Search This Blog

Powered by Blogger.

Archive for June 2019

Jujuran Kemahalan, Pria Ini Ungkit Keperawanan Pacar. Perempuan Pasti Nyesal!

Seiring semakin bebasnya pergaulan muda-mudi, maka semakin mudah bagi para wanita untuk melepas kehormatannya jauh sebelum menikah dan belum tentu pula ia akhirnya menikah dengan lelaki tersebut.

Referensi pihak ketiga
Dikisahkan, Galih dan Ratna (bukan nama sebenarnya) sudah berpacaran selama 3 tahun. Dan tahun ini Ratna mendesak Galih untuk segera melamar karena usianya yang sudah semakin mendekati angka tiga puluh.
Galih tidak langsung mengiyakan. Ia memiliki ganjalan di hatinya. 3 tahun berpacaran, hubungan mereka memang sudah melewati batas. Perzinaan adalah hal lumrah yang mereka lakukan atas dasar suka sama suka. Namun, Galih melepas keperjakaannya dengan Ratna, sementara Ratna telah tidak perawan entah oleh siapa.
Jauh di lubuk hati Galih, ia menginginkan seorang wanita perawan untuk menjadi istrinya. Bukan Ratna, meski sudah dizinainya secara gratis selama 3 tahun ini. Namun, atas desakan Ratna, Galih pun datang menemui orangtua Ratna dan membicarakan pernikahan mereka.
Siapa sangka, orangtua Ratna meminta sejumlah uang sebesar Rp 40 juta di luar mahar dan seserahan. Galih seketika menolak, dalam hatinya ia mengingat biaya pernikahan saudarinya yang hanya meminta biaya sebesar Rp 20 juta, padahal Galih yakin sekali bahwa saudarinya itu masih sangat terjaga.
Menimbang hal tersebut, Galih memutuskan hanya akan memberikan uang sebesar Rp 10 juta karena Ratna yang akan dinikahinya sudah tidak gadis lagi. Tentu saja alasan ini tidak disampaikannya kepada orangtua Ratna, namun Ratna memahaminya.
Orangtua Ratna yang tidak tahu menahu sama sekali tak mau menurunkan biaya yang mereka minta. Galih pun dengan rasa tak bersalah mundur teratur dan memilih memutus komunikasi. Yang tertinggal hanyalah Ratna dengan segala penyesalannya.

Kisah serupa dengan beragam kepiluannya mungkin menjamur di luar sana. Kisah ini saya bagikan dengan harapan para wanita mengambil pelajaran. Keperawanan memang bukan jaminan yang menentukan baik buruknya seseorang, terlebih sebagai penentu 'harga' seorang wanita.
Namun ternyata pria 'rusak' sekalipun mendambakan seorang wanita yang belum pernah terjamah oleh pria lainnya. Maka, tentu ini menjadi pelajaran tersendiri bagi setiap wanita yang belum menikah.
Jagalah dirimu!
Jagalah kehormatanmu!
Teruslah berusaha menjadi baik, maka niscaya engkau akan bertemu dengan orang baik pula.

Referensi pihak ketiga

Sumber Referensi:
Kisah nyata yang penulis baca di salah satu forum curhat lelaki

Menyesal Sudah Menikah Diam-diam, Ternyata Istri kedua Tak 'Seindah' Istri Pertama

Sudah sunnatullahnya wanita adalah godaan terbesar bagi seorang pria. Bahkan pria menikah tak sedikit yang masih terjerumus ke dalam lumpur zina. Meski ada pintu poligami, namun tentu saja prakteknya sering tak seindah bayangan terlebih jika pernikahan poligami tak diikuti ilmu memadai dan kemampuan memimpin yang mumpuni dari seorang imam rumah tangga.

Referensi pihak ketiga
Menjalani pernikahan jarak jauh membuat Rudi hanya bisa menjumpai istri dan anaknya dua minggu sekali atau bahkan sebulan sekali. Pada awalnya semua berjalan baik dan rumah tangganya pun tetap harmonis.
Namun, tak ada rumah tangga yang bebas ujian, begitu pula rumah tangga Rudi dan Citra. Saat itu tahun ke-6 rumah tangga mereka, anak mereka yang semula satu kini telah menjadi dua. Tuntutan pekerjaan membuat Rudi semakin sulit pulang untuk melepas rindu dengan anak dan istri.
Disaat itu datanglah Rani dengan segala pesonanya. Meski tahu Rudi sudah beristri Rani tak keberatan menjadi istri kedua. Bahkan keluarganya pun menyetujui hal tersebut. Maka Menikahlah Rudi dan Rani tanpa sepengetahuan Citra.
2 tahun menjalani pernikahan poligami, Rudi mulai menyesal. Terlebih setelah memiliki anak Rani mulai banyak menuntut. Ia mempermasalahkan pembagian nafkah juga hari bermalam. Puncaknya ia bahkan menuntut Rudi untuk menceraikan Citra agar semua jatah bulanan bisa masuk ke rekeningnya tanpa harus dibagi dengan Citra.
Rudi mulai merasakan keputusannya dulu keliru. Citra adalah sosok istri yang tak banyak mengeluh ataupun menuntut. Meski sama-sama tidak bekerja Citra lebih pandai mengatur keuangan dan juga merawat diri. Meski Citra lebih tua dan sudah beranak dua, dari segi fisik kini Rani justru kalah jauh.
Rudi pun ingin menceraikan Rani, namun Rani mengancam akan mengadukan pernikahan mereka kepada Citra yang selama 2 tahun ini memang tidak tahu menahu. Manisnya rumah tangga yang dulu melenakan Rudi kini justru menjadi bumerang yang siap melukai setiap saat, bukan hanya baginya tapi juga bagi istri pertama dan anak-anaknya.

Kisah serupa ini banyak terjadi di sekitar kita. Berpoligami memang sah dan boleh-boleh saja meski tanpa izin istri pertama. Tapi tanpa sepengetahuan para istri maka akan sangat sulit untuk berlaku adil di antara mereka, baik dari segi nafkah maupun giliran bermalam.
Jika memang ingin melakukan pernikahan poligami, maka bangunlah pernikahanmu dalam landasan kejujuran, karena jika tidak, alih-alih kebahagiaan, justru penderitaanlah yang akan datang menghampiri.
Berpoligami berarti membagikan kebahagiaan dari sebuah rumah wanita ke rumah wanita lainnya, bukan memindahkan atau mengambil kebahagiaan dari wanita lain.
Semoga kita semua memahami hal tersebut, sehingga syariat yang mulia ini tidak ternoda oleh oknum pelaku yang menjalankannya tanpa ilmu dan kemampuan.
---
Sumber Referensi:
Kisah diadaptasi dari forum curhat di IG

Suami Dianggap Kurang Kasih Materi Istri Sibuk di Aplikasi Dating

Pernikahan selalu penuh ujian dan cobaan. Itu sebabnya kita selalu butuh mencharge keimanan juga meningkatkan pemahaman terhadap ilmu dien. Karena cinta yang tak disertai keimanan niscaya kalah dengan dahsyatnya godaan.
Kisah berikut semoga memberi hikmah.

Referensi pihak ketiga
Sebut saja Anto, semasa muda ia telah bekerja keras hingga bisa membeli sebuah rumah. Apa yang dimilikinya saat itu ternyata membuatnya berhasil mempersunting seorang gadis cantik.
Setelah menikah, Anto memutuskan pindah bekerja ke sebuah kantor yang memungkinkannya pulang di setiap akhir pekan. Meski perusahaan menyediakan mes karyawan, istrinya tak pernah mau meninggalkan rumah mereka yang besar untuk ikut dengannya di mes. Terlebih setelah memiliki seorang anak.
Semula, Anto merasa rumah tangganya baik-baik saja, meski hanya bisa berjumpa setiap sabtu dan minggu, setiap pulang ia merasa bahagia melihat anak dan istri yang menyambutnya ceria.
Gajinya sekitar Rp 7 juta perbulan. Ia memberi istrinya setenga, Rp 3,5 juta. Rp 2 juta untuk ibunya, dan sisanya untuk dirinya sendiri. Istrinya tak pernah mengeluh, hingga anto pun merasa semuanya sempurna. Ia bahagia, ibunya bahagia, dan keluarganya pun bahagia.
Sampai kemudian saat ia mengambil cuti dan pulang mendadak ke rumah. Entah mengapa istrinya terlihat terkejut dan tampak uring-uringan, "kok pulang nggak ngabari dulu sih?"
Anto tersenyum dan mengatakan bahwa ia hendak memberikan surprise. Terlebih ia membawa pulang gaji lebih, bonusnya bekerja lembur. Saat itu Anto masih berpikir, bahwa istrinya uring-uringan karena harus mendadak memasak untuk menyambutnya.
Sampai Anto kemudian melihat ponsel istrinya yang tertinggal di kamar, saat ia buru-buru ke dapur. Anto melihat sebuah aplikasi dating, dan istrinya terlibat banyak pembicaraan dengan lelaki lain. Juga janji-janji temu selama jadwalnya bekerja.
Saat Anto tertegun, berusa mencerna fakta yang ada di tangannya. Istrinya kembali buru-buru dan langsung mengambil ponsel di tangan Anto. Ekspresinya tak terbaca. Anto menahan tangan istrinya, dan meminta penjelasan.
Tak pelak mereka akhirnya bertengkar. Istrinya berkata ia melakukan itu karena uang yang diberikan Anto tak pernah cukup. Istrinya mengaku telah menerima uang dari para pria tersebut untuk menemani mereka kencan. Entah sejauh apa 'kencan' mereka, Anto tak punya keberanian menanyakan fakta menyakitkan itu.
Istrinya kemudian pulang ke rumah orangtuanya dengan membawa serta anak mereka. Tak ada permintaan maaf ataupun rasa bersalah. Semuanya justru seolah menjadi salah Anto yang tak bisa memberikannya cukup materi. Anto berpikir panjang, untuk kemudian mungkin memilih mengakhiri rumah tangga mereka.

Referensi pihak ketiga
Di antara kriteria calon pasangan memang tersebut karena parasnya, hartanya, dan kedudukannya, namun yang lebih penting tentu adalah agamanya. Paras bisa berubah seiring usia yang menua, harta bisa habis, dan kedudukan bisa terganti. Namun pemahaman agama yang baik tentu akan melahirkan adab yang baik pula. Tak peduli dalam kondisi susah ataupun senang agama akan membuatnya bertahan dengan kesabaran ataukah kesyukuran.

Beristri 3, Bukannya Bahagia Malah Galau

Pernikahan disebut-sebut sebagai ibadah terlama yang ujiannya pun sepanjang usia. Maka jangan heran, jika setiap biduk rumah tangga baik poligami maupun monogami niscaya menghadapi kerikil tajam hingga batu sandungan yang besar.

Referensi pihak ketiga
Adalah Rudi (bukan nama sebenarnya) menikahi seorag janda tanpa anak yang usianya terpaut 7 tahun lebih tua dari dirinya. Pun demikian, ia bahagia dengan pernikahan tersebut. Istrinya, Nanda (bukan nama sebenarnya) adalah sosok keibuan, pengasih, dan penuh cinta. Singkatnya, Rudi bahagia hidup bersama Nanda.
Bertahun-tahun menikah, keduanya belum jua dikaruniai anak, Rudi tak mempermasalahkan hal tersebut, tapi tidak dengan Nanda. Ia bersikeras bahwa Rudi harus memiliki keturunan, maka ia pun memperkenalkan seorang gadis manis yang usianya lebih muda 5 tahun dari Rudi. Nanda meminta Rudi menikahi gadis tersebut.
Tentu saja, awalnya Rudi menolak, ia sudah merasa nyaman hidup bersama Nanda. Namun ternyata orangtuanya menyetujui ide Nanda, menikah lagi demi mendapatkan keturunan. Maka akhirnya, rudi pun menikahi gadis tersebut, Rumi (bukan nama sebenarnya).
Beberapa tahun hidup bersama, Rumi pun tak kunjung hamil. Hingga Nanda kembali berinisiatif menikahkan suaminya dengan wanita lainnya. Kali ini seorang wanita yang usianya lebih muda 3 tahun dari Rudi.
Seperti sebelumnya, Rudi pun menerima dengan pertimbangan untuk memperoleh keturunan. Maka, menikahlah ia untuk ketiga kalinya. Dan setelah beberapa bulan, istri ketiganya pun hamil. Sebuah kehamilan yang disambut Nanda, juga orangtua Rudi dengan penuh kebahagiaan, namun membuat Rudi semakin galau dari hari ke hari.
Ternyata, meski istri kedua dan ketiganya lebih muda dan cantik, Rudi tak menyukai jadwal kunjungan ke rumah-rumah mereka. Ia justru ingin selalu bersama istri pertamanya saja. Terlebih kehamilan membuat istri ketiganya menjadi begitu manja, dan selalu menelepon memintanya datang.
Berat bagi Rudi harus bersikap adil, dalam kunjungan ataupun giliran bermalam. Karena hatinya justru terlalu condong pada istri pertamanya, yang meskipun lebih tua ternyata mampu memberikannya rasa nyaman yang tak bisa didapatkannya dari kedua istrinya yang lain.
Ia pun mendiskusikan hal tersebut dengan Nanda. Ia berpikir untuk menceraikan Rumi. Dan untuk istri ketiganya, ia akan menceraikannya juga setelah ia melahirkan. ia berpikir untuk membawa anaknya saja dan merawatnya bersama Nanda. Namun, ide ini masih ditolak Nanda, karena berpikir hal tersebut terlalu kejam dan jahat.
Saat ini Rudi masih menjalani pernikahan poligaminya dengan perasaan galau yang bertambah-tambah. Justru Nandalah yang lebih perhatian kepada dua istrinya yang lain. Bahkan untuk giliran bermalam ia hanya menyisihkan masing-masing satu hari untuk kedua istrinya dan 5 hari lainnya bersama Nanda.

Saat mengetahui kisah ini, saya pribadi berpikir, ternyata kecantikan dan usia muda tak selamanya menggoyahkan lelaki. Bagaimanapun pada akhirnya, sikap yang mampu menghargai suami, diajak berdiskusi, dan mampu memberikan kenyamananlah yang membuat seorang pria betah berlama-lama di sisi perempuannya.
Dan tentu saja, sebagai muslim kita tentu mengetahui syarat dari pernikahan poligami adalah kemampuan bersikap adil, baik dari segi nafkah maupun giliran bermalam. Dan untuk urusan hati, maka sudah sewajarnya hati itu lebih condong kepada salah satu istri, sebagaimana Nabi Muhammad shollallahu 'alaihi wasallam kepada Aisyah radhiallahu 'anha.
---
Sumber Referensi:
Kisah nyata dari forum curhat di IG yang lagi naik daun

Sakit Hati Karena Ternyata Istri Tak Lagi Perawan, Pria Ini Balas Dendam Dengan Cara Selingkuh. Aduhai...

Pergaulan zaman ini sudah semakin mengabaikan norma dan rambu-rambu syariat. Meski Indonesia terkenal dengan budaya Timur yang penuh sopan santun, tampaknya hal ini tak bisa lagi memfilter budaya barat yang kental dengan pergaulan bebas.

Referensi pihak ketiga
Sebut saja Erwan (bukan nama sebenarnya), sejak malam pertama ia menduga sesuatu terkait istrinya, namun ia tak berani bertanya karena khawatir bertengkar. Setelah beberapa bulan menikah, dan mencari informasi kesana kemari, ia tak lagi bisa menahan prasangka di hatinya, maka bertanyalah ia pada sang istri, Meli (bukan nama sebenarnya).
Ternyata, dugaaannya benar. Istrinya tak lagi perawan saat menikah dengan dirinya. Meli menghiba meminta maaf, dan mengaku tak berani berkata jujur karena takut kehilangan Erwan. Erwan sendiri merasa hancur dengan kenyataan tersebut. Ia hanya peduli satu hal, kenyataan bahwa ia telah dibohongi. Ia sama sekali tak mau tahu bahwa istrinya telah bertaubat, ataupun menyesali masa lalunya.
Sejak saat itu, Erwan berubah. Bahkan kenyataan kehamilan istrinya tak mengembalikan sikap hangatnya. Erwan sibuk dengan dunianya sendiri, dengan rasa sakit hatinya, membangun dinding dengan istrinya sendiri.
Dan puncaknya, Erwan mulai berani berhubungan dengan wanita lain di luar rumah. Ia mengencani setiap gadis muda yang masih perawan. Bahkan ketika anaknya lahir, Erwan justru tengah berasyik masyuk dengan selingkuhannya.
Selama 5 tahun menikah, entah sudah berapa kali Erwan berganti selingkuhan. Meli juga tak menuntut apa-apa, ia hanya menerima keadaan rumah tangganya. Meski, suaminya sudah tak pernah lagi memberi nafkah batin, ataupun memperlakukannya selayak istri. Meli cukup bersyukur bahwa Erwan sesekali masih mau bermain dengan putranya dan masih memenuhi kebutuhan mereka.
Bagi Meli, apa yang terjadi adalah buah dosanya di masa lalu. Ia berharap pada suatu titik Erwan akan menerima permintaan maafnya, dan bersama-sama memperbaiki kembali rumah tangga mereka.
Erwan sendiri bukannya menutup mata dengan kesungguhan Meli meminta maaf, hingga menerima semua perlakuan semena-menanya. Namun, Erwan belum bisa menghapus bayangan bahwa istrinya telah berbohong. Baginya, lebih mudah menerima jika dulu sebelum menikah Meli jujur dengan keadaannya. Pun begitu, Erwan juga enggan menceraikan Meli, karena sudah ada anak di antara mereka.
Entah sampai kapan, mereka akan bertahan dalam kondisi demikian.

Kisah ini adalah salah satu kisah nyata yang sejatinya bisa menjadi ibroh bagi kita semua. Pergaulan bebas mengakibatkan hilangnya kehormatan. Dan tentu saja menutup aib (pernah berzina) adalah lebih utama, namun kita tentu harus bersiap jika setelah menikah hal serupa Meli bisa saja terjadi.
Bagaimanapun, sikap Erwan bukanlah hal yang bisa dibenarkan, membenci satu hal namun justru terjerembab pada dosa yang sama. Menikah terkadang berarti menemukan keburukan pasangan, yang idealnya bisa diterima dan dijadikan pelajaran bersama. Menurunkan ego, meredam kemarahan, saling memaafkan, saling membaikkan, itulah yang seharusnya dilakukan pasangan. Namun tentu saja ada pintu perceraian yang meski tak disukai namun diperbolehkan.
Kalau anda, akan bagaimana bersikap?
----
Sumber Referensi:
Kisah nyata yang penulis baca di forum curhat IG yang lagi naik daun

Ditanya "Kapan Nikah?" Jawaban Gadis Ini Buat Ibunya Menangis

Hari raya adalah hari yang dinanti, bukan hanya hari kemenangan, tapi juga sekaligus ajang silaturahim dengan karib kerabat dan handai taulan.
Sayangnya, bagi orang-orangyang masih sendiri terlebih dengan usia yang nyaris atau sudah berkepala tiga, maka kehangatan dan kebahagiaan hari raya kadang berubah menjadi momok menyeramkan yang membuat enggan berkumpul-kumpul.

Referensi pihak ketiga
Sebut saja Nur, ia adalah seorang gadis manis berusia 31 tahun. Sebagai anak tertua dan satu-satunya yang belum menikah di antara tiga saudara, lebaran bukanlah hari yang mudah untuk dijalani. Namun, bukan untuk Nur, melainkan justru kedua orangtuanya.
"Nur, besok bagaimana?" tanya ibunya malam itu.
"Bagaimana apanya bu?" Meski memahami arah pertanyaan sang ibu, Nur memilih tersenyum dan mengajak ibunya bercanda.
Ya, orangtua Nur justru lebih galau saat menghadapi nyinyiran orang-orang soal putri sulungnya yang masih jua sendiri itu. Sementara dua adik perempuannya yang lain semua sudah berumah tangga dan memiliki anak.
Nur sendiri sudah beberapa kali melakukan ta'aruf, namun semuanya gagal di tengah jalan tak ada yang sampai ke pelaminan. Sang ibu bahkan ingin melakukan ruwatan atau membawanya ke 'orang pintar' agar Nur bisa segera menemukan jodohnya. Namun, Nur dengan sabar selalu menenangkan ibunya dan menghindari hal-hal tersebut.

Referensi pihak ketiga
Seperti biasa, rumah orangtua Nur selalu ramai saat hari raya tiba. Ayahnya adalah anak tertua, sementara oranguanya sudah tiada. Maka, rumah mereka selalu menjadi tempat berkumpul seluruh keluarga besarnya.
"Nur, calonmu mana? Nggak datang apa?" tanya salah seorang tante Nur.
"Emang belum ada calonnya kok tante..." jawab Nur dengan senyuman.
"Serius? kamu sih jadi perempuan kok pilih-pilih bener..."Keluarga yang lain segera ikut menyambung. Ibu Nur mulai tampak gelisah dan tak nyaman, sementara itu Nur yang tak jua menemukan jodohnya segera menjadi topik utama pembicaraan di ajang silaturahim tersebut.
"Nur tidak pernah khawatir soal jodoh tante, Allah pasti tak pernah salah dengan taqdirnya. Kalau sekarang Nur belum menikah, itu artinya Nur masih diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berbakti sama ayah dan ibu. Kalau sudah menikah nanti, belum tentu Nur bisa sering-sering pulang menjenguk ayah dan ibu, apalagi menjaga dan melayani mereka setiap hari..."
Kalimat-kalimat itu diucapkan Nur dengan yakin dan penuh ketulusan. Hal yang mungkin tak terpikir oleh semua keluarganya, bahkan orangtuanya.
Ibu Nur, seolah tersentak mendengar penuturan putri sulungnya itu, ia seketika ingat telepon kedua putrinya di seberang pulau yang lebaran kali ini tak bisa pulang merayakan hari raya bersama. Menyadari kebenaran ucapan tersebut, ibu Nur tak sanggup menahan air matanya, ia bersyukur bahwa putrinya begitu baik dan sholehah.

Jodoh adalah taqdir yang tak bisa dipercepat ataupun diperlambat datangnya. Ia akan datang sesuai waktunya. Sembari menunggu jodoh, manfaatkan waktumu dengan amal-amal kebaikan. Memperbaiki diri, dan berbakti kepada orangtua. Karena setelah menikah, maka seorang wanita akan menjadi milik suaminya, dan semua tentu sudah tak sama lagi.
Semoga sahabat-sahabat yang masih belum menemukan jodohnya segera menemukan jodoh terbaik. Dan sampai waktunya tiba, jangan pernah merasa galau, cari dan temukanlah hikmah terbaik dari taqdir tersebut.
Semoga bermanfaat.
---
Sumber Referensi:
Kisah nyata di sekitar penulis
Artikel ini tayang pertama kali di UC News dengan judul: 

Selalu Ditanya Kapan Nikah Pas Lebaran, Jawabannya Menohok Banyak Tamu. Orangtuanya Nangis

Gadis Kecil Yang 'Menampar' Seorang Ibu di Hari Idul Fitri

Sedari terbit fajar kumandang takbir sudah terdengar berulang-ulang, menandai hari kemenangan, hari yang fitri. Saat hari mulai terang, jalan-jalan pun mulai padat, laki-laki, perempuan, orangtua, anak-anak, semua berbondong-bondong menuju lapangan dimana sholat idul fitri akan dilaksanakan.
Sambil menunggu jamaah lain berdatangan, takbir tak henti-henti dikumandangkan. Di sela-sela itu seorang petugas masjid mengedarkan kotak infaq yang hanya berupa kantong kresek transparan, yang mana dana infaq ini akan digunakan kembali untuk kemaslahatan masyarakat sekitar.
Saat kotak infaq itu tak lagi jauh dari barisan kami, gadis kecil -yang tidak terlihat kecil- yang duduk disampingku tampak sembunyi-sembunyi merogoh tas kecilnya, usianya tak lebih dari 12 tahun. Ia tampak melipat-lipat uang. Ia melakukannya hati-hati seolah-olah begitu takut dan malu jika ada yang memergokinya. Sekali-kali ia melirik ke arahku yang segera berpura-pura tak memperhatikan.
Saat kotak infaq mendekat dengan sigap ia memasukkan lipatan uang yang sedari tadi disiapkannya, uang kertas lima ribu rupiah yang sudah tampak lusuh. Dia tampak lega ketika mengira tak ada yang mengetahui rahasianya, sementara aku diam-diam menghapus titik bening di sudut mata.
Tahukah kalian, itu bukan lembar lima ribu biasa, di dalamnya ada lembar lima puluh ribuan yang entah berapa lembar. Gadis itu menyembunyikan infaq puluhan atau mungkin ratusan ribunya dibalik lembar lima ribu lusuh.
Allahu akbar.
Aku belajar sekaligus merasa tertampar. Begitulah seharusnya kita menyembunyikan amal kebaikan sebagaimana kita menyembunyikan aib keburukan. Gadis kecil ini bahkan sudah memahami konsep itu, sementara berapa banyak orang dewasa yang justru berlomba-lomba membanggakan infaq sedekahnya.

Aku pun seketika teringat hadist nabi tentang orang-orang yang pertama kali diadili, salah satunya adalah seseorang yang dikaruniakan keluasan harta dan beragam kekayaan. Saat dibawa kehadapan Allah ia ditunjukkan semua kenikmatan yang diperolehnya di dunia dan  ia pun mengakui semua nikmat yang telah diterimanya tersebut. Lantas Allah bertanya bagaimana ia menggunakan nikmat itu.
Ia menjawab, ‘Saya senantiasa menggunakannya untuk berinfak karena-Mu’
Namun, Allah Ta'ala berfirman, ‘Kamu bohong. Akan tetapi kamu melakukan hal tersebut agar kamu disebut-sebut sebagai orang yang dermawan. Dan kenyataannya kamu telah disebut-sebut demikian.’ 
Maka orang ini pun diseret pada wajahnya dan dilemparkan ke dalam neraka.
Naudzubillah min dzalik...
Sungguh, kita akan mendapatkan sesuai apa yang kita niatkan. Semoga kita senantiasa meluruskan niat dalam setiap amal kebaikan dan kelak hanya mendapatkan kebaikan pula.
______________________
PS:
Aduhai, jangan tanya siapa gadis kecil itu. Doakan saja ia semakin sholehah dan bisa meneruskan hafalan Qur'annya.
Semoga kita dikaruniai anak-anak sholeh/sholehah yang menjadi penyejuk mata di dunia, dan menjadi pembuka pintu surga kelak di akhirat.
----
Catatan Hati, Tanah Grogot, 1 Syawal 1440 H

- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -