Search This Blog

Powered by Blogger.

Liputan6.com solusi cerdas untuk selalu up to date.

Liputan6.com solusi cerdas untuk selalu up to date.Sebagai IRT yang juga merangkap sebagai wanita bekerja, aku hampir-hampir tak sempat bahkan untuk sekedar mengikuti perkembangan info kekinian baik di dalam negeri apalagi Luar negeri.Ditengah-tengah kesibukan dini hari menjelang berangkat kerja,menyiapkan sarapan, dan menyiapkan anak-anak yang juga harus sekolah aku hanya sempat mendengar potongan-potongan berita pagi yang biasa diikuti suamiku.
Tampilan liputan6.com per 18 Juni 2013


Syukurnya di kantor, pekerjaan mengharuskanku terkoneksi dengan jaringan internet sepanjang waktu sehingga memudahkanku menjelajah dunia maya. Dimana Keberadaan portal-portal berita yang kian marak di media online jelas sangat membantuku untuk selalu up to date dengan informasi-informasi yang tak sempat kutelaah melalui media elektronik maupun media massa lainnya.

 Dengan demikian, tentu aku akrab dengan beberapa portal berita online yang sudah eksis sejak lama. Salah satunya liputan6.com.


Tag : ,

Mengapa aku berbelanja online?

Kebanyakan wanita suka shopping ya? Aku sih wanita juga, tapi shopping????? Kalu shopping berarti kamu harus muter-muter, ngubek-ngubek barang, ke sana ke sini buat compare harga, wedeuh…….. berarti aku masuk golongan minoritas deh. Aku gak suka shopping model kek gitu.

Bukan apa-apa sih, aku gak begitu suka keramaian. Cepat pusing di tengah orang banyak, apalagi musti bolak-balik, muter sana-sini. Dibayar berapa juga ogah deh.
Bahkan untuk keperluan rumah tangga, suamiku yang turun tangan. Kecuali yang dibeli udah gak terlalu banyak dan cuman disatu tempat itupun perlu bujukan penuh dari suami dan anak-anak.

Dengan suami yang selalu siaga seperti itu, rasanya kebutuhanku untuk berbelanja aman-aman saja. Sampai ketika kami pindah domisili di kota kecil kelahiranku. Sebuah kabupaten di Kalimantan Timur. Tidak banyak pilihan untuk berbelanja dan jangan ditanya alangkah mahal harganya.

Yang paling menyebalkan, di kota ini aku benar-benar kesulitan  mendapatkan buku-buku bacaan yang sudah menjadi bagian hidupku. Maka, jelas aku mulai memikirkan untuk berbelanja online.

Melalui search engine (aku biasa menggunakan google), cukup mengetikkan keyword yang dibutuhkan  segera saja aku menemukan beragam situs yang menjual buku secara online. Biasanya aku membatasi diri hanya membuka 10 situs di halaman pertama hasil  pencarian tersebut. Entah benar atau tidak aku berkeyakinan, situs-situs yang terdeteksi search engine hingga berada di page pertama memiliki tingkat kredibilitas yang lebih tinggi dibanding situs-situs diurutan selanjutnya (belakangan aku baru tau soal SEO ^_^).

Berbelanja online juga membuatku mudah dan simple untuk melakukan compare harga. Mendapatkan barang bagus dengan harga murah bukanlah hal yang mustahil tanpa aku bersusah payah muter-muter menghabiskan tenaga.

Makin kesini, aku tidak hanya membeli buku-buku secara online tapi juga pakaian, jilbab, permainan anak-anak, sprei, bed cover, hingga perlengkapan bayi, dll.

Alhamdulillah, sejauh ini aku belum pernah mengalami penipuan selama berbelanja online. Meski demikian tetap ya kita wajib berhati-hati ketika berbelanja online. Bagaimanapun, tahun lalu suamiku menemukan sebuah lapak online di blogspot yang mengatas namakan dirinya lengkap beserta scan ktpnya yang entah didapat darimana oleh si pelaku. Suamiku akhirnya melakukan pengaduan penyalahgunaan identitas dan blog tersebut akhirnya di hapus oleh admin blogspot.

Dalam berbelanja online aku berusaha memilih situs   yang terpercaya. Mengukur kredibilitas sebuah situs itu gampang-gampang susah sih. Aku pribadi memiliki beberapa parameter sendiri. Paling tidak barang yang mereka perjual belikan di update secara teratur. Aku juga menghubungi contact personnya baik melalui sms, telepon, atau sekedar mengecek di FB mereka. Dan lebih dari itu yang menjadi ukuranku mempercayai sebuah situs online adalah fast respon atas order yang kita lakukan, baik dalam jumlah kecil maupun besar. Aku juga memilih situs online yang memungkinkan pembeli memilih sendiri jasa pengiriman yang diinginkan juga memiliki rekening bank yang beragam.

Mengingat tempat tinggalku yang lumayan di pedalaman aku memilih jasa pengiriman yang terpercaya dan murah. Gak banget deh kalu ongkos kirimnya lebih mahal dari harga barang yang aku beli ^_^. Rekening bank yang beragam memberiku pilihan untuk mentransfer lebih mudah dan cepat.

Beberapa situs yang menjadi langgananku adalah gramediaonline.com bukueksrental.blogspot.com, omahsprei.com, grosirperlengkapanbayimurah.com, pabrikbajubayi.com ,  dll. Aku juga terkadang membeli produk-produk yang ditawarkan di olshop-olshop online yang menjamur di FB, sebut saja jilbab malang, omah buku, promosi buku, dll.

Untuk orang sepertiku,  kemudahan berbelanja online itu jelas membantu sekali loh selama kita jeli memilah milih situs online yang ada. So, do you want to try????





Tag : ,

Menyemai Cinta, Membangun Samara

“Aku gak cocok ma suamiku dan keluarganya, terbersit ingin pisah…tapi berat rasanya kalu ingat anak-anak….”  Sms itu kuterima dari salah seorang sahabatku pada tahun ke-6 pernikahannya.

“Mungkin cinta itu udah gak ada mba, aku bosan selalu dicuekin. Masku sekarang berubah…..” sms lain yang kuterima dari salah satu adik tingkatku semasa kuliah.

“Aku selingkuh sya, suamiku gak mau ceraikan aku sih….” Message lain yang kuterima dari kawan semasa kuliahku.

gambar dari sini
Ada apa sih dengan dunia pikirku , saat dalam waktu berdekatan curhat-curhat serupa bergantian memenuhi inbox messageku. Bagaimanapun aku sudah tak asing mendengar kasus perceraian, atau perselisihan dalam rumah tangga. Bekerja di kementerian Agama meski di bagian keuangan tidak membuatku menutup mata terhadap tingginya tingkat perceraian di daerahku. Rasanya menjadi wajar jika terbetik rasa khawatir di benakku, akan bagaimanakah rumah tanggaku sendiri.

7 tahun menikah, bukan waktu yang singkat tapi juga belum bisa dibilang lama. Aku menikah diusia yang belum genap 22 tahun. Jangan tanya bagaimana sifat dan karakterku. Yang jelas masih sangat kekanak-kanakan. Jadi sepantasnya aku memilih suami yang terpaut usia cukup jauh dariku (hampir 5 tahun). Bisa dipastikan berapa banyak perbedaan sifat dan cara pandang kami. Dan ditengah semua perbedaan itu dalam rentang sejak awal mengenalnya hingga kini 7 tahun bersamanya, kurasa tak banyak yang berubah dari kami.

Aku tak akan menyangkal bahwa pernikahanku bukannya “no cry, no pain” tapi aku bisa menggambarkannya dalam satu kata singkat dan jelas “Bahagia”.

Teman-teman yang memilih curhat kepadaku menyebutkan bahwa dalam pandangan mereka aku adalah sosok istri sholehah nan baik budi. Saat aku menceritakannya pada suamiku, aku terpaksa mencubitnya kuat-kuat agar tawanya mereda.

 Ya, sebenarnya aku bukan sosok istri sholehah nan baik budi seperti yang dikira teman-temanku itu. Aku hanya wanita biasa, istri biasa yang penuh dengan kekurangan. Aku istri yang masih sering memanyunkan bibirku saat aku tak suka atau tak setuju dengan pendapat suamiku. Aku istri yang super duper manja yang sedikit-sedikit masih sering berteriak “abaaang….” hingga terkadang menjadi olok-olokan putri pertamaku. Aku juga istri yang mudah menangis jika suamiku berbicara keras sedikit saja, padahal entah berapa sering aku berteriak-teriak pada suamiku itu.

Jadi jika kalian penasaran mengapa dalam rentang 7 tahun ini rumah tanggaku terbilang aman-aman saja dan terasa menyenangkan. Seharusnya kalian menanyakannya pada suamiku. Entah bagaimana dia bisa bertahan dengan semua sikap menyebalkanku sebagi istrinya ^_^. Dan itulah yang aku sering tanyakan padanya.

Menurut suamiku, pernikahan itu tidak menuntut pribadimu untuk menjadi orang lain. Pernikahan hanya mengubah statusmu menjadi seorang istri dan kemudian ibu. Selama kamu sudah bersikap sepantasnya dalam statusmu sebagai seorang istri dan ibu, itu cukup. Dan karena aku sendiri tak pernah menuntut suamiku untuk menjadi apa atau bagaimana, menjadi lebih mudah bagi suamiku untuk juga menerimaku apa adanya.

Dalam banyak kasus, kita mahfum seorang pria yang diawal-awal mendekati wanita yang disukainya cenderung bersikap manis dan menjadi apa yang diharapkan si wanita. Demikian pula sebaliknya. Dan setelah menikah mungkin masing-masing pihak baru menyadari sifat dan karakter asli pasangannya.

Dalam kasusku, mungkin karena sejak awal mengenal sebagai rekan seorganisasi dan pasca menikah, kami selalu menjadi diri kami sendiri. Maka tak pernah ada ekspektasi berlebih terhadap pasangan. Yang ada proses hidup bersama selama 7 tahun ini membuat kami bisa saling menerima satu sama lain dengan segala keapa-adaan diri kami sendiri.

Berbeda pendapat? Pasti seringlah. Sebagai istri aku paham satu hal, apapun keputusan suamiku, dikompromikannya atau tidak denganku itu adalah mutlak haknya. Penerimaanku akan hal tersebut membuat suamiku justru bersikap terbuka, mengajakku berdiskusi untuk setiap hal, dan mendengarkan pendapatku sebelum memutuskan suatu hal. Untuk hal-hal yang tidak kusetujui meski aku memanyunkan bibirku, suamiku tau bahwa aku pasti menerima keputusannya. Toh, selama ini setiap hal yang diputuskan suamiku belum pernah terbukti menyengsarakan kami ^-^.

Ketimbang romantis, suamiku itu sebenarnya konyol. Setiap jalan bersama dia memang selalu menggandeng tanganku, tapi itupun sambil mengkitik-kitik telapak tanganku. Jika sedang sedih atau ngambek, suamiku tak akan merayuku dengan kata-kata manis. Ia justru akan bersekongkol dengan anak-anak kami untuk kemudian mengolok-olokku, membuat tingkah lucu, atau bahkan menggelitikiku beramai-ramai sampai aku terpaksa berteriak-teriak dan mau tak mau ikut tertawa bersama mereka.

Satu hal yang kami sepakati Cinta dalam pernikahan itu adalah sebuah perasaan yang terus berkembang. Dari sekedar rasa suka, cinta yang menggebu-gebu dan seiring perjalanan waktu akan menjadi cinta yang dewasa dan bertanggung jawab.


Hal-hal kecil yang selalu kami kerjakan bersama-sama. Melibatkan anak-anak dalam setiap aktivitas kami. Mengobrol ringan sebelum tidur. Bergandengan tangan, menonton bersama, mendiskusikan segala hal, saling meledek, tertawa bersama, saling mendiamkan beberapa saat, dan lain-lain. Pada dasarnya semua itu adalah cara kami untuk terus menyemai cinta dalam pernikahan kami dan mewujudkan samara yang kami cita-citakan.

Protes Si Amma


Putri sulungku, Amma Bulan ini genap berusia 6 Tahun. Sepanjang 6 tahun ini jangan ditanya betapa banyak tawa, kekesalan juga inspirasi yang telah dihadirkannya ditengah-tengah kami.
Amma yang kadang sok gede ^_^

Seperti di suatu sore yang cerah itu. Amma dan adiknya Ofi (hampir 3thn) tengah menikmati kudapan sore dan menonton kartun bersama. Aku tengah bersantai dikamar dengan novel ditanganku. Suamiku sibuk dengan print-printannya di ruang samping sambil mengawasi anak-anak. Saat itulah sebuah sms masuk. Dan aku yang kadung malas bangun dari posisi nyamanku dengan teledornya justru berteriak-teriak “abang….abang…. ada sms tuh dari temennya”. 

Aku tau suamiku kurang suka dengan kebiasaanku itu, jadi setengah yakin dia bukan tidak mendengar tapi sengaja mengacuhkanku. Dan aku sedang kumat jailnya sehingga terus-terusan mengulangi panggilanku itu dengan nada berbeda-beda.

Alih-alih meladeniku suamiku justru kian asyik dengan pekerjaannya. Reaksi tak terduga justru muncul dari Amma putri sulungku. Dengan suara kesal dia berkata pada abinya “ Abang….abang tuh dipanggil adek sayangnya, dijawab dong kalau gak tuh si adek sayang gak bakal diam-diam. Kami ini lagi nonton berisik tau”

Aku yang mendengar gerutuan kesal si Amma, kontan terbahak-bahak, melempar novel yang kupegang dan langsung lari keluar menemui suamiku. Suamiku juga menyambutku dengan tawa yang gak kalah hebohnya. “Tuh, dek jangan berisik ngapa?” kata suamiku dengan tawa lebarnya.

“Ih, dah ketemu juga masih ribut aja” lagi-lagi itu protes si Amma. Deuuu…perutku serasa kram menahan tawa. Sok gedenya itu loh bikin gak kuat.

Dan bagaimanapun pada akhirnya aku dan suamiku jadi berdiskusi tentang panggilan kami satu sama lain yang gak berubah dari dulu. Aku tetap memanggilnya “abang”, dan suamiku masih selalu memanggilku “adek”. Panggilan yang seringkali menjadi olok-olokan Amma.











How Be A Good Mother?????


Peran tersulit dalam hidup yang harus kujalani adalah ketika menjadi seorang ibu. Bagaimana tidak, tanggung jawab besar terhadap karakter dasar seorang anak mutlak berada di tangan ibunya. Dan aku, hanya dengan 2 orang anak berusia 6 tahun dan 3 tahun serta janin dalam kandunganku sudah seringkali “bertanduk” dalam menghadapi tingkah polah mereka.

Two my lovely daughters


Rasanya gak berguna deh semua materi parenting yang pernah kupelajari, pada kenyataannya kemampuan hatiku dalam mengelola emosi dan kesabaran masih sangat-sangat kurang;(.

Ciptakan keceriaan dengan luve litee


Pertama kali kenal luve litee, gara-gara es krim campina rasa strawberry ukuran 800 ml yang biasa menjadi favorit anak-anakku sedang kosong di toko langganan kami. Dasarnya anak-anak pemilih, waktu aku tawari dengan alternative rasa lain mereka tetap saja kekeuh harus rasa strawberry.

Cukup lama usaha bujuk-membujuk itu tidak membuahkan hasil, sampai, si kakak yang terus mengubek-ubek box es krim melihat kemasan kotak mungil luve litee raspberry Rosella.

“Mi, ini aja deh, kayaknya ini versi anaknya campina strawberry” Kontan aku tersenyum mendengar kesimpulan sotoy si kakak yang berusia 6 tahun. Tapi demi melihat antusias si kakak yang langsung diikuti adiknya aku gak pikir panjang dan langsung menyetujuinya. Daripada mereka berubah pikiran lagi, wah bakal lama lagi deh membujuknya.
Tag : ,

Menikah itu Menikmati kebersamaan.....



gambar dari sini

Kemarin hari aku menyimak sebuah diskusi dari  syndrom pra pernikahan, konflik rumah tangga, hingga perceraian. Mau tak mau membuatku berpikir ulang dan merenung cukup lama.

Tahun ini, tahun ke-7 pernikahan kami. Bukan waktu yang lama tapi juga tidak bisa dibilang singkat. Hanya saja aku merasa seperti baru kemaren pernikahan itu berlangsung. Karena setiap hari-hari yang terlalui adalah proses pembelajaran dan pengenalan tanpa henti.

Obat Generik Berlogo Bukan Obat Kelas Dua




Memiliki dua putri  dengan bakat asma sedari bayi membuatku mau tak mau harus sadar medis. Setiap berpindah domisili,  maka hal pertama yang kami cari adalah tempat pelayanan kesehatan, alamat praktek dokter, dan apotik.

Sewaktu tinggal di Palembang, yang notabene merupakan kota besar, jelas kami tak mengalami kesulitan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai. Termasuk mendapatkan pelayanan   dan  obat-obatan kelas satuatau obat paten, paling tidak begitulah pikirku saat itu.

Terbiasa mendapat pelayanan kesehatan di dokter praktek, dan sama sekali buta dengan jenis obat-obatan aku terbiasa langsung menebus saja resep yang diberikan. Bahkan meski dengan nominal ratusan ribu rupiah.
Tag : ,

Thanks to BAW


Give Away BAW 20 Maret s/d 20 April 2013





BAW, Be A Writer. Grup menulis yang kuikuti sejak sekitar setahun yang lalu. Satu-satunya grup yang membuatku betah dan  nyaman berinteraksi dengan seluruh anggotanya. Grup yang tak segan membagi ilmu, membagi tawa dan juga duka masing-masing anggotanya.

Rerata grup-grup kepenulisan yang lain beranggotakan banyaaaak sekali personel bahkan ada yang mencapai ribuan. Dan ya bisa dipastikan yang benar-benar memperoleh ilmu dari grup tersebut hanyalah segelintir orang. Bagiku inilah yang membuat perbedaan besar antara BAW dan grup-grup kepenulisan lain yang menjamur secara online.

BAW menyetting grupnya sebagai close group dengan anggota yang hanya lebih sedikit dari angka 100. Jumlahnya kadang berkurang saat ada anggota yang tereliminasi. Bisa karena tak mengerjakan tugas, tak aktif tanpa pemberitahuan, dan lain-lain alasan yang dirasa mengganggu kestabilan dan kenyamanan keseluruhan anggota juga jalannya arus per-BAW-an (halah). 

Jumlahnya juga kadang bertambah terlebih setelah BAW melaunching blog-nya dan mulai diketahui khalayak ramai. Permintaan untuk bergabung di BAW rasanya makin ramai. Dan tentu saja kebijaksanaan untuk menerima atau menolak seorang anggota baru adalah mutlak milik bu kepsek.

Bu kepsek? Serasa di sekolah ya? Hehehe begitulah BAW. BAW itu sekolah juga rumah bagi seluruh anggotanya. Sekolah, karena disanalah beragam ilmu seputar dunia menulis diberikan dengan terprogram sekaligus gratis. Rumah, karena disanalah tempat yang menjadi muara kerinduan setiap anggotanya.

Bergabung di BAW memang tidak serta merta menjadikanku penulis hebat ataupun menelurkan karya-karya di dunia literasi. Tapi sejujurnya kukatakan, semua itu lebih dikarenakan kecintaan dan ketertarikanku pada dunia literasi lebih pada menikmatinya (baca: membaca) bukan dengan menulis. Ya bisa dibilang ini hanya alasan atas ketidakmampuanku dalam dunia tulis-menulis :).

Dan tentu saja kesediaan seorang Leyla Imtichanah aka leyla Hana untuk terus menampungku di BAW benar-benar kurasa sebagai sebuah kehormatan dan kebahagiaan yang besar. Bagaimana tidak, dalam grup yang berisi penulis-penulis keren dan terkenal itu, kesediaan beliau “memungut” anak bebek tanpa karya sepertiku itu benar-benar “sesuatu” deh:).

Everything of BAW always make me lost my words. How to say…thanks a lot   to make me a part of big family In BAW. ….

I love you all.........
Tag : ,

Secangkir kopi dan penulis hebat



Aku tidak mencandu kopi. Akupun tak punya gelar penulis. Aku hanya seorang penikmat kopi dan pecinta tulisan......

Aku suka aroma kopi yang khas. Yang bahkan dengan sekedar menghirup wanginya membuatku merasa lebih rileks. Tentu itu sugesti pribadiku kawan. Pada kenyataannya aku hanya meminum kopi di saat-saat tertentu. 

Karena kopi tak memberi efek ‘melek’ pada indera visualku. Minum ataupun tak minum kopi tak banyak bedanya bagiku. Aku tetap bisa membuka mata dan menutup mata sesuai keinginanku, lebih tepatnya sesuai moodku. Jadi aku sebagai penderita migran cenderung meminum kopi hanya disaat sakit kepala dan atau migran menderaku. Menurut hasil penelitian sakit kepala dan migran ringan terbukti sembuh dengan meminum secangkir kopi pekat. And, it’s work with me...

Tapi tidak terlalu mengherankan bagiku, jika sebagian orang khususnya kawan-kawan penulis yang kukenal dekat di dunia maya ternyata mencandu kopi. Bagaimanapun kopi, jika dikonsumsi dengan baik dalam takaran 1-2 gelas perhari akan memberi manfaat bagi tubuh seperti mencegah penyakit jantung, storke, diabetes, memperkuat gigi dll.
gambar dari sini

Dan bagi seorang penulis, kopi menjadi penting karena kopi terbukti sebagai pembangkit stamina dan memberikan energi ekstra. Kopi juga bisa mengatasi permasalahan perubahan suasana hati atau mood yang biasanya mendera para penulis.

Konon katanya, mengkonsumsi kopi sesuai dosisnya secara teratur (berasa minum obat yak, heuheuheu...) akan memaksimalkan kinerja otak. Antioksidan yangterdapat dalam kopi mampu menangkal kerusakan sel-sel otak dan sekaligus membantu jaringan saraf untuk bekerja dengan baik. So para penulis yang memang kodratnya bekerja dengan otaknya (juga tangan buat ngetik ya) wajar jika membutuhkan doping berupa segelas kopi di tengah-tengah tarian jemarinya.

Tapi begitulah, setiap hal di dunia ini selalu bermata dua. Jika dikonsumsi dalam dosis berlebih, kopi akan menimbulkan efek berbahaya bagi tubuh kita. So, jika anda penulis yang juga penikmat kopi, saya sarankan minum kopi cukup dua cangkir perhari. 

gambar dari sini
Dan adalah saya, sosok yang begitu menghargai karya yang dihasilkan para penulis. Maka saya berharap, dari tangan-tangan penulis hebat negeri ini akan terus bermunculan karya-karya yang kelak akan mencerahkan pola pikir anak bangsa. Dan tentu tak akan mencengangkan bagi saya jika dibalik kesuksesan para penulis hebat tersebut ada campur tangan secangkir kopi yang beraroma nikmatJ

Keep writing friends.....!!!
And, enjoy your cofee .......!!!




 Tulisan ini disertakan pada GA Lisa Gopar "Penulis dan Kopi"


Tag : ,

- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -