Search This Blog

Powered by Blogger.

Archive for 2021

Kisah Wanita Yang Mengeluhkan Kekurangan Suaminya

Dari ustadzuna Dr. Syafiq Riza Basalamah hafidzahullah, dikisahkan seorang wanita ingin menyampaikan keluhan terhadap suaminya. 

Wanita ini lalu mengajak sang suami untuk saling menuliskan kekurangan satu sama lain pada sehelai kertas, sebagai bahan evaluasi diri. 

Wanita ini begitu bersemangat menulis kekurangan suaminya, ia mengeluhkan ini, itu, dan sebagainya. Tentu kertas si wanita pada akhirnya terisi penuh. 

Setelah keduanya saling menukarkan kertas, tibalah saat si wanita membaca apa yang dituliskan suami untuknya. Dan ia sungguh terkejut ketika mendapati kertas di tangannya putih bersih. 

Ia bergegas bertanya kepada suaminya, apa maksud dari kertas kosong tersebut. 
Dan tahukan anda apa jawaban sang suami, "Ya, kertas itu memang kosong karena aku menerimamu apa adanya."

MasyaAllah... 

Pada kisah ini aku berkaca, tabiat wanita itu memang bengkok, suka mengeluh dan juga kepo😅. 

Tidak heran jika Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa sebagian besar penghuni neraka itu wanita, bukan karena kurang ibadah, tapi karena sering mengingkari kebaikan suaminya. 

Menghadapi istri dengan segala rupa karakter 'kebengkokan'nya, hendaknya para suami juga berpegang erat pada hadist Rasulullah ﷺ "Janganlah seorang Mukmin membenci wanita Mukminah, apabila ia membenci salah satu perangainya, niscaya dia akan ridha dengan perangainya yang lain."

Coba contoh deh kisah di atas! 
Bayangkan saja jika wanitamu sudah menggebu-gebu mengeluhkan ini itu, trus disuguhi kata-kata tulus begitu, yakin dia nggak lumer? 😆

Pada akhirnya, membangun cinta haruslah menyadari bahwa setiap manusia pasti memiliki kekurangan sekaligus kelebihannya. Ketimbang fokus pada kekurangan pasangan yang bikin kita jadi nggak bersyukur, fokus saja pada kebaikan-kebaikannya, meski kamu rasa kecil. 
Kebaikan kecil yang kamu syukuri insyaallah akan membawa banyak kebaikan lainnya. 

Terakhir, aku kutipkan perkataan Imam asy-Syafi’i, “Mata kerelaan itu buta terhadap segala aib sebagaimana mata kebencian membuka keburukan.”

Semoga Allah Ta'ala karuniakan kita samara bersama pasangan halal masing-masing. 

_(Self reminder Jelang 15 tahun bersama)_ 
#ntms #selfreminder #mystory #husbandandwife

Wanita (TIDAK) Selalu Benar

Di salah satu grup kajian, seorang  muslimah mengajukan sebuah tanya, "Apakah istri juga durhaka ketika marah-marah hingga berkata kasar kepada suaminya yang kedapatan berselingkuh berkali-kali?"

Kebanyakan kami (atau saya saja? ), sebagai bentuk solidaritas sesama perempuan kemudian berpikir tentu saja kemarahan seorang istri yang diselingkuhi adalah sebuah kewajaran. Siapa yang tak marah jika kepercayaan dikhianati?

Namun, tentu saja jawaban orang yang dipenuhi ilmu akan jauh berbeda. Ustadzuna, Junaid bin Ibrahim Iha, Lc menjawab bahwa sikap tersebut adalah salah satu bentuk kedurhakaan istri kepada suami, karena memposisikan dirinya seperti hakim yang menghakimi suaminya.
Ustadz Junaid juga mengingatkan bahwa seharusnya seorang istri tetap bersikap sopan dan menaati suami dalam hal-hal yang bukan haram, adapun yang berkaitan dengan dosa suami maka itu kelak akan dipertanggungjawabkan sang suami sendiri di hadapan Allah Ta'ala.

"Ingat bahwa istri tidak akan ditanya tentang kemaksiatan suami namun akan ditanya tentang ibadah dan perlakuannya kepada suaminya." Lanjut beliau.

Beliau juga menambahkan sekiranya sang istri tersebut tidak sanggup hidup dengan suaminya karena sudah tidak bisa lagi melaksanakan kewajibannya maka dia boleh mengajukan gugatan cerai.
____
Jika masih ada kaum muslimin yang percaya pada pernyataan 'wanita selalu benar', maka mungkin hadist berikut belum sampai kepada mereka:
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:

“Maukah kalian aku beritahu tentang istri-istri kalian di dalam surga?”
Mereka menjawab: “Tentu saja wahai Rasulullaah!”
Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Wanita yang penyayang lagi subur. Apabila ia marah, atau diperlakukan buruk atau suaminya marah kepadanya, ia berkata: “Ini tanganku di atas tanganmu, mataku tidak akan bisa terpejam hingga engkau ridha.”
(HR. Ath Thabarani)
.
Wanita, setinggi apapun pendidikan dan karirnya, tetap saja harus mampu 'menelan' ego di depan suami. Salah satu ciri wanita ahli surga itu,  ketika ia marah, diperlakukan buruk, atau suaminya marah kepadanya, ia selalu menjadi pihak yang meminta maaf lebih dahulu.
Bagaimanapun fitrah suami adalah untuk ditaati bukan dimarah-marahi, maka sudah sewajarnya istri berbesar hati meminta maaf dan suami seyogianya memiliki kapasitas ilmu untuk mampu membimbing dan mengayomi.

Itulah kenapa, kita harus memilih suami berdasarkan agama dan akhlaknya, bukan cuman ganteng dan hartanya.
Karena suami yang baik pemahaman agamanya, pasti mengamalkan hadist Rasulullah, "Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-sebaik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrinya”.

Oh ya baik kepada istri juga nggak berarti membiarkan istri semaunya, (sudahlah tabiat wanita itu bengkok, jika dibiarkan niscaya akan semakin bengkok), tapi membimbingnya dengan lemah lembut.

Suami yang berakhlak mulia, dan istri yang senantiasa meminta maaf, sounds great ya?
Semoga kita dikarunia pasangan dan menjadi pribadi yang demikian.

Btw, jangan berkecil hati, jika kehidupan rumah tangga kita masih jauh dari kata ideal. Menikah itu ibadah sepanjang usia pernikahan. Luruskan niatkan kita setiap waktu, dan fokuslah pada kewajiban kita masing-masing, alih-alih senantiasa menuntut hak dipenuhi.

Karena saat niat ibadah hilang, maka kita akan senantiasa mengedepankan ego, dan jika sudah demikian, maka hanya tinggal menunggu waktu rumah tangga ambyar tak bersisa.

Tentu saja, terus menambah ilmu agama akan menjadi kekuatan dalam menghadapi beragam ujian pernikahan. Karena penopang utama keutuhan rumah tangga itu bukanlah cinta, melainkan agama.

Semoga Allah Ta'ala karuniakan kita pasangan yang menjadi penyejuk mata dan penentram jiwa.

Tanah Grogot, Juli 2021

Salam,

🤍

Sarah binti Hasan


Jangan Mencela, Bahkan Pada Orang Yang Pantas Dicela!

 JANGAN MENCELA, BAHKAN PADA ORANG YANG PANTAS DICELA!

Ditengah kecamuk ujian demi ujian yang semakin merata di pelosok negri, tak salah jika kita berharap bahwa pemimpin mampu benar-benar bertindak menjadi pengayom masyarakat.
Namun, saat kenyataan tak semanis janji-janji tak semestinya kita kecewa membabi buta hingga latah mencela.



Sejarah mencatat Al Hajjaj bin Yusuf pernah berkuasa dengan kejam. Ia disebut-sebut bertanggung jawab atas tumpahnya darah ribuan jiwa.
Namun, saat Muhammad bin Sirin (salah satu ulama tabi'in) mendengar seseorang mencela al-Hajjaj bin Yusuf, ia mengingatkannya dengan berkata:
“Di akhirat nanti, dosa terkecil yang pernah kau lakukan lebih berat bagimu dari dosa terbesarnya al-Hajjaj. Ketahuilah bahwa Allah itu Maha Bijaksana dan Maha Adil. Kalau Allah menyiksa al-Hajjaj atas kezalimannya terhadap orang lain, pasti Allah juga akan mengadzab seseorang yang menzalimi al-Hajjaj. Karena itu, jangan sibukkan dirimu dengan mencela seorang pun.”

Pemimpin zalim akan dihisab sebagaimana kita akan dihisab.
Pemimpin zalim akan mempertanggungjawabkan kezalimannya, sebagaimana kita juga akan dimintai pertanggungjawaban atas semua perbuatan kita, termasuk celaan-celaan yang kita lontarkan bahkan saat kita dizalimi.

Normatifnya orang beriman tentu meyakini Kemahaadilan Allah Ta'ala.
Namun, hawa nafsu kerap sukar dikalahkan hingga kita bisa saja terjerumus pada kesalahan-kesalahan berulang, termasuk urusan cela mencela, baik itu pemimpin ataukah sesama rakyat jelata.
Allahu musta'an

#Catatan ini kutuliskan terutama sebagai pengingat bagi diriku sendiri.

Apa Yang Kau Pikirkan Setiap Melihat Matahari Terbit di Pagi Hari?

 APA YANG KAU PIKIRKAN SETIAP MELIHAT MATAHARI TERBIT DI PAGI HARI?

Matahari yang terbit setiap pagi adalah matahari yang sama, namun selalu memberi rasa dan panorama berbeda. Entah kenapa.



Aku kerap teringat bagaimana matahari meminta izin kepada Allah Ta'ala untuk terbit dari Timur setiap harinya. Sampai kemudian akan tiba suatu waktu, dimana Allah memerintahkan Matahari untuk terbit dari tempat tenggelamnya.
Dan, matahari pun terbit dari Barat.

Saat itu, kiamat benar-benar di depan mata.
Manusia yang belum beriman berbondong-bondong menyatakan keimanan karena akhirnya meyakini datangnya kiamat.
Manusia beriman yang sebelumnya menyia-nyiakan amal shalih seketika bertaubat dan bergegas beramal.
Lantas, apakah keimanan dan taubat mereka saat itu diterima?

Sayangnya, tidak.
Keimanan dan taubat tidak lagi berguna karena dilakukan di saat terpaksa.
Kecuali, bagi orang-orang beriman yang sebelum matahari terbit dari Barat memang telah beriman dan beramal shalih.

Bagiku, dalam setiap pesonanya, matahari yang terbit dari Timur selalu mengingatkan untuk segera mentaubati dosa-dosa, karena siapa yang bisa menjamin esok hari ia masih terbit dari tempat yang sama.
Bagaimana denganmu?

Kemarahanmu, Karakter Aslimu?

 

Kata orang jika ingin melihat karakter asli seseorang lihatlah sikapnya ketika marah.
Jika kemarahan menghilangkan adabnya, maka demikianlah karakter aslinya.
Benarkah demikian?



Pada dasarnya marah adalah tabiat manusiawi, sehingga tidak terlarang, bahkan ada marah yang bernilai ibadah, yakni marah karena Allah.
Pun demikian kemampuan mengendalikan amarah nyatanya adalah perkara berat sehingga tak heran memiliki keutamaannya sendiri.
Nabi sholallahu 'alaihi wasallam pun mengatakan "Orang hebat bukanlah orang yang selalu menang dalam pertarungan. Orang hebat adalah orang yang bisa mengendalikan diri ketika marah. "
Nabi juga mengabarkan bagaimana Allah Ta'ala kelak akan membanggakan orang-orang yang berusaha menahan amarahnya padahal dia mampu meluapkannya, di hadapan seluruh makhluk.
MasyaAllah, siapa tak ingin menjadi orang yang dibanggakan Allah Ta'ala?

Namun, seringnya kemarahan membuat kita lupa diri sehingga lupa dengan semua teori yang kita ketahui. Bahkan pada doa pendek yang sangat tidak asing kita dengar:
"A'uudzu billahiminassyaithanirrajiim"
-Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk-
Inilah doa yang diajarkan Nabi sholallahu 'alaihi wasallam untuk menghilangkan rasa marah dalam diri kita.

Maka bagaimana saya tak salut, pada orang-orang yang ketika ia marah, ia menahan lisan dan tangannya dengan kuat.
MasyaAllah...
Semoga Allah Ta'ala mudahkan kita semua untuk mengendalikan diri, sehingga kita tak menyesali hal-hal yang kita ucap dan lakukan dalam kemarahan.

------- Tanah Grogot, 05 Januari 2021

- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -