Search This Blog

Powered by Blogger.

Archive for May 2019

Rindu Ibu, 2 Bocah Yatim dan Idul Fitri Yang Tak Terduga

Jika pada setiap Idul Fitri jamak kita saksikan keceriaan anak-anak dengan pakaian baru juga sepatu baru, maka penampilan dua anak yang ikut sholat ied pagi itu sungguh sangat jauh berbeda dari keceriaan khas Idul Fitri.

Ilustrasi
Kedua bocah lelaki itu, memakai pakaian kumal yang mungkin sudah beberapa hari melekat di tubuhnya. Sarung mereka pun tampak robek di beberapa bagian. Tapi, semua itu sama sekali tak mengurangi kekhusyu'an mereka melaksanakan sholat dan juga ketika berdoa.
Seusai sholat Idul Fitri, kedua bocah itu saling berpegangan, mereka berpelukan dan saling mengusap air mata di pipi masing-masing. Adegan itu terjadi di pojok sehingga mungkin tak terlihat di antara lalu lalang jamaah yang sibuk dengan suka cita mereka masing-masing.
Namun, pemandangan haru itu ternyata tak luput dari pandangan mata tua bapak pengurus masjid, Pak Ahmad.
Pak Ahmad mendekati keduanya dan dengan penuh kasih sayang seorang ayah mencari tahu tentang kondisi keduanya. Akhirnya kedua bocah itu diketahui bernama Sidiq dan Fajar. Keduanya adalah yatim piatu yang 'melarikan diri' dari panti asuhan tempat mereka selama ini bernaung.
Sidiq tak bisa melihat sedari kecil, sementara Fajar memiliki keterbatasan dalam berbicara. Keduanya bersahabat dan menjadi tumpuan satu sama lain. Fajar adalah mata bagi Sidiq, sebaliknya Sidiq adalah mulut bagi Fajar.
Mereka sampai di masjid itu karena bersembunyi di sebuah truk pengangkut barang. Keduanya nekat kabur dari panti karena Sidiq sangat merindukan ibunya.

Referensi pihak ketiga
Pak Ahmad pun bertanya, "Di mana rumah ibumu, nak?"
Namun, seketika itu pula Pak Ahmad menangis saat mendengar jawaban Sidiq ternyata alamat sebuah pemakaman umum yang jaraknya masih beberapa kilo meter dari masjid tersebut.
Pak Ahmad kemudian membawa Sidiq dan Fajar pulang ke rumahnya terlebih dahulu. Memberi keduanya pakaian yang lebih layak dan menjamunya dengan makanan khas idul fitri.
Pak Ahmad kembali menangis, saat melihat keduanya menyantap makanan dengan sangat lahap. "Ibu memang keren, Meski sudah dikubur ia masih mengantarkan kita menikmati makanan enak ini..." ucap Sidiq dengan mulut yang penuh makanan. Fajar tersenyum dan mengangguk kuat-kuat meski sadar Sidiq tak akan bisa melihatnya.
Kebaikan pak Ahmad tak sampai di sana, ia bahkan menunda menemui tamu-tamunya yang lain demi memuliakan kedua anak yatim itu hingga hajat keduanya terselesaikan dengan baik, berjumpa sang ibu.
Lagi-lagi pak Ahmad dibuat menangis, saat di depan makam ibunya Sidiq berkata kepada sahabatnya, "Mulai sekarang jangan pernah merasa tak punya ibu, ibuku adalah ibumu juga..."

Referensi pihak ketiga

Idul Fitri bukan hanya soal kemenangan kita pribadi. Namun, segala amal ibadah di Ramadhan hendaknya meningkatkan empati kita pada sesama.
Anak-anak seperti Sidiq dan Fajar sangat banyak di sekitar kita, namun sayangnya tak semua kita berhati seperti pak Ahmad.
Semoga kisah ini memberi kita ibroh.

Referensi pihak ketiga
Sumber Referensi:
Kisah di sekeliling penulis dengan sedikit tambahan untuk menggambarkan kejadian menyentuh

Lebaran Pilu: Saat Istana Yang Ingin Dihadiahkan Justru Kehilangan Ratunya

lebaran adalah momen yang ditunggu banyak orang, bukan hanya sebagai hari kemenangan tapi juga hari berkumpul bersama keluarga. Hal ini juga dirasakan betul oleh pasangan Fadel dan Nanda.

Referensi pihak ketiga
3 tahun membina rumah tangga, keduanya sama-sama sibuk bekerja demi mewujudkan rumah idaman dan impian lainnya. Ramadhan selalu menjadi momen dimana intesitas pasutri ini bertemu bisa jadi lebih meningkat. Hanya di Ramadhan mereka bisa sama-sama meluangkan waktu untuk berbuka dan sahur bersama.
Hari itu, hari terakhir di bulan Ramadhan setahun lalu, Nanda memilih pulang cepat dan menyiapkan menu berbuka untuk mereka berdua. Tak lupa ia juga menyiapkan sebuah kado untuk sang suami. Namun, hingga maghrib menjelang, Fadel tak jua kunjung tiba, ponselnya sama sekali tak diangkat. Rona gelisah mulai terlihat di wajah Nanda.
Kemana suamiku?
Apakah sesuatu terjadi?
Fadel memang biasa lembur dan pulang telat, tapi tidak selama momen ramadhan, terlebih di malam lebaran. Debar yang serupa pertanda buruk terus berdetak di hati Nanda, maka ia tak peduli meski baru berbuka dengan segelas air, dan tergesa melaksanakan sholat maghrib, ia memutuskan keluar mencari suaminya.
Tak beberapa lama sejak kepergian Nanda, Fadel pulang dan menemukan rumahnya kosong. Namun meja makan tertata dengan makanan khas kesukaannya. Tak lupa sebuah kado yang terselip catatan tangan istrinya diletakkan di meja.

Referensi pihak ketiga
Fadel menyeringai menatap bungkusan kado di tangannya sendiri, niatnya ingin memberikan hadiah kejutan untuk sang istri rupanya kalah cepat. Istrinya telah berpikir serupa.
Ya, Fadel telat pulang demi menyiapkan hadiah kejutan untuk istrinya tercinta. Sementara pada kado yang disiapkan Nanda terdapat sebuah jam tangan yang sudah lama diidamkannya.
Pada kotak itu, istrinya menulis:
"Time is free, but it's priceless. Semoga ke depanya kita bisa memiliki lebih banyak lagi waktu untuk bersama-sama..."

Referensi pihak ketiga
Fadel menatap jam dan catatan itu dengan perasaan haru. Ia tahu selama 3 tahun ini mereka benar-benar bekerja keras hingga jarang sekali bisa meluangkan waktu bersama-sama. Fadel bertekad, jika istrinya pulang nanti ia akan mewujudkan impian tersebut.
Gema takbir sudah bertalu-talu dari masjid sekitar tempat tinggalnya, dan Fadel baru menyadari istrinya belum jua kembali, Fadel segera mencari ponselnya di dalam tas, dan kaget menemukan banyak sekali panggilan tak terjawab. Sebagian dari istrinya sebagian lagi dari nomor yang tidak dikenalnya. Fadel benar-benar lupa sejak waktu saat sholat Ashar di masjid ia mengaktifkan mode silent.
Fadel segera menghubungi nomor istrinya, namun tak tersambung. Saat Fadel ingin menghubungi kembali nomor sang istri, nomor tak dikenal lebih dulu masuk. Saat Fadel menerima panggilan tersebut, ia seketika lemas dan merasa dunianya runtuh.
Panggilan itu dari polisi yang memintanya untuk mengenali korban tabrak lari yang diduga kuat adalah istrinya, Nanda.
Fadel tergugu, kado di tangannya terjatuh, dan sebuah kunci tersembul keluar. Itulah hadiah kejutan yang ingin diberikan Fadel pada Nanda, kunci rumah baru mereka. Namun, istana tanpa ratunya bukanlah lagi istana.
Penyesalan Fadel mungkin adalah apa yang pernah pula kita rasakan. Harta memang penting, terutama rumah huniah. Namun, waktu kebersamaan dengan pasangan sungguh jauh lebih penting.
Sejatinya ajal tak pernah berkabar sebelumnya, maka kewajiban kita untuk senantiasa bersiap dan memilih prioritas utama dalam kehidupan ini.
Semoga lebaran kali ini kita masih bisa berkumpul dengan orang-orang terkasih, manfaatkanlah waktu sebaik-baiknya, karena bisa jadi itu adalah waktu terakhir kita bersama mereka.

Referensi pihak ketiga
Sumber Referensi:
Kisah di sekeliling penulis dengan sedikit tambahan untuk menggambarkan kejadian menyentuh

Menentang Ustadzah Saat Disuruh Pakai Cadar di Pondok, Saat Reuni Kondisi Wanita Ini Mengejutkan

Meski mulai banyak muslimah bercadar di Indonesia, tak sedikit pula yang masih memandang sinis dan menjadikan cadar sebagai bahan ejekan atau candaan. Yang lebih menyakitkan muslimah bercadar dikait-kaitkan dengan teroris atau ajaran sesat yang menyimpang.
Allahu Musta'an.

Referensi pihak ketiga
Adalah Mambaus Sholihin, salah satu pesantren NU yang diasuh oleh KH Masbuhin Faqih, di Kabupaten Gresik. Ada pemandangan tak lazim di kalangan pesantren NU yang ternyata berlaku di sana. Para santriwatinya diwajibkan bercadar saat keluar pondok untuk menghindari fitnah.
Tentu saja, pada saat aturan ini baru-baru diterapkan para santriwati merasa sedikit keberatan dan tak biasa. Namun, setelah memahami adanya kebaikan dalam aturan tersebut, mereka bisa menerimanya. Tapi tidak dengan Laila (bukan nama sebenarnya).
Laila tidak mau memakai cadar. Ia dengan berani beradu argumen dengan para ustadz dan ustadzahnya apa gunanya memakai cadar. Menurutnya wajah bukan aurat yang harus ditutupi. Jika kemudian wajahnya menjadi fitnah bagi laki-laki yang memandangnya, maka itu urusan laki-laki tersebut yang tidak menundukkan pandangan dan menjaga hatinya.
Maka, hingga hari kelulusan dari pesantren, Laila tetap menentang kebijakan bercadar yang diterapkan pondok pesantrennya. Sebenarnya teman-teman Laila yang lain pun memahami cadar sebatas kebijakan pesantren untuk lebih menjaga mereka. Maka tak heran, sepulangnya mereka ke kampung halamannya, mereka tak lagi memakai cadar seperti sebelumnya.

Referensi pihak ketiga
Beberapa tahun kemudian, pesantren menggelar temu alumni. Para santriwati berdatangan dan saling melepas kangen, tak terkecuali teman-teman Laila. Meski bertahun berlalu, mereka masih saling mengenali, tentu saja mereka kini tak lagi mengenakan cadar. Namun, di antara reuni itu terdapat seorang wanita bercadar, yang membuat mereka bertanya-tanya, siapa gerangan dia.
“Aku Laila” jawab suara dari balik cadar. Suara itu tidak asing bagi mereka, benar-benar suara Laila yang mereka kenal dulu sangat keras menentang cadar. Tentu saja mereka sangat terkejut, “Masya Allah, Laila! kamukan dulu menentang cadar, sekarang malah memakainya.”
“Ya, aku dulu menentang cadar karena bertentangan dengan pemahamanku. Sekarang aku memakai cadar karena aku memahami hikmahnya.” ujar Laila.
Rupanya, selepas pondok. Laila berjodoh dengan seorang ikhwan dengan pemahaman yang baik. Mereka menikah, dan ikhwan ini berhasil mengubah pandangan Laila terhadap cadar. Maka, jika ia dulu membencinya, Laila kini justru menjadi satu-satunya alumni pesantren yang memakai cadar dalam kehidupan sehari-harinya.
Berarti kamu ini kualat, dulu suka menentang cadar. Ustadz dan ustadzah mendoakanmu mendapatkan hidayah dan kini kamu akhirnya cinta sama cadar,” kata salah seorang teman Laila dengan nada bercanda.

Referensi pihak ketiga
Mengenai cadar dan penutup wajah sejenisnya, ulama berbeda pendapat mengenai hukumnya, antara mubah, sunnah, dan wajib. Namun, kisah ini saya tuliskan bukan untuk memperdebatkan pendapat mana yang paling rajih.
Melalui kisah ini, kita bisa mengambil hikmah bahwa Allah maha membolak-balikkan hati. Wanita yang dulu sangat keras menentang cadar, akhirnya mencintai cadar. Hal ini tentu berlaku pada hal-hal lainnya.
Lepas dari perbedaan setiap muslim memandang hukum cadar, hendaknya kita saling menghormati perbedaan pendapat yang diyakini masing-masing orang. Mengedepankan toleransi dan saling berlapang dada atas perbedaan pada masalah khilafiyah.
Semoga kita mengambil hikmah.
---
Artikel ini terbit pertama kali di UC News Pada akun Sara Amijaya

Janda Pemalu Bersembunyi di Balik Pintu, Tapi 'Kecantikan'nya Undang Para Lelaki Shalih Berbondong-bondong Melamar

“Setiap agama mempunyai ciri khas akhlak dan ciri khas akhlak Islam itu rasa malu.” 
(HR. Ibnu Majah)
Malu adalah pakaian taqwa, salah satu akhlak muslim yang di masa ini sudah semakin sering ditanggalkan oleh para muslim muslimah. Pergaulan muda-mudi sudah jauh melenceng dari syariat Islam yang mulia, bebas, kebablasan.

Referensi pihak ketiga
Dikisahkan, salah satu sahabat Rasulullah, Abdullah bin Abu Bakar sedang dalam suatu perjalanan. Ia merasa kehausan dan kehabisan bekal air minum. Saat itu ia menemukan sebuah rumah yang berpenghuni.
Abdullah bin Abu Bakar kemudian mengetuk pintu seraya mengucap salam dan meminta segelas air. Rupanya pemilik rumah itu adalah seorang wanita janda. Ia membawakan segelas air yang diminta sahabat Rasulullah, namun kemudian hanya berdiri di balik pintu dan berkata, “Menjauhlah dariku, suruhlah anak kecil untuk mengambil air ini, sebab aku adalah wanita yang hidup sendiri. Suamiku telah meninggal beberapa waktu yang lalu.”
Abdullah terpengarah mendengarnya. Ia kemudian menyuruh seorang anak kecil di sana untuk mengambilkan air itu untuknya.
Abdullah bin Abu Bakar adalah salah satu sahabat yang terkenal dengan kedermawanannya. Mengetahui wanita yang sangat menjaga izzahnya itu adalah seorang janda, Abdullah menitipkan uang kepada anak kecil itu untuk diberikan kepada si janda pemalu, sebagai bentuk apresiasi.
Betapa terkejutnya wanita janda itu. Ternyata jumlah uang yang dititipkan oleh Abdullah bin Abu Bakar berjumlah 10.000 dirham.
“Subhanallah, apakah engkau mengejekku?” kata janda itu dari balik pintu. Mendengar jawaban itu, Abdullah memanggil kembali anak kecil itu dan menambahkan uang pemberiannya menjadi 20.000 dirham.
“Aku mohon keselamatan dari Allah,” kata sang wanita mengetahui jumlah itu.
“Kalau begitu aku tambahkan lagi menjadi 30.000 dirham,”timpal Abdullah.
Sepeninggal Abdullah bin Abu Bakar, Ketawadhuan dan rasa malu wanita itu dengan cepat menyebar. Tepat pada sore harinya banyak laki-laki yang datang berlomba-lomba melamar janda tersebut.

Referensi pihak ketiga
Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam sudah mengatakan bahwa rasa malu itu tidaklah mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan semata-mata. Lihatlah wanita janda itu, ia menjaga dirinya dengan rasa malu.
Rasa malu menghalanginya bertemu laki-laki asing, bahkan sahabat Nabi sekalipun. Karena sifat malu, janda ini menjaga diri dan kehormatannya, maka Allah anugerahkan banyak kebaikan padanya, dan mengangkat derajatnya, sebagai wanita sholehah.
Sahabat Nabi yang mulia jatuh kagum dan menginfaqkan 30.000 dirham. Allah juga menggerakkan banyak lelaki sholeh untuk datang melamarnya.
Kebalikan dari sifat malu yang mendatangkan kebaikan, maka wanita-wanita yang tak lagi memiliki rasa malu tidaklah dikelilingi kecuali oleh beragam keburukan.
Muslimah yang dengan santai membuka auratnya di hadapan lelaki asing, bergaul bebas, dan hilang rasa malunya, maka sungguh ia telah kehilangan kehormatan dan harga dirinya. Perhatikanlah berapa banyak kejahatan yang bermula dari hilangnya sifat malu dari dalam diri seorang muslimah.
Allahu' musta'an.
Semoga kita mengambil pelajaran.

Referensi pihak ketiga
Sumber Referensi:
Golden Stories, Kisah-kisah Indah dalam Sejarah Islam, Syaikh Mahmud Mustafa Sa’ad dan Syaikh Dr. Nashir Abu Amir Al Humaidi
---
Artikel ini pertama kali diterbitkan di UC News pada akun Sara Amijaya

Takut Dipoligami, Wanita Ini Paksa Suaminya Bersumpah

Bagi sebagian muslimah syariat poligami adalah perkara berat untuk diterima. Padahal menerima syariat ini tidak berarti melaksanakannya dengan serta merta. Namun kecemburuan kerap membuat wanita buta hingga melakukan hal-hal yang tak semestinya.

Referensi pihak ketiga
Lia adalah gadis cantik lagi cerdas. Ia adalah seorang guru yang berdedikasi. Suaminya, Salman, adalah seorang karyawan dengan karir baik. 8 tahun berumah tangga, Selain memiliki kehidupan mapan, keduanya juga sudah dikaruniai dua orang putri. Secara kasat mata, semua orang menilai mereka sebagai pasangan harmonis dan bahagia.
Namun, tak ada rumah tangga tanpa ujian dan cobaan, begitu pula rumah tangga Salman dan Lia. Sudah rahasia umum di lingkungan mereka, bahwa Lia adalah wanita posesif. Namun, tak banyak yang tahu bahwa ia juga kerap bersikap berlebihan.
Seperti suatu waktu, ketika keduanya tengah berlibur ke luar kota. Saat tengah berjalan-jalan di keramaian, Lia bisa bersikap sangat histeris, terlebih jika di sekitar mereka banyak wanita-wanita yang berlalu lalang. Ia akan memaksa suaminya bersumpah agar tidak berpoligami. Lia akan mengeluarkan Al-Qur'an kecil dan menyuruh sang suami bersumpah demi Allah dengan memegang kitab suci tersebut.
Tentu saja, Salman merasa enggan sekaligus malu. Namun, jika tidak dituruti istrinya akan semakin menggila. Maka, dengan berat hati Salman terpaksa bersumpah meski hatinya tak menyetujui sumpahnya tersebut.

Referensi pihak ketiga
Hal ini terjadi berulang-ulang. Saat dilanda cemburu berat, sang istri baru bisa ditenangkan jika Salman bersumpah demi Allah tak akan menikah lagi.
Belakangan, Salman merasa kian jenuh. Terlebih setelah kantor Salman kedatangan pegawai baru, seorang janda manis berusia pertengahan tiga puluhan. Salman mulai sibuk mencari ustadz untuk menanyakan status sumpahnya. Apakah ia berdosa jika melanggarnya, bagaimana menebus sumpahnya, dan hal-hal semisal.
Seorang Ustadz memberitahu Salman, bahwa kata-kata yang tidak diniatkan sumpah maka tidak terhitung sumpah. Adapun jika bersumpah dan kemudian melanggarnya, maka ia harus membayar kaffarat, memberi makan sepuluh orang miskin, memberi pakaian sepuluh orang miskin, memerdekakan budak, atau berpuasa selama 3 hari.
Penjelasan sang ustadz menenangkan hati Salman, namun setengah hatinya sudah terpikat pada sang janda manis yang lembut dan tak banyak menuntut itu. Salman berkata, sebenarnya ia sama sekali tak pernah berniat berpoligami atau menikah lagi, namun kekhawatiran berlebih sang istri dan paksaannya yang berulang untuk bersumpah ini itu justru membangkitkan ide menikah lagi di benaknya.

Referensi pihak ketiga
Kisah ini sejatinya menjadi pelajaran bagi para wanita untuk tidak cemburu berlebihan. Lelaki adalah makhluk dengan harga diri tinggi, cobalah untuk mempercayai pasangan anda, dan jadilah sebaik-baik wanita sholihah, yang jika dipandang menyenangkan, dan jika ditinggal menenangkan.
Was-was dan prasangka yang mengakibatkan kecemburuan adalah bisikan syetan yang memang ingin menghancurkan rumah tangga setiap pasangan muslim.
Semoga kita mengambil pelajaran.
---
Sumber Referensi:
Kisah di sekeliling penulis

Ternyata, Sosok Yang Merupakan Fitnah Besar Ini Adalah Raja Yang Ditunggu-tunggu

Sahabat, hampir tak ada manusia yang tak pernah mendengar tentang Dajjal, karena tidaklah setiap Nabi diutus kecuali beliau akan mengingatkan kaumnya tentang sosok mengerikan ini.

Referensi pihak ketiga
Ustadz Ahmad Anshori, Lc melalui laman Muslim.or.id menjelaskan bahwa dalam berbagai hadist, Nabi menggambarkan Dajjal sebagai seorang pendusta yang sebelah matanya buta, dan di keningnya terdapat huruf kaf, fa, dan ra.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan,
“Tidaklah diutus seorang nabi, melainkan dia mengingatkan kaumnya tentang si buta sebelah, sang pendusta. Ketahuilah Dajjal itu buta sebelah dan Tuhan kalian tidak buta sebelah. Diantara dua matanya tertulis: Kafir” (HR. Bukhari 7131).
Tidaklah ia kelak muncul, melainkan sebagai pertanda bahwa kiamat sudah dekat. Dajjal akan menjadi fitnah terbesar di muka bumi ini bagi orang-orang yang beriman. Maka tak heran jika Nabi shollallahu 'alaihi wasallam selalu megingatkan umatnya agar berdoa memohon perlindungan dari fitnah Dajjal.
Pun demikian, ternyata terdapat fakta menarik yang tak banyak diketahui orang, bahwa Dajjal adalah sosok raja yang ditunggu-tunggu oleh sekelompok orang tertentu.
Siapa Mereka?
Yahudi!

Referensi pihak ketiga
Orang-orang Yahudi memiliki keyakinan bahwa Dajjal adalah Raja yang ditunggu-tunggu, dialah Al Masih bin Dawud yang akan menguasai lautan dan daratan.
Keyakinan ini merupakan perbedaan besar antara aqidah seorang mukmin dengan yahudi. Alih-alih menunggu kedatangan sang penebar fitnah lagi pendusta, orang-orang beriman menunggu kedatangan Imam Mahdi dan turunnya Nabi Isa ‘alaihissalam.
Dari sahabat ‘Utsman bin Abil ’ash radhiyallahu’anhu, bahwa Nabi shallallahualaihi wa sallam berkata, “Kebanyakan pengikut Dajjal, adalah orang yahudi dan kaum wanita”
Begitu juga dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam mengabarkan, “Dajjal akan diikuti oleh 70,000 Yahudi dari Asfahan, mereka memakai thayalisah”
Thayalisah adalah selendang yang dipakai di pundak, menyerupai baju/jubah, tidak memiliki jahitan, yang merupakan ciri khas orang Yahudi.
---
Semoga Allah memasukkan kita pada golongan orang-orang yang diberi petunjuk, bukan golongan mereka yang dimurkai lagi sesat.
Semoga Allah melindungi kita dari fitnah Dajjal...
Wallahua’lam bis showab

Referensi pihak ketiga
Sumber Referensi:
muslim.or.id/36168-ternyata-inilah-para-pengikut-dajjal.html

Tag : , ,

Cukup beberapa menit, Mudah Dilisankan: Inilah Amalan Ringan Penggugur Dosa-dosa

Salah satu ciri Jiwa-jiwa yang hanif adalah senantiasa tak tenang kala melakukan dosa dan khilaf, serta merasa sedih kala terjerembab dalam lumpur maksiat. Hal ini sebagaimana perkataan sahabat Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, bahwa seorang mukmin melihat dosanya seakan-akan ia duduk di bawah gunung dan khawatir gunung tersebut akan menimpanya. Sedangkan seorang yang yang gemar maksiat, ia akan melihat dosanya seperti seekor lalat yang lewat begitu saja di hadapan batang hidungnya.
Karenanya orang-orang mukmin pasti berusaha segera menghapus dosanya begitu menyadari kesalahannya. Ada sebuah zikir yang diajarkan Nabi sholallahu'alaihi wa sallam, sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim:
"Barang Siapa Membaca Subhanallahi Wabihamdihi (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya) seratus kali dalam sehari, maka dosanya akan dihapus, meskipun sebanyak buih lautan." 
(HR. Muslim No.4857)
Pendapat yang kuat menjelaskan bahwa membaca seratus kali tidak mesti dilakukan dalam sekali waktu, artinya zikir tersebut adalah akumulasi dalam sehari. Bisa pagi 30, siang 30, dan malam sisanya. Zikir ini juga bisa dibaca dimana saja dan kapan saja kecuali ditempat-tempat yang kita dilarang berzikir di dalamnya, kamar mandi misalnya.
Tentu saja, setelah mendengar hadist ini kita tidak boleh bermudah-mudahan dalam bermaksiat.

Dalam kitab Faidhul Qadir, Al-Munawi rahimahullah berkata,
“Orang yang mengandalkan terus dzikir ini akan tetapi ia terus bermaksiat sekehendak syahwatnya, melanggar agama Allah dan kehormatannya, Janganlah ia menyangka akan disamakan dengan orang yang dibersihkan dan disucikan, jangan menyangka ucapannya akan mendapat pahala dengan lisannya, padahal tidak ada ketakwaan (rasa takut) dan amal shalih pada dirinya.”
Dan dosa yang bisa terhapus dengan zikir ini adalah yang terkait dengan hak Allah ta'ala, adapun dosa yang terkait sesama manusia, maka tentu kita harus menyelesaikannya terlebih dahulu, meminta maaf dan mengembalikan hak mereka yang kita zhalimi.
Semoga Allah subhanahu wa ta'ala memberikan kita jiwa yang hanif, yang senantiasa tidak tenang dengan dosa dan kesalahan kita, dan semoga kita dimudahkan mendapatkan hidayah dan ampunanNya.




Artikel ini terbit pertama kali di UC News pada akun Sara Amijaya dengan judul 

Subhanallah! Amalan Ringan Ini Ternyata Ampuh Sebagai Penggugur Dosa

Gubernur Kaya Dicemooh Karena jatuh Cinta Pada Wanita Jelata Yang Buruk Rupa. Ternyata Karena Ini



Dikisahkan dalam buku Kisah Teladan Islami terbitan Az-Zikr Studio, terdapat seorang gubernur kaya raya di masa kekhalifahan Al-Mahdi. Gubernur tersebut senang membagi-bagikan hartanya. Suatu hari ia menaburkan uang dirham di hadapan rakyatnya. Saat itu semua orang berebutan memunguti uang tersebut dengan suka cita.

Sang gubernur memperhatikan seorang wanita kumal berkulit hitam, dan berwajah jelek, hanya diam mematung. Karena penasaran sang gubernur bertanya “Mengapa engkau tidak ikut memunguti uang dinar itu seperti tetanggamu?”
Wanita bermuka buruk itu menjawab, “Sebab yang mereka cari uang dinar sebagai bekal dunia. Sedangkan yang saya butuhkan bukan dinar melainkan bekal akhirat.”
"Maksud engkau?" tanya sang Gubernur semakin penasaran.
Gambar terkait
"Maksud saya, uang dunia sudah cukup. Yang masih saya perlukan adalah bekal akhirat, yaitu salat, puasa dan zikir. Sebab perjalanan di dunia amat pendek dibanding dengan pengembaraan di akhirat yang panjang dan kekal.”
Mendengarnya, sang Gubernur merasa sangat tersindir. Selama ini ia hanya sibuk mengumpulkan harta benda dan melalaikan kewajiban agamanya. Padahal kekayaannya melimpah ruah, sedangkan umurnya sudah tidak muda lagi.
Sang Gubernur menaruh kagum kepada perempuan buruk rupa itu. Kabar itu tersebar ke segenap pelosok negeri. Orang-orang besar tak habis pikir, bagaimana seorang gubernur bisa menaruh hati kepada perempuan jelata bertampang jelek itu.
Mendengar rumor yang beredar, Gubernur mengundang seluruh penduduknya, termasuk si wanita buruk rupa.
Setiap orang yang hadir diberikan gelas crystal yang bertahtakan permata, berisi minuman. Gubernur lantas memerintahkan agar mereka semua membanting gelas masing-masing. Semuanya terbengong dan tidak ada yang mau menuruti perintah itu.
Namun, tiba-tiba terdengar bunyi berdenting, pertanda ada orang gila yang melaksanakan perintah itu.
Dialah si perempuan berwajah buruk tadi.
Gubernur tersenyum dan bertanya “Mengapa kaubanting gelas itu?”
Tanpa takut wanita itu menjawab,
“Ada beberapa sebab. Pertama, dengan memecahkan gelas ini berarti berkurang kekayaan Tuan. Tetapi, menurut saya hal itu lebih baik daripada wibawa Tuan berkurang lantaran perintah Tuan tidak dipatuhi.”
Gubernur dan para tamunya terkesima.
"Apa Sebab lainnya?” tanya Gubernur.
Wanita itu menjawab, “Kedua, saya hanya menaati perintah Allah. Sebab di dalam Al-Quran, Allah memerintahkan agar kita mematuhi Allah, Utusan-Nya, dan para penguasa. Sedangkan Tuan adalah penguasa, atau ulil amri, maka dengan segala resikonya saya laksanakan perintah Tuan.”
Gubernur dan seluruh tamu kian merasa takjub.
“Masih ada sebab lain?” tanya gubernur lagi.
Perempuan itu mengangguk dan berkata, “Ketiga, dengan saya memecahkan gelas itu, orang-orang akan menganggap saya gila. Namun, hal itu lebih baik buat saya. Biarlah saya dicap gila daripada tidak melakukan perintah Gubernurnya, yang berarti saya sudah berbuat durhaka. Tuduhan saya gila, akan saya terima dengan lapang dada daripada saya dituduh durhaka kepada penguasa saya."
Hasil gambar untuk wanita cantik cadarGubernur yang telah ditinggal wafat istrinya itu segera melamar sang wanita buruk rupa. Saat itu pilihan sang Gubernur di sambut gembira oleh para hadirin. Mereka semua gembira karena Gubernur memperoleh jodoh seorang wanita yang tidak saja taat kepada suami, tetapi juga taat kepada Tuhannya, kepada Nabinya, dan kepada pemimpinnya.
Demikianlah cinta yang sesungguhnya, tak memandang rupa maupun harta, namun kebeningan jiwa
---
Artikel ini terbit pertama kali di UC News pada akun Sara Amijaya dengan judul 

Wanita Buruk Rupa itu Menolak Uangku, Merusak Hartaku, dan Aku Justru Jatuh Cinta Padanya

- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -