Posted by : Sara Amijaya Friday 31 May 2019

Jika pada setiap Idul Fitri jamak kita saksikan keceriaan anak-anak dengan pakaian baru juga sepatu baru, maka penampilan dua anak yang ikut sholat ied pagi itu sungguh sangat jauh berbeda dari keceriaan khas Idul Fitri.

Ilustrasi
Kedua bocah lelaki itu, memakai pakaian kumal yang mungkin sudah beberapa hari melekat di tubuhnya. Sarung mereka pun tampak robek di beberapa bagian. Tapi, semua itu sama sekali tak mengurangi kekhusyu'an mereka melaksanakan sholat dan juga ketika berdoa.
Seusai sholat Idul Fitri, kedua bocah itu saling berpegangan, mereka berpelukan dan saling mengusap air mata di pipi masing-masing. Adegan itu terjadi di pojok sehingga mungkin tak terlihat di antara lalu lalang jamaah yang sibuk dengan suka cita mereka masing-masing.
Namun, pemandangan haru itu ternyata tak luput dari pandangan mata tua bapak pengurus masjid, Pak Ahmad.
Pak Ahmad mendekati keduanya dan dengan penuh kasih sayang seorang ayah mencari tahu tentang kondisi keduanya. Akhirnya kedua bocah itu diketahui bernama Sidiq dan Fajar. Keduanya adalah yatim piatu yang 'melarikan diri' dari panti asuhan tempat mereka selama ini bernaung.
Sidiq tak bisa melihat sedari kecil, sementara Fajar memiliki keterbatasan dalam berbicara. Keduanya bersahabat dan menjadi tumpuan satu sama lain. Fajar adalah mata bagi Sidiq, sebaliknya Sidiq adalah mulut bagi Fajar.
Mereka sampai di masjid itu karena bersembunyi di sebuah truk pengangkut barang. Keduanya nekat kabur dari panti karena Sidiq sangat merindukan ibunya.

Referensi pihak ketiga
Pak Ahmad pun bertanya, "Di mana rumah ibumu, nak?"
Namun, seketika itu pula Pak Ahmad menangis saat mendengar jawaban Sidiq ternyata alamat sebuah pemakaman umum yang jaraknya masih beberapa kilo meter dari masjid tersebut.
Pak Ahmad kemudian membawa Sidiq dan Fajar pulang ke rumahnya terlebih dahulu. Memberi keduanya pakaian yang lebih layak dan menjamunya dengan makanan khas idul fitri.
Pak Ahmad kembali menangis, saat melihat keduanya menyantap makanan dengan sangat lahap. "Ibu memang keren, Meski sudah dikubur ia masih mengantarkan kita menikmati makanan enak ini..." ucap Sidiq dengan mulut yang penuh makanan. Fajar tersenyum dan mengangguk kuat-kuat meski sadar Sidiq tak akan bisa melihatnya.
Kebaikan pak Ahmad tak sampai di sana, ia bahkan menunda menemui tamu-tamunya yang lain demi memuliakan kedua anak yatim itu hingga hajat keduanya terselesaikan dengan baik, berjumpa sang ibu.
Lagi-lagi pak Ahmad dibuat menangis, saat di depan makam ibunya Sidiq berkata kepada sahabatnya, "Mulai sekarang jangan pernah merasa tak punya ibu, ibuku adalah ibumu juga..."

Referensi pihak ketiga

Idul Fitri bukan hanya soal kemenangan kita pribadi. Namun, segala amal ibadah di Ramadhan hendaknya meningkatkan empati kita pada sesama.
Anak-anak seperti Sidiq dan Fajar sangat banyak di sekitar kita, namun sayangnya tak semua kita berhati seperti pak Ahmad.
Semoga kisah ini memberi kita ibroh.

Referensi pihak ketiga
Sumber Referensi:
Kisah di sekeliling penulis dengan sedikit tambahan untuk menggambarkan kejadian menyentuh

- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -