Posted by : Sara Amijaya Friday 19 July 2013

Jadi ingat deh, zaman kecilku dulu diisi aneka permainan tradisional yang rata-rata berjenis out door. Dari main layangan, main gobak sodor, patu lele, lompat tali, lomba bakiak sampai petak umpet. Permainan indoorpun adalah jenis permainan yang jauuuh sekali dari jamahan teknologi, semisal congklak, ular tangga, puzzle, bongkar pasang, dll.

permainan gobak sodor
Sumber : http://nirwanaaksara.files.wordpress.com/2010/05/gobaksodor.jpg

Saat aku tumbuh dewasa dan menjelma menjadi seorang ibu, rasanya aku tercengang dan terkaget-kaget dengan pergeseran aneka kebiasaan. Terutama mengenai tumbuh kembang anak. Rasanya langka sekali melihat anak-anak yang heboh berlarian mengejar layang-layang atau bermain petak umpet. Bahkan untuk daerah kampung seperti daerahku di salah satu kabupaten di Timur Kalimantan.

Pemandangan yang menjadi biasa adalah anak-anak  mulai dari usia pra sekolah hingga yang berseragam abu-abu yang memenuhi warnet-warnet. Entah sekedar browsing ini itu, hingga bermain game online. Makin kesini  internet yang kian mudah diakses membuat anak-anak tak lagi perlu memenuhi warnet-warnet, karena para orangtua  telah memfasilitasi mereka dengan aneka perangkat canggih. Entah smartphone, ipad, iphone, dan lain sejenisnya   .
Ketika Si Buah Hati Main Gadget Ini yang Perlu Dibimbing dan Diawasi
Sumber: http://www.tribunnews.com/iptek/2013/03/04/ketika-si-buah-hati-main-gadget-ini-yang-perlu-dibimbing-dan-diawasi


Seorang kawan senior (lebih tua, lebih berpengalaman, dan lebih banyak anaknya) dengan bangga menceritakan bahwa anaknya yang masih berusia 2,5 tahun mampu bertahan berjam-jam jika sudah bermain dengan galaxi tab yang dihadiahkannya pada si anak.

“Gak khawatir jadi nyandu bu anaknya?” setelah bingung harus menanggapi apa pernyataan bangganya tersebut, kalimat itulah yang terlontar menjadi tanyaku.

“Iya juga sih, tapi enak sih kalu dia sibuk main tab ibu jadi bisa tidur tenang gitu....” jawab beliau dengan santainya.

Kawan lain yang juga mengenalkan teknologi sedari dini kepada anak-anaknya memiliki alasan beragam.

 “Zaman dah berubah bu, kalu gak dari kecil dikenalkan teknologi gini, anak-anak kita bakal jadi gaptek dan ketinggalan jauh sama perkembangan zaman, bakal susah deh hidupnya kelak”

Hmmm..... sebagai seorang ibu, aku juga berpikir dong soal tumbuh kembang anak-anakku. Dan aku jelas punya pandangan sendiri apa yang terbaik untuk mereka.

Putri pertamaku, Tumbuh besar di Sumatra. Ia kukenalkan teknologi internet sejak usia 2 tahun. Ia bisa menghidup dan mematikan PC tanpa meminta bantuanku. Ia bahkan bisa mengconnetkankan sambungan internet dan membuka situs game online yang memang sudah kupilihkan untuknya. Game yang kupilihkan untuknya adalah jenis permainan asah otak yang sesuai umurnya saat itu. Aku mengenalkannya dengan beragam benda dan jenis makhluk hidup, bahkan alphabet, angka, dll semua melalui media komputer dan internet.

 Jelas aku bangga dengan kepiawaiannya menggerakkan mouse dan memenangkan level demi level game kecerdasan yang sudah kusiapkan untuknya. Lebih dari itu, putriku termasuk mudah mengingat dan menghafal sesuatu, kemampuan berpikirnya berkembang pesat.

Namun keasyikannya di depan PC  ternyata memiliki dampak yang baru kusadari belakangan. Putri pertamaku ternyata memiliki kesulitan dalam bersosialisasi dengan teman sebayanya. Bahkan dia menunjukkan sikap permusuhan dengan anak-anak sebaya di lingkungan rumah kami. Putri sulungku tumbuh menjadi sosok yang lebih tempramental dan ringan tangan.

Memasuki tahun ke-3 usianya aku berusaha keras mengalihkan kecintaannya pada perangkat PCdan game online kepada buku-buku. Secara kontinyu aku lebih sering bercerita dan mengajarinya beragam kisah dan hal melalui  media buku bergambar, buku 3 dimensi, buku flip flop dan beragam buku menarik lainnya. Setiap minggu aku juga membawanya ke perpustakaan daerah  yang menyediakan ruang khusus untuk anak-anak. Didalamnya tersedia beragam buku dan permaianan menarik. Di sana selain lebih mencintai buku ia bisa bermain bersama anak-anak sebayanya. Meski tetap,  sikapnya masih cenderung egois dan sibuk dengan dirinya sendiri.

Meski kecintaannya pada dunia online mulai berkurang masalah kemampuan bersosialisasinya masih berlanjut. Ia sama sekali tak mau bersekolah. Dan akupun tak mau memaksanya. Akhirnya Ketika kami pindah domisili ke Kalimantan di daerah kabupaten. Ia mulai mau bermain di luar rumah dengan anak-anak sebayanya, mungkin karena halaman yang masih luas dan lingkungan yang lebih mendukung ia benar-benar tak lagi tergantung pada dunia onlinenya. Dan ketika usianya 4 tahun kami orang tuanya harus berkeliling dari satu TK ke TK lainnya yang mau menerima murid ditengah-tengah tahun ajaran. Karena saat itu keinginannya untuk bersekolah tak lagi terbendung.

Kini usia putri pertamaku sudah 6 tahun, Ia sudah duduk dibangku SD. Aku memberinya waktu untuk bermain internet hanya dihari-hari libur sekolahnya. Itupun masih selalu didampingi oleh aku atau abinya.

Belajar dari putri pertamaku, aku memberlakukan hal lain terhadap putri keduaku. Sedari kecilnya aku hanya memberinya buku-buku dan aneka jenis permaianan edukatif baik yang terbuat dari plastik maupun kayu. Akupun memberinya beragam permainan tanpa melibatkan teknologi apapun. Seperti masak-masakan, congklak, bongkar pasang, puzzle dll. 




Saat ia  berusia 3 tahun sedikit-sedikit aku mulai mengenalkannya pada teknologi juga internet. Sesekali mengajaknya bermain online bersama kakaknya. Membiarkannya mengutak-atik dan bermain dengan netbook atau handphone  yang sudah kuiisi dengan game sesuai usianya. Jelas ketertarikannya pada perangkat teknologi mulai terasa, tapi aku selalu membatasi jam bermainnya ketika menggunakan perangkat teknologi apapun. Aku tetap memberi porsi lebih besar baginya untuk bermain di luar dan berinteraksi lebih banyak dengan sebayanya.

Dan begitulah, jelas terdapat perbedaan karakter mendasar antara putri pertama dan keduaku. Jika putri pertamaku agak susah bersosialisasi dan masih terus cenderung egois. Putri keduaku sedari kecilnya sangat ramah, murah senyum dan menggemaskan. Ia bisa bergaul dengan mudah baik pada sebayanya pun pada orang yang jauh lebih dewasa darinya. Bahkan ia justru sering mengalah terhadap kakaknya ^_^.

Berkaca dengan pengalaman kedua putriku, aku berkesimpulan trend mobile internet sama halnya dengan beragam hal lain di dunia ini yang bermata dua. Dengan penggunaan yang tepat jelas akan bermanfaat namun sebaliknya penggunaan berlebihan dan salah kaprah jelas akan menjerumuskan.

Jadi, bagi anda yang ingin mengenalkan teknologi sedari dini kepada buah hati anda perhatikanlah beberapa hal berikut:
·         Dampingi anak anda dan pilihkan situs/ game sesuai usianya
·         Batasi waktunya dengan aneka peralatan canggih apapun
·         Seimbangkan waktunya antara berinternet dan bersosialisasi dengan sebayanya

Dengan pendampingan dan menjadi role mode yang baik bagi anak-anak kita, insyaallah meski tumbuh didampingi dengan aneka perangkat canggih yang menawarkan aneka informasi dan kesenangan anak-anak kita tetap akan tumbuh dengan sewajarnya dan insyaallah justru akan menjadi generasi penerus yang patut dibanggakan.

-----

- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -