Archive for June 2016
KAIDAH USHUL FIQIH KE-18
📖 KAIDAH USHUL FIQIH KE-18 : HUKUM ITU MENGIKUTI ILLATNYA…
Kaidah ushul fiqih yang diambil dari kitab syarah Mandzumah ushul fiqih Syaikh Utsaimin, rohimahullah.
Kaidah Ke-18 :
Hukum itu mengikuti illatnya. Bila illat ada maka hukumpun ada, dan bila tidak ada maka hukum tidak ada.
Hukum dalam islam tidak lepas dari lima: wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram.
Setiap hukum islam selalu mengandung illat. Illat adalah sifat yang tampak dan tetap seperti illat arak adalah memabukkan.
Hukum dilihat dari illatnya ada dua macam:
1. Hukum diketahui illatnya.
2. Hukum yang tidak diketahui illatnya.
Hukum yang diketahui illatnya ada dua macam:
1. Illat yang disebutkan oleh Nash. contohnya hadits ttg kucing:
إنها ليست بنجس إنما هي من الطوافين عليكم
Sesungguhnya kucing itu tidak najis, ia selalu berkeliling di antara kalian. (HR Abu Dawud).
Dalam hadits tersebut Nabi menyebutkan alasan ketidak najisan kucing yaitu suka berkeliling sehingga sulit dihindari.
2. Illat yang diketahui dengan cara istinbath.
Illat jenis ini ada yang menjadi ijma ulama seperti illat arakdalah memabukkan. Dan ada yang masih diperselisihkan, seperti illat emas dan perak ada yg mengatakan karena ditimbang. Ada yang mengatakan illatnya adalah tsaman (harga) dan inilah yang kuat.
Memahami illat suatu hukum sangat penting dan memudahkan kita untuk mengqiyaskan dengan perkara lain yang sama illatnya.
Seperti diqiyaskan kepada kucing semua binatang yang sulit untuk kita hindari.
Contoh lainnya adalah uang diqiyaskan kepada emas karena illatnya sama sama harga. Sehingga dalam zakat sama dengan emas dan juga terjadi padanya riba.
Apabila illatnya hilang, maka hilang pula hukumnya. Contohnya bila arak berubah menjadi cuka dengan sendirinya, dan tidak lagi memabukkan menjadi halal hukumnya karena illat memabukkan itu telah hilang.
dan sebagainya.
Adapun hukum yang tidak diketahui illatnya, seperti mengapa sholat shubuh dua rakaat, mengapa sholat dimulai dengan takbirotul ihram dan lain sebagainya.
maka seperti ini disebut dengan ibadah mahdlah yang tak bisa diqiyaskan karena tidak diketahui illatnya.
📝Oleh Ustadz Badru Salam, حفظه الله
---
♻ WAGroup Madinatulquran : http://goo.gl/79lAcJ
♻ Channel Telegram : https://goo.gl/Vxh9EL
🌐 www.madinatulquran.or.id
Merokok, tindakan intoleran yang dianggap lumrah
The old memories
Konon katanya live is must go on. Dan memang demikian adanya, selama kita masih bernafas, hidup selalu membawa kita melangkah maju, melewati detik demi detik yang akhirnya teronggok jauh di belakang. Menjadi setumpuk kenangan.
Konon katanya, banyak pula orang yang hidup dalam kenangan yang mungkin kisahnya belum dirasa usai. Maka, jadilah hidupnya maju mundur (nggak) cantik.
Konon katanya, kenangan itu serupa kotak pandora, terlarang untuk dibuka-buka jika tak ingin terkena bencana.
Pun demikian, bagiku kenangan adalah harta berharga.
Ia akan memantik api semangat yang kobarnya mulai meredup, karena bersamanyalah sumbu itu bermula.
Di lain waktu kenanganlah yang mengajariku untuk bersikap lebih baik dan bijak, jika tak ingin ia menjelma nyata sekali lagi.
Apa-apa yang telah berlalu, memang hanya meninggalkan jejak-jejak di belakang. Tapi, semua jejak kenangan itulah yang telah memahat sosok kita hari ini.
Tanpa kenangan, kita hari ini mungkin tak ubahnya robot, yang menjalani rutinitas tanpa rasa dan asa.
Semua kenangan mungkin tertinggal di belakang. Tapi, tahukah kamu ada kenangan yang terus membersamaimu hingga jauh ke masa depan. Ada kenangan yang terus menggandengmu hingga akhir zaman. Ada kenangan yang begitu berharga hingga ia terus terbawa, menggandeng mimpimu, memompa semangatmu, bahkan mengurai letihmu. Kenangan itu bertajuk cinta.
Maukah kau kuberitahu, tentang sebongkah kenangan bertajuk cinta???
Di tempat ini kisahnya bermula...
Mencintaimu, dicintai olehmu...
Menemukan cinta itu, hanya soal jalan yang belum bertemu saja. Don't think more lah (siap-siap ditimpuk jombloers ^_^)... yang penting usaha n doa jalan beriringan (ngomong emang gampang sih *_*).
Nah, kalau urusan menjaga cinta, musti ada usaha dan doa yang lebih...
Kadang orang berhenti pada titik "menemukan" dan atau "mendapatkan". Padahal setelah bertemu dan mendapatkan kita punya kewajiban untuk "menjaga" dan atau "menumbuhkan" agar tetap subur dan berbuah...( dikira berkebun kali yaa *_*)
Seorang kawan penulis mengatakan ada maqom berbeda antara mencintai dan dicintai. sampai tingkat tertentu aku menyetujui pernyataan tersebut. Mencintai identik dengan memberi. Adapun dicintai identik dengan menerima. Dalam kacamata subyektif memberi itu selalu lebih daripada menerima. Dalam konteks ini, orang yang mencintai memiliki maqom yang lebih tinggi ketimbang orang yang dicintai. Meski mencintai dan dicintai jelas memiliki maqom yang berbeda, tapi tidak menjadikan pihak yang mencintai menjadi lebih ketimbang pihak yang dicintai. Mencintai ataupun dicintai adalah proses hati yang muaranya sama, kebahagiaan.
Menjadi pihak yang dicintai, membuat kita berbesar hati menerima limpahan cinta bagaimanapun bentuknya, yang kita sukai ataupun tidak. Takarannya kurang atau berlebih. Menimbulkan bahagia atau justru menorehkan duka.
Pun, menjadi pihak yang mencintai, tanpa tahu harus melimpahkan cinta dengan cara yang bagaimana, mungkin membuat semua usaha mencintai menjadi sia-sia.
Anyway, dalam rangka menjaga cinta, baik sebagai pihak yang mencintai ataupun dicintai tetaplah membutuhkan komunikasi. Bahkan komunikasilah yang akhirnya bisa menjembatani urusan mencintai dan dicintai hingga menjadi maqom yang setara dan saling. Pada akhirnya, tak masalah engkau menjadi pihak yang lebih mencintai atau justru lebih dicintai, karena komunikasi akan terus menjaga komitmen cinta kalian. Dan ketimbang meributkan siapa yang lebih mencintai siapa, lebih baik bergandengan tangan untuk berbahagia bersama-sama.
Kalau kau belum menemukan jalan untuk bahagia, don't worry be happy... just be a kind person. You will never regret lah...^_^
-Catatan siang, 14 Juni 2016-