“Gue ODHA” meski tercekat
dan tak percaya kala mendengar kalimat singkat itu meluncur cepat dari bibir
pria muda itu, aku cukup menguasai diri
dengan tidak menarik tanganku yang terulur tepat di hadapannya. Melihatku yang
masih mematung dengan tangan terulur di depannya dia menyalak lagi “ lu gak
ngerti ODHA ya?” suaranya kering dan kasar.
Aku tersenyum “Orang dengan HIV/Aids kan? Trus kenapa? Ayolah, pegel
nih aku, mau salaman gak?” masih tersenyum aku berusaha mencairkan keadaan.
Dengan malas ia menyentuhkan sedikit tapak tangannya padaku dan dengan cepat
menariknya lagi. Membuat senyumku mengembang lebih lebar “gitu dong…” .
“Lu gak takut ketularan?” ia mulai melunak. Kontan aku terbahak “ya
gak lah, emang jabat tangan bikin HIV nular? Ngaco kamu…”
“Kirain….., biasanya kalu orang-orang tau aku ODHA boro-boro mau
salaman, ngelirik aja mereka ogah sepertinya aku ini hal paling menjijikkan di
dunia” meski dia mengucapkannya dengan sangat datar aku tau ada kegetiran jelas
merajai hatinya.
Dia, sebut saja El. Sahabat pena yang kukenal lama sejak aku
dibangku SLTP. Dan saat aku melanjutkan study S1 di Jogjakarta itulah kali pertama aku
bertemu langsung dengannya.
El, jelas bukan orang dengan gaya hidup beresiko tinggi. Aku tau pasti ia bukan penganut paham free sex, dia juga tak menunjukkan tanda-tanda
sebagai pengguna obat-obatan terlarang. Sejujurnya aku tak percaya ia ODHA.
Belakangan ia baru bertutur, ia mendapatkan virus tersebut pada sebuah
acara baksos dimana ia mendonorkan darahnya. Mungkin saja salah satu jarum
suntik yang digunakan pada acara tersebut telah terkontaminasi salah satu
pengidap HIV/AIDS. Huaaa…..ironis banget, aku gak kuasa menahan tangis kala
itu. El orang baik. Sahabat terbaik yang aku punya.
Menemani El, di setiap detik hidup yang katanya sudah "terkontaminasi" membuatku seringkali berurai tangis. Bahkan flu ringan membuatnya sungguh-sungguh tak berdaya. Dan dalam keadaan seperti itu , ia tetap bisa menyemangatiku di setiap keluh ala anak rantauku yang tak pernah usai. El, mengajariku menerima dan mensyukuri setiap detik hidup yang masih diberi. Ditengah fisik yang semakin menurun kekebalan dan kemampuannya El tetap melakukan banyak hal, untuk orang lain, untuk anak-anak yatim, untuk keluarganya. Dan ketika ia harus menyerah pada taqdirnya, El memberiku kristal yang selalu terjaga di hatiku "jangan pernah mati sebelum kematian itu datang". Kristal kekuatan yang membuatku tak pernah berkata menyerah.
Satu yang juga menjadi warisan abadinya, hingga detik ini aku tak pernah sekalipun
berani mendonorkan darahku. Kisah El
membuatku trauma, terlebih setelah kematiannya selang 2 tahun pertemuan pertama kami
itu.
Mengenal El, membuatku miris dengan kondisi zaman dimana Indonesia
merupakan salah satu Negara dengan peningkatan pengidap HIV/AIDS tertinggi di
Asia. Terlepas dengan penetrasi budaya Barat yang membuat prilaku masyarakat
bergeser, aku jelas memaknainya sebagai degradasi keimanan umat. Ketika
nilai-nilai agama sekedar diketahui dan diterapkan secara parsial, jelas
menghasilkan kerusakan di berbagai lini hidup. Dan aku pribadi meyakini berkembangnya
virus HIV/AIDS adalah sebuah hasil hukum sebab akibat. Dan adalah sebuah
keironisan ketika korban-korban polos semisal El terus bertambah dengan
berbagai cara disadari maupun tidak.
Terkait dengan masalah HIV/AIDS, remaja dewasa ini justru menjadi pihak
yang paling peduli. Beragam pertanyaan mereka lontarkan terkait masalah
HIV/AIDS. Entah kepada guru atau orang dewasa lainnya. Namun, pola pikir
masyarakat kebanyakan yang masih menggangap tabu pendidikan sexs dan
penjelasan HIV/AIDS, membuat para remaja lebih memilih teknologi digital semisal google atau yahoo sebagai solusi praktis untuk menjawab setiap
keingintahuan mereka yang teramat besar. Disinilah media online berperan
penting untuk bisa memberi informasi sejelas dan seakurat mungkin tanpa
manipulasi fakta.
Bagi saya pribadi besarnya animo
remaja ini memiliki dua indikasi berbeda. Pertama mereka memang care dan
beware terhadap masalah ini. Atau mereka justru merupakan bagian yang terlibat
aktif dalam aktivitas sex bebas yang merupakan mediator penular terbesar virus
mematikan ini selain penularan melalui pemakaian jarum suntik bersama pada para
pengkonsumsi narkoba.
Kawula muda kita yang terus dibombardir dengan kemudahan teknologi yang menyebabkan mereka
bebas mengakses berbagai hal tanpa filter yang baik, membuat kebanyakan mereka
mulai aktif dengan kegiatan seksual pada masa awal pubertas. Mereka, tanpa
pendidikan sex yang tepat dan lugas jelas mudah terjerumus pada aktivitas sex
bebas yang berarti kemungkinan untuk penularan HIV/AIDS menjadi tinggi.
Karena hal inilah Unicef memfokuskan kaum muda sebagai sasaran
pencegahan penularan HIV AIDS melalui pendidikan sex, dan Indonesia turut
melakukannya. Hanya saja aku pribadi jelas tidak menyetujui program bagi-bagi
kondom gratis yang dilakukan beberapa waktu lalu. Hal itu jelas melegalitas
bahkan menganjurkan free sex. Jika toh kondom memang mampu mencegah atau meminimalisir
penularan HIV/AIDS, jelas kondom tidak mampu mencegah dosa atas tindak sex pra
nikah baik dengan satu patner terlebih multi patner.
Pendidikan sex diikuti penempaan mental dan pendekatan spiritual adalah
sebuah cara efektif menumbuhkan kesadaran dan pemahaman kepada generasi muda. Dan
adalah keluarga yang merupakan lingkungan pertama bagi anak yang seyogyanya
sudah terlebih dahulu menanamkan nilai-nilai spiritual, dan menerapkan pola
pendidikan yang tepat termasuk pendidikan sex.
Tahap lanjutan adalah memilihkan
sekolah yang memiliki kesamaan visi dalam hal ini. Sekolah merupakan lingkungan
nomor dua, dimana disanalah karakter seorang anak turut terbentuk. Dengan basic
yang kuat dan pemahaman yang cukup dari dua lingkungan ini diharapkan ketika
terjun dan bersosialisasi langsung dengan masyarakat, anak telah memiliki alarm
aktif yang akan otomatis menyaring hal-hal yang baik atau buruk, tepat atau
tidak tepat bagi hidup dan masa depannya.
Bagaimanapun aku masih sangat meyakini, hanya dengan menumbuhkan pemahaman individulah virus ini bisa dicegah untuk terus menular. Dan dengan sangat bahagia aku mengikuti berbagai perkembangan dimana ODHA sudah lebih diterima dalam masyarakat. Karena kepedulian membuat ODHA merasa lebih baik. Mereka telah cukup menderita dengan apa yang mereka derita, taklagi perlu ditambah dengan hukuman sosial yang sama sekali tidak membantu apa-apa.
Dan setelah kisah panjang lebarku tersebut diatas, aku percaya
masih banyak kesimpang siuaran di tengah masyarakat mengenai ODHA, maka beberapa hal terkait HIV/AIDS aku
rangkum disini, semoga bermanfaat.
·
Apa
sih HIV itu?
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat
menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4
sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak
dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan menggantinya menjadi tempat
berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak bisa
digunakan lagi. Sel darah putih sangat dibutuhkan untuk sistem kekebalan tubuh.
Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak
mempunyai pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia akibat terkena
pilek biasa.
·
Apa
sih AIDS itu?
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome yang
merupakan dampak atau efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk
hidup. Virus HIV memerlukan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan
dan sangat berbahaya.
Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya sistem kekebalan tubuh
yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusak
oleh Virus HIV. Ketika kita terkena Virus HIV, kita tidak langsung terkena
AIDS. Untuk menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk
dapat menjadi AIDS yang mematikan. Saat ini tidak ada obat, serum maupun vaksin
yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS.
·
Siapa
Saja yang bisa terkena AIDS?
Semua orang bisa terkena AIDS dari bayi yang baru lahir hingga para
manula. Terlebih mereka yang mempunyai perilaku beresiko tinggi
·
Apa
yang dimaksud perilaku beresiko tinggi?
Penganut sex bebas, memiliki lebih dari satu pasangan seksual
Berbagi jarum suntik baik untuk menyutikkan
obat-obatan, tattoo atau menindik badan.
·
Bagaimana cara melindungi diri sendiri dari
AIDS?
Menjauhi Free sex
Setia pada satu pasangan
Menjauhi pemakaian obat-obatan terlebih
pemakaian bersama jarum suntik
Selalu minta jarum baru untuk suntikan pada
pusat-pusat pelayanan kesehatan ( ini adalah hak anda ) juga untuk tattoo atau
tindik
Dan jika anda memerlukan transfusi darah
mintalah dokter anda untuk memeriksa apakah darah donor tersebut bebas AIDS (
ini juga merupakan hak anda)
·
Apakah berinteraksi dengan ODHA akan menularkan
HIV/AIDS?
AIDS tidak mudah ditularkan karena virusnya
harus masuk kedalam aliran darah. Anda tidak akan terkena AIDS bila melakukan
kegiatan sosial seperti :
Duduk berdampingan dengan orang lain
Makan atau mandi bersama
Bersalaman dan berpelukan
Dan ingat ya Nyamuk itu tidak menularkan AIDS!
·
Bagaimana mengetahui seseorang mengidap
HIV/AIDS?
Orang yang terkena HIV positif (yaitu tahap
pertama dari penularan AIDS) tidak menunjukkan gejala-gejala, seringkali
selama bertahun-tahun
Hanya ada satu cara untuk mengetahui apakah
seseorang terkena HIV positif yakni melalui tes darah virus HIV.
Masih ada yang ingin diketahui mengenai
HIV/AIDS sila googling aja ya ^____^
"ODHA berhak hidup bersama masyarakat lainnya, menjauhi dan mengasingkan ODHA
adalah tindak yang sama sekali tidak berprikemanusiaan^___^"
|
Save ODHA
Powered by Goole |
( Ditulis untuk sahabatku, El. I miss u…..)