Search This Blog

Powered by Blogger.

Archive for March 2020

Kisah Mencekam Dari Perawat Italia, Mau Indonesia Begini?

Corona menciptakan beragam kisah, pilu, haru sekaligus penuh hikmah. Kisah berikut semoga membuka mata hati kita yang selama ini masih meremehkan virus Covid-19.

Referensi pihak ketiga
Adalah Paolo Miranda, seorang perawat di rumah sakit di Cremona, kota kecil di wilayah Lombardy, Italia. Rumah sakit ini merupakan pusat perawatan pasien wabah virus corona.
Puluhan ribu orang telah terinfeksi virus itu dan ratusan di antaranya meninggal setiap hari. Berada di pusat wabah, Paolo bersama rekan-rekannya bekerja shif selama 12 jam tanpa henti selama sebulan terakhir.
"Kami adalah profesional, tetapi kami kelelahan. Saat ini, kami merasa seperti berada di parit dan kami semua takut," kata Paolo Miranda seperti diberitakan BBC, Selasa (24/3/2020).
Paolo yang kebetulan suka mengambil foto, memutuskan untuk mendokumentasikan situasi suram di dalam unit perawatan intensif. Ia berkata tak akan pernah bisa melupakan apa yang terjadi, dan baginya gambar akan menceritakan lebih banyak ketimbang kata-kata.
Ia ingin menunjukkan pada dunia, kekuatan rekan-rekannya, para awak medis yang menjadi garda terdepan perang melawan pandemik Covid-19, sekaligus kerapuhan mereka sebagai manusia biasa dengan beragam tekanan dan juga tanggung jawab.

Referensi pihak ketiga
Italia melaporkan lebih 5 ribu kematian selama sebulan terakhir. Dan ini merupakan kematian tertinggi di dunia akibat serangan virus Corona. Maka bayangkan saja 'kegilaan' apa yang dirasakan para pejuang di garda depan.
"Suatu hari, tiba-tiba salah seorang kolega saya mulai berteriak dan melompat-lompat di koridor. Dia telah diuji virus corona, dia baru tahu bahwa dia tidak terinfeksi. Dia biasanya sangat tenang, tetapi dia takut, dan tidak bisa menahan rasa lega. Dia hanya manusia," kisah Paolo.
Para perawat ini merasakan jatuh bangun, hancur, putus asa, bahkan menangis karena tak berdaya menyaksikan pasien yang tak terselamatkan. Namun, mereka saling menguatkan, "Kami akan bercanda, membuat mereka tersenyum, dan bahkan tertawa - kalau tidak, kami akan kehilangan akal sehat."

Referensi pihak ketiga
Sembilan tahun menjadi perawat, tentunya Paolo telah terbiasa melihat banyak kematian. Namun wabah Corona menciptakan kengerian yang tak terlukiskan. Selama pandemi ini, ia melihat begitu banyak orang mati sendirian.
Jika biasanya, kematian pasien dikelilingi oleh orang-orang tercinta, maka berbeda dengan pasien Corona. Kematian mereka kematian yang sepi, tak ada sanak keluarga, kerabat, dan sahabat. Bahkan bagi mereka tak bisa dilangsungkan pemakaman yang layak. Semuanya dilarang demi menghindari penularan virus corona.
"Kami merawat semua orang ini dengan virus yang pada dasarnya membuat mereka ditelantarkan. Mati sendirian adalah hal yang sangat buruk, saya tidak berharap itu terjadi pada siapa pun." dengan pilu Paolo mengisahkan.
Hingga kini, pasien masih terus bertambah setiap hari. Rumah sakit kewalahan, tak ada ranjang yang cukup, awak medis semakin terbatas dan nyaris mencapai batasnya, mereka kelehan, sangat. Situasinya masih belum membaik hingga saat ini.
"Saya tidak melihat 'cahaya di ujung terowongan' untuk saat ini. Saya tidak tahu apa yang akan terjadi, saya hanya berharap ini berakhir." Ungkap Paolo.

Referensi pihak ketiga
Kondisi Italia bisa saja menjadi kondisi Indonesia beberapa waktu ke depan. Mari jaga diri kita, keluarga kita, bangsa kita. Tetaplah di dalam rumah, karena jika wabah makin meluas, Indonesia akan mengalami kondisi yang mungkin jauh lebih buruk dari kondisi Italia saat ini.
Semoga Allah menurunkan rahmat dan pertolonganNya bagi kita semua.

Referensi pihak ketiga
Sumber Referensi:
Bbc.com

Nggak Panikan Juga Nggak Ngeyelan, Wanita Ini Justru Lakukan Aksi Haru Hadapi Wabah COVID-19

Indonesia membuat rekor dengan angka kematian akibat pandemi Corona yang terus meroket menjadi tertinggi di wilayah Asia. Sejak kasus positif pertama dinyatakan pemerintah, hingga kini per 20 Maret 2020 melansir CNNindonesia tercatat 369 kasus positif, 17 pasien sembuh, dan 32 meninggal dunia.
Bahkan menghadapi pandemi global, masyarakat Indonesia masih jua saling serang di jagat maya. Kubu panikan yang membabi buta menshare segala macam info terkait Corona tanpa awas mana fakta mana hoaks, sebaliknya kubu ngeyelan terus mendengungkan 'jangan takut Corona..." dengan tawakkal salah kaprah sehingga mengabaikan anjuran social distancing.
Sementara itu para awak medis berjibaku di garis depan untuk merawat para pasien, meninggalkan keluarga bahkan mempertaruhkan keselamatan diri sendiri.

Referensi pihak ketiga
Namun, dalam suasana demikian selalu ada orang-orang yang memiliki nurani bersih yang mampu melakukan 'sesuatu'.
Dari akun @jingga1507 terdapat unggahan gambar roti dan susu. Dalam cuitannya akun tersebut mengatakan makanan itu hendak ia berikan kepada tenaga medis di salah satu rumah sakit Jakarta. 
Selain menyiapkan roti dan susu, ia juga memberikan pisang serta telur rebus sebagai dukungan terhadap tim medis yang telah bekerja merawat pasien di rumah sakit.

Referensi pihak ketiga
Aksi ini hanya sebagian dari bentuk dukungan nyata bagi para staf medis yang bekerja di garis depan dalam menghadapi wabah virus COVID-19 saat ini. Setiap kita bisa mengambil bagian untuk memerangi wabah ini bersama-sama sesuai kapasitas kita masing-masing. Kita bisa melihat contoh nyata di sekitar kita. Ada yang membagikan masker gratis, menggalang dana, hingga membagikan sanitizer gratis.
Hal terkecil yang bisa kita lakukan adalah dengan mematuhi anjuran pemerintah baik dalam hal pencegahan penularan dengan rajin mencuci tangan maupun anjuran untuk tetap di rumah dan sesedikit mungkin berinteraksi dengan orang lain.
Nah, tidak sulitkan ambil bagian dalam perang menghadapi pandemi ini?
Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah Ta'ala, sungguh pandemi ini sejatinya memberikan banyak hikmah bagi kita yang mau mengambil pelajaran.
----
Sumber Referensi:
CNNindonesia.com

Tag : ,

Takut Dimarahi Ibu, Anak Ini Pilih Pura-pura Diculik. Kurang kasih Sayang?

Tak bisa disangkal bahwa setiap orangtua sudah seharusnya memenuhi kebutuhan anak, bukan hanya soal materi tapi yang juga tak kalah penting adalah soal pendidikan, perhatian, dan kasih sayang.
Sebuah peristiwa viral dari Kabupaten Pangkep menghiasi berita beberapa hari terakhir. Seorang siswi SMP berusia 12 tahun, SR mengaku telah diculik. Ia ditemukan di gudang beras milik tantenya dengan keadaan tangan terikat. Saat ditangani kepolisian, ditemukan kejanggalan atas cerita siswi tersebut, hingga penelusuran polisi mengungkap fakta sebenarnya.

SR, tidak benar-benar diculik. Pada awalnya, gadis ini ketakutan setelah menghilangkan sandal milik ibunya. Terlebih adiknya menakut-nakuti akan kemarahan sang ibu, dan sang kakak menyuruhnya pergi dari rumah.
Diselimuti rasa frustasi, SR rupanya juga memendam kekesalan karena tak kunjung dibelikan sepatu oleh orangtuanya. SR pun menjadi nekat ia lari bersembunyi di gudang milik tantenya setelah sebelumnya menenggak 2 tablet Paracetamol, Asam Fenamat, dan Antalgin. Walhasil gadis belia itu jatuh tertidur di dalam gudang beras tersebut.
Saat terbangun, ia mendengar huru-hara keluarga yang panik mencarinya. Pikiran polosnya yang terkontaminasi banyak tayangan FTV dan sinetron tontonannya sehari-hari segera mencetuskan ide khas sinetron, pura-pura diculik. SR lalu mengambil seutas tali dan mengikat tangannya seakan-akan dia diculik. Akhirnya, ia ditemukan tetangga dan mengaku diculik, dibawa pergi melalui mobil Toyota Avanza.

Bagi saya pribadi, kisah ini selayaknya menjadi pelajaran bagi orangtua manapun agar lebih memperhatikan asupan informasi dan tayangan yang menjadi konsumsi anak-anak. Kita telah melihat bagaimana tayangan-tayangan tak mendidik tak mengajari anak-anak kita cara bertanggung jawab dan meminta maaf saat melakukan sebuah kesalahan, namun justru mendramatisasi kondisi untuk menuai simpati.
Sungguh layak jadi renungan bagi setiap orangtua!
----
Sumber Referensi:
kompas.com
Tag : ,

- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -