Hari raya adalah hari yang dinanti, bukan hanya hari kemenangan, tapi juga sekaligus ajang silaturahim dengan karib kerabat dan handai taulan.
Sayangnya, bagi orang-orangyang masih sendiri terlebih dengan usia yang nyaris atau sudah berkepala tiga, maka kehangatan dan kebahagiaan hari raya kadang berubah menjadi momok menyeramkan yang membuat enggan berkumpul-kumpul.
Referensi pihak ketiga
Sebut saja Nur, ia adalah seorang gadis manis berusia 31 tahun. Sebagai anak tertua dan satu-satunya yang belum menikah di antara tiga saudara, lebaran bukanlah hari yang mudah untuk dijalani. Namun, bukan untuk Nur, melainkan justru kedua orangtuanya.
"Nur, besok bagaimana?" tanya ibunya malam itu.
"Bagaimana apanya bu?" Meski memahami arah pertanyaan sang ibu, Nur memilih tersenyum dan mengajak ibunya bercanda.
Ya, orangtua Nur justru lebih galau saat menghadapi nyinyiran orang-orang soal putri sulungnya yang masih jua sendiri itu. Sementara dua adik perempuannya yang lain semua sudah berumah tangga dan memiliki anak.
Nur sendiri sudah beberapa kali melakukan ta'aruf, namun semuanya gagal di tengah jalan tak ada yang sampai ke pelaminan. Sang ibu bahkan ingin melakukan ruwatan atau membawanya ke 'orang pintar' agar Nur bisa segera menemukan jodohnya. Namun, Nur dengan sabar selalu menenangkan ibunya dan menghindari hal-hal tersebut.
Referensi pihak ketiga
Seperti biasa, rumah orangtua Nur selalu ramai saat hari raya tiba. Ayahnya adalah anak tertua, sementara oranguanya sudah tiada. Maka, rumah mereka selalu menjadi tempat berkumpul seluruh keluarga besarnya.
"Nur, calonmu mana? Nggak datang apa?" tanya salah seorang tante Nur.
"Emang belum ada calonnya kok tante..." jawab Nur dengan senyuman.
"Serius? kamu sih jadi perempuan kok pilih-pilih bener..."Keluarga yang lain segera ikut menyambung. Ibu Nur mulai tampak gelisah dan tak nyaman, sementara itu Nur yang tak jua menemukan jodohnya segera menjadi topik utama pembicaraan di ajang silaturahim tersebut.
"Nur tidak pernah khawatir soal jodoh tante, Allah pasti tak pernah salah dengan taqdirnya. Kalau sekarang Nur belum menikah, itu artinya Nur masih diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berbakti sama ayah dan ibu. Kalau sudah menikah nanti, belum tentu Nur bisa sering-sering pulang menjenguk ayah dan ibu, apalagi menjaga dan melayani mereka setiap hari..."
Kalimat-kalimat itu diucapkan Nur dengan yakin dan penuh ketulusan. Hal yang mungkin tak terpikir oleh semua keluarganya, bahkan orangtuanya.
Ibu Nur, seolah tersentak mendengar penuturan putri sulungnya itu, ia seketika ingat telepon kedua putrinya di seberang pulau yang lebaran kali ini tak bisa pulang merayakan hari raya bersama. Menyadari kebenaran ucapan tersebut, ibu Nur tak sanggup menahan air matanya, ia bersyukur bahwa putrinya begitu baik dan sholehah.
Jodoh adalah taqdir yang tak bisa dipercepat ataupun diperlambat datangnya. Ia akan datang sesuai waktunya. Sembari menunggu jodoh, manfaatkan waktumu dengan amal-amal kebaikan. Memperbaiki diri, dan berbakti kepada orangtua. Karena setelah menikah, maka seorang wanita akan menjadi milik suaminya, dan semua tentu sudah tak sama lagi.
Semoga sahabat-sahabat yang masih belum menemukan jodohnya segera menemukan jodoh terbaik. Dan sampai waktunya tiba, jangan pernah merasa galau, cari dan temukanlah hikmah terbaik dari taqdir tersebut.
Semoga bermanfaat.
---
Sumber Referensi:
Kisah nyata di sekitar penulis
Artikel ini tayang pertama kali di UC News dengan judul: