Lisan adalah apa yang paling sering menjerumuskan kita pada kelalaian dan kesalahan. Yang setelah terucapkan, tak jarang kita menyesalinya dalam banyak cara. Maka tak heran, jika muncul pepatah bahwa diam adalah emas.
Adalah Salman al-Farisi radhiallahu 'anhu, beliau adalah salah satu sahabat Nabi shalallahu 'alaihi wasallam yang terkenal sebagai ahli strategi di perang Khandak.
Suatu hari seorang lelaki mendatangi Salman al-Farisi radhiallahu ‘anhu untuk meminta Nasehat. Salman kemudian menjawab singkat dengan mengatakan, “Jangan berbicara!”
Lelaki itu menjawab, “Seseorang yang hidup di tengah-tengah manusia tidak mampu untuk tidak berbicara.”
Maka Salman berkata, “Jika engkau berbicara, bicaralah dengan kebenaran, atau jika tidak diamlah.”
Lelaki itu mengangguk dan kemudian meminta tambahan nasihat lainnya. Salman kemudian berkata, “Jangan marah!”
Lelaki itu berkata, “Bagaimana jika seseorang berbuat sesuatu yang membuatku tidak bisa menahan diri?”
Maka Salman berkata, “Kalau engkau marah, tahanlah lisan dan tanganmu.”
Lelaki itu mengangguk dan kembali meminta tambahan nasihat. Salman kemudian berkata lagi, “Janganlah engkau bergaul dengan manusia!”
Si lelaki menjawab, “Orang yang hidup bersama manusia tidak bisa tidak bergaul dengan mereka.”
Maka Salman berkata, “Jika engkau bergaul dengan mereka, jujurlah dalam berucap dan tunaikanlah amanat.”
----
Tiga nasehat Salman Al Farisi ini sejatinya berlaku sepanjang masa, termasuk bagi kita semua generasi akhir zaman. Sungguh menjaga lisan dari berkata bohong, mencela, atau berlaku dzalim adalah perkara sukar kecuali bagi orang-orang yang memiliki kebeningan jiwa. Terutama di mana kemajuan teknologi membuat kita bebas terhubung dengan siapa saja, termasuk mengomentari segala sesuatu bahkan yang tidak kita ketahui, kecuali sedikit.
Semoga tulisan singkat ini menjadi pengingat bagi kita semua, khususnya diri saya sendiri.
wallahu a'lam
----
Tanah Grogot, Masa Pandemi Covid-19, 14 Ramadhan 1441 H