Ujian berumah tangga tak pernah ada habisnya, maka tak heran jika pernikahan disebut sebagai ibdah terlama. Dan tentu saja selalu ada jalan keluar di sana, bagi kita yang mau meniti jalanNya.
Referensi pihak ketiga
Sebut saja Imron, hari itu dengan terbata ia menelepon istrinya, Dina, dari kantornya, "Sayang, hari ini adalah hari terakhir aku menerima gaji."
Dina, tentu saja merasa syok, terlebih mengingat segala macamkebutuhan anak mereka yang baru berusia 1 tahun, namun ia tahu tak boleh menunjukkan kekhawatirannya di depan suaminya yang sudah tak kalah kalutnya karena di PHK. Maka, Dina pun menjawab lembut, "Tenang sayang,kita selalu punya Allah yang Maha Kaya lagi Maha Pemberi Rezeki."
Setelah sambungan telepon ditutup, Dina seketika sibuk menghubungi berbagai nomor kontak teman-temannya menanyakan jika saja ada lowongan kerja untuk suaminya. Salah satu temannya segera menelepon, tapi itu bukan tawaran pekerjaan untuk suaminya, melainkan untuk dirinya sendiri.
"Aku tahunya kemampuan kamu, bukan suami kamu. Gaji bersih yang kamu terima 30 juta, tambah tunjangan mobil, dan fasilitas kesehatan terbaik." tawar sang kawan.
Batin Dina berkecamuk, tawaran ini begitu menggiurkan di tengah-tengah kondisi finansial keluarganya yang tengah terpuruk. Namun, Dina meminta waktu untuk berunding dengan sang suami terlebih dahulu.
Saat Imron mendengarnya, ia terdiam. Namun, berkata "Aku percaya pada apapun pilihanmu. Istikharahlah dulu."
Referensi pihak ketiga
Imron sadar betul, siapa wanita yang sudah menjadi istrinya itu. Dina terbiasa hidup mewah dan diberi segala macam fasilitas terbaik sedari kecil. Dina pun memiliki gelar MBA dari Australia, dan dia mampu untuk menjadi seorang CEO. Namun, taqdirlah yang mengantarkan Dina menjadi istrinya, dan melupakan impiannya sebagai wanita karir. Kini kesempatan itu, terbuka lebar di depannya.
Dina memilih bermunajat bersama Allah di sepertiga malam, meminta pilihan terbaik. Saat itu tangisan bayinya memecah kesunyian. Dina pun meraih dan menyusuinya penuh cinta. Seketika ia tahu pilihannya. Siapa saja bisa menjadi CEO di luar sana, tapi tak pernah ada yang bisa menggantikan posisinya sebagai ibu bagi bayinya.
Ia tahu banyak cara dan alasan hingga ia bisa meninggalkan bayinya tanpa kekurangan, namun ia tak akan pernah bisa membeli kembali waktu bersama sang anak. Dina memutuskan memenuhi kodratnya sebagai istri dan ibu, yang tak meninggalkan singgasananya di rumah.
Referensi pihak ketiga
Imron mendukung penuh keputusan istrinya, sembari Imron mencari pekerjaan baru, Dina membuka beragam usaha di rumah. Bermodal seluruh sisa tabungan di rekening ia membuka catering dan menjual berbagai macam rupa barang-barang
Suatu hari, Dina mengerjakan pesanan seratus porsi makanan sendirian, dan Imron bertugas mengantarkannya. Saat itu Dina berpesan, "Yang, kalau sudah dibayar dan pulang nanti, beliin mie ayam ya!" Imron pun mengiyakan dengan penuh suka cita.
Dina menunggu di rumah dengan sisa kelelahannya, sambil membayangkan lezatnya menyantap mie ayam yang ia pesan. Tapi, betapa kecewanya ia saat mendapati sang suami pulang dengan tangan kosong. Rupanya sang pelanggan meminta tempo pembayaran hingga tiga hari ke depan.
Dina yang kelelahan dan telah membayangkan semangkuk mie ayam, merasa begitu kecewa. Ia beranjak ke kamar dan mengumpulkan receh demi receh, di kolong tempat tidur, di dompet, di laci meja.
Ia keluar dengan sedih, hingga Imron kebingungan. Dina menunjukkan recehan di tangannya dan terbata menahan tangis, "Cuman dapat tiga ribu, kurang dua ribu lagi untuk dapat semangkuk mie ayam...".
Seketika hati Imron terasa hancur, ia bahkan tak bisa membelikan makanan seharga lima ribu rupiah (harga mie ayam saat itu) untuk istrinya yang sedari kecil bergelimang harta. Imron seketika memeluk istrinya dan menangis meminta maaf. Keduanya berpelukan dalam tangisan, "Maaf sayang, mie ayam saja aku tidak mampu belikan..."
Masih berpelukan dengan derai air mata, ponsel Dina berbunyi. Seorang teman menghubungi, "Halo, kamu masih jualan jilbab gak? Aku pesan ya buat ibu-ibu majelis taklim nih. Langsung aku transfer sekarang" ujar kawan yang meneleponnya itu.
Masyaa Allah.
Saat ini Dina dan Imron (bukan nama sebenarnya) telah memiliki kehidupan yang berkecukupan, mereka bahkan kerap berkeliling dunia. Sungguh Allah Maha Benar dengan segala janji-Nya. Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan hamba-Nya yang meninggalkan sesuatu karena-Nya.
Semoga kita mengambil ibroh.
---
Sumber Referensi:
Akun Fb Diena Rifaah