita sendiri". Sang suami menyetujuinya. Dan pasangan itu berlalu meninggalkan rektor yang bingung sekaligus takjub.
Pasangan bergaun lusuh dan berjas usang itu adalah Mr. dan Mrs. Leland Stanford. Keluar dari Harvard mereka menuju California. Di sana mereka mendirikan Universitas Stanford sebagai sebuah kenang-kenangan untuk anak lelaki mereka.

Referensi pihak ketiga
------
Penampilan seringkali tidak menunjukkan identitas asli seseorang. Seringkali kita terjebak memperlakukan orang lain dengan tidak pantas tersebab penampilan luar mereka. Seyogyanya setiap orang, siapapun dia, bagaimanapun keadaannya tetap berhak menerima perlakuan baik dari kita sebagaimana kita ingin diperlakukan dengan baik oleh orang lain.
Pada akhirnya penilaian dan perlakuan kita terhadap seseorang tidak mempengaruhi mereka, melainkan justru menunjukkan kualitas diri kita yang sebenarnya


Referensi pihak ketiga

Referensi pihak ketiga
Sumber Referensi:
Koin Emas di Tepi Jalan karya Mario Seto Terbitan New Diglossia 2011

Pemilik Doa Mustajab Yang Tak Ingin Dikenali Manusia

Pernah dikisahkan dari Muhammad bin Al Munkadir, seorang imam dan ulama besar di kalangan para tabi'in. Peristiwa ini terjadi saat Madinah mengalami musim kemarau yang panjang. Peduduk Madinah telah berduyun-duyun melakukan shalat istisqa' saat itu, namun hujan belum jua turun.

Referensi pihak ketiga
Suatu malam, Muhammad bin Al Munkadir berdiam diri di masjid Rasulullah seusai mendirikan sholat Isya. Ia berlindung di balik salah satu tiang di sana sehingga terlindung dari pandangan orang-orang. Saat itu tiba-tiba datang seorang laki-laki berkulit hitam datang memasuki masjid dan segera menuju salah satu tiang lain di sana.
Lelaki itu lantas sholat dua rakaat dan kemudian berdoa seraya berkata "Wahai Rabbku, penduduk kota Nabi-Mu telah keluar untuk meminta hujan namun Engkau belum menurunkan hujan kepada mereka. Kini aku bersumpah atas nama-Mu supaya Engkau menurunkan hujan kepada mereka." 
Sungguh diluar dugaan, belum lagi lelaki itu menurunkan tangannya gemuruh petir terdengar dan disusul hujan deras yang seketika membasahi tanah-tanah Madinah.
Lelaki itu seketika memanjatkan puji-pujian kepada Allah Ta'ala dan berkata "Siapa saya dan apa kedudukan saya sehingga doa saya bisa terkabul. Namun aku berlindung kepada-Mu ya Allah dengan memuji-Mu dan berlindung dengan kemuliaan-Mu."
Lelaki itu kembali berdiri dan melaksanakan sholat hingga menjelang subuh dan kemudian mengikuti jamaah sholat subuh.
Ibnul Mukandir yang penasaran siapa sosok itu segera mengikutinya seusai sholat subuh, Namun sayangnya ia kehilangan jejak lelaki itu.

Referensi pihak ketiga
Keesokan malam, Ibnul Mukandir kembali mendapati lelaki itu datang dan sholat sepanjang malam hingga menjelang subuh. Hari itu Ibnul Mukandir berhasil mengikuti lelaki hitam itu hingga sampai ke sebuah rumah yang dikenalinya di Madinah.
Ibnul Mukandir kembali ke masjid untuk melaksanakan sholat dhuha, dan kemudian memutuskan mendatangi lelaki itu di rumahnya.
Lelaki itu ternyata seorang tukang sepatu. Dan begitu melihat Ibnul Mukandir, ia pun mengenali sang ulama dan segera menyambutnya, "Wahai Abu Abdillah (Ibnul Munkadir) selamat datang. Apakah engkau ada keperluan denganku? Apakah anda ingin aku buatkan sepatu?"
Ibnul Mukandir bertanya, "Bukankah engkau yang menjadi temanku pada malam pertama itu?"
Mendengar pertanyaan itu, rona lelaki yang tadi ramah itu mendadak berubah. Ia menjadi marah dan kemudian berteriak keras, "Ibnul Munkadir, apa urusan anda dengan peristiwa itu?!" 
Ibnul Mukandir segera pamit pulang. Dan pada malam harinya ia kembali menunggu lelaki itu di masjid Rasulullah, namun hingga subuh lelaki itu sama sekali tak menampakkan dirinya. Hal ini membuat Ibnul Mukandir begitu menyesal, "Innalillah, apa yang telah kuperbuat terhadap orang itu."
Selewat waktu dhuha, Ibnul Mukandir bergegas menuju rumah tukang sepatu itu. Dan ia hanya mendapati rumah yang sudah kosong seolah tak pernah dihuni. Seorang tetangga kemudian bertanya, "Wahai Abu Abdillah, apa yang terjadi antara anda dengan orang itu kemarin? Tatkala engkau keluar dari rumahnya kemarin, dia pun segera membentangkan kainnya di tengah ruangan rumah. Dia tidaklah membiarkan selembar kulit atau cetakan sepatu di rumahnya melainkan ia letakkan pada kain tersebut. Kemudian dia membawa kain itu dan keluar dari rumah sehingga kami pun tidak tahu lagi kemana dia pergi." 
Mengetahuinya, Ibnul Mukandir mendatangi setiap rumah di Madinah yang diketahuinya, namun ia tak jua berhasil menemukan si tukang sepatu tersebut.

Referensi pihak ketiga
Sahabat, demikianlah sebuah kisah tentang seorang tukang sepatu yang memiliki doa yang mustajab. Kisah ini mencerminkan ketawadhuan dan keikhlasannya yang tak ingin amal-amalnya diketahui oleh orang lain.
Padahal kebanyakan kita hari ini, kerap berlomba-lomba mempublikasikan kehidupan pribadi melalui unggahan-unggahan di medsos, bahkan hal-hal privat terkait amal ibadah yang tentu saja berpotensi besar menimbulkan ujub dan riya'. Sementara orang-orang shalih zaman dulu begitu khawatir jika ada yang mengetahui amalnya.
Dari kisah ini kitapun mengambil hikmah, bahwa ada orang-orang yang dianggap sepele di mata manusia namun ternyata memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah Ta'ala.
"Terkadang seseorang yang rambutnya berdebu dan terusir di depan pintu namun seandainya ia bersumpah dengan nama Allah, maka Allah akan mengabulkannya."
Semoga kita mengambil pelajaran.
---
Sumber Referensi:
atsar.id/2019/02/kisah-doa-si-tukang-sepatu.html

Waduh! Dianggap Terlalu Tampan, Pemuda Ini Langsung Ditolak Calon Mertua, Ternyata

Ternyata menjadi tampan tidak selalu mejadi anugerah. Begitulah yang dialami pemuda tampan asal Tahiland ini.
Beberapa waktu lalu, sebuah sayembara pencarian calon mantu yang diinisiasi oleh juragan durian di Thailand, Anont Rotthong, membuat heboh. Tak tanggung-tanggung lebih 10 ribu pemuda berbondong-bondong menanggapi sayembara tersebut. Bagaimana tidak, sang juragan menjanjikan uang tunai sekitar Rp 4,4 Miliyar, mobil, rumah serta bisnis duriannya.
Pada akhirnya, ia membatalkan sayembara tersebut secara sepihak karena kewalahan menghadapi ribuan pemuda yang bersiap mempersunting putrinya,

Referensi pihak ketiga
Di antara ribuan pemuda, tersebutlah pemuda tampan ini, Premyosapon Khongsai (28). Pemuda ini sangat berhasrat mengikuti sayembara, ia bahkan mendapat banyak dukungan dari keluarga, teman-teman, dan orang-orang terdekatnya.
Untuk menarik perhatian sang calon mertua, pemuda ini mengunggah sebuah status berisi permohonan agar dirinya diterima oleh Anont,
Aku sangat tertarik. Aku 28 tahun. Keluargaku juga petani durian. Kami punya 300 pohon durian di sana, Aku sudah biasa berada di terik matahri dan kehujanan. Aku bisa mengemudikan truk besar sampai traktor, Tolong terima aku jadi mantumu, ayah Anont, terima kasih," tulis Khongsai, yang juga menyertakan fotonya.
Meski tampak ideal, dan unggahannya menjadi viral, pemuda tampan ini ternyata tak beruntung. Anont justru langsung menolaknya dengan alasan yang mengejutkan yakni karena Khongsai dianggap punya wajah terlalu tampan.
Wajah tampan yang dimiliki pemuda ini membuat Anont merasa khawatir untuk menerimanya sebagai mantu. Ia tak sennag jika mengetahui menantunya dikejar-kejar banyak wanita dan kelak membuat putrinya patah hati.

Referensi pihak ketiga
Sahabat, demikianlah jodoh, ia sungguh tak memandang rupa dan harta. Tak peduli apa yang kau miliki jika memang ia tak ditetapkan bagimu, maka ia tak akan menjadi milikmu.
---
Sumber Referensi:
today.line.me

- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -