Search This Blog

Powered by Blogger.

Archive for 2022

Surat Untuk Anakku...

Dulu awalnya kupikir fase terberat menjadi seorang ibu adalah kepayahan selama 9 bulan mengandung dan bertaruh nyawa ketika melahirkan sang anak ke dunia. Tapi semua kepayahan dan rasa sakit tersebut seketika lenyap tatkala mendengar tangis nyaring manusia baru yang kemudian kau dekap erat seraya membisikkan panggilan penuh cinta, 'anakku... '


Waktu berlalu, menjalani hari dengan beragam peran seraya melihat anakmu bertumbuh, mengalami kurang tidur saat memastikannya tetap nyaman dan kenyang di malam hari, makan secepat yang kau bisa, mandi ala kadarnya, mengurangi waktu 'me time' dan menjadikannya pusat kehidupan. Namun, semua tergantikan hanya saat mendengar kata pertamanya yang memanggilmu 'umi... ' dan kata pertamanya pun menjelma celoteh panjang yang seketika mencerahkan setiap hari-harimu.

 
Saat kemudian anak-anakmu bertambah, siklus berulang, dan engkau harus memastikan tak ada anak yang kekurangan perhatian.
Lagi-lagi aku berpikir, duhai rupanya inikah fase  yang paling berat ketika menjadi orangtua.
Anak-anak bergantian meminta perhatian, keributan, tangisan, dan teriakan mulai mewarnai hari-hari. Namun, waktu tetap berjalan, semua keributan mulai mereda, satu demi satu anak-anak memasuki gerbang sekolah.

 
Kau mungkin berpikir, seorang ibu akan bisa bernafas lega dan sedikit bersantai melepas sang anak menjalani hari-hari berseragamnya.
Pada kenyataannya, seorang ibu tak pernah berpangku tangan, ia selalu memastikan anak-anaknya tak kelaparan, mengenakan pakaian yang wangi dan rapi, beribadah tepat waktu, belajar dengan benar, berkawan dengan tepat, dan seterusnya...

 
Maka ketika anak-anakmu mulai berganti seragam ke jenjang selanjutnya, tantangan demi tantangan baru terus muncul bergantian.
Moodynya anak remaja, pemberontakan yang menyesakkan dada,  ingin diakui dewasa, hingga urusan cita dan cinta.

 
Aku tahu, akan datang masa saat anak-anak sungguh-sungguh akan menjadi dewasa, bukan hanya usia yang bertambah tapi juga sikap hingga tutur kata.

 
Ada masa ketika kau harus bersikap keras, ada masa  ketika rasanya ingin menyerah, namun seorang ibu tak akan pernah meninggalkan anak-anaknya. Bahkan saat ia kecewa ia justru semakin memperbanyak menyebut sang anak dalam lantunan doa-doa.
---
Maka, anakku bertahanlah sebentar dengan protektifnya kami, orangtuamu. Sungguh usia kami tak akan lama lagi, karena sejatinya usia kita niscaya akan selalu berkurang detik demi detiknya. Di waktu yang tersisa entah seberapa ini, kami tetap ingin memberikan bekal yang terbaik untukmu.

 
Bersabarlah dengan perhatian kami yang mungkin terasa membebanimu, bersabarlah dengan kekhawatiran kami yang mungkin terasa memenjarakanmu.

 
Sungguh, belasan tahun yang berlalu ketika membesarkanmu adalah amanah besar yang kelak harus kami pertanggungjawabkan. Kami tak sempurna, bahkan masih tertatih untuk terus belajar menjadi orangtua.

 
Kita memang tak bisa memilih dilahirkan sebagai siapa, tapi kita bisa memilih untuk menjalani kehidupan seperti apa.
Karena sungguh fase terberat itu adalah kelak saat ternyata kita tak bisa berkumpul di Surga-Nya.

Tanah Grogot, 29 May 2022
----

- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -