Posted by : Sara Amijaya Sunday 18 July 2021

Di salah satu grup kajian, seorang  muslimah mengajukan sebuah tanya, "Apakah istri juga durhaka ketika marah-marah hingga berkata kasar kepada suaminya yang kedapatan berselingkuh berkali-kali?"

Kebanyakan kami (atau saya saja? ), sebagai bentuk solidaritas sesama perempuan kemudian berpikir tentu saja kemarahan seorang istri yang diselingkuhi adalah sebuah kewajaran. Siapa yang tak marah jika kepercayaan dikhianati?

Namun, tentu saja jawaban orang yang dipenuhi ilmu akan jauh berbeda. Ustadzuna, Junaid bin Ibrahim Iha, Lc menjawab bahwa sikap tersebut adalah salah satu bentuk kedurhakaan istri kepada suami, karena memposisikan dirinya seperti hakim yang menghakimi suaminya.
Ustadz Junaid juga mengingatkan bahwa seharusnya seorang istri tetap bersikap sopan dan menaati suami dalam hal-hal yang bukan haram, adapun yang berkaitan dengan dosa suami maka itu kelak akan dipertanggungjawabkan sang suami sendiri di hadapan Allah Ta'ala.

"Ingat bahwa istri tidak akan ditanya tentang kemaksiatan suami namun akan ditanya tentang ibadah dan perlakuannya kepada suaminya." Lanjut beliau.

Beliau juga menambahkan sekiranya sang istri tersebut tidak sanggup hidup dengan suaminya karena sudah tidak bisa lagi melaksanakan kewajibannya maka dia boleh mengajukan gugatan cerai.
____
Jika masih ada kaum muslimin yang percaya pada pernyataan 'wanita selalu benar', maka mungkin hadist berikut belum sampai kepada mereka:
Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:

“Maukah kalian aku beritahu tentang istri-istri kalian di dalam surga?”
Mereka menjawab: “Tentu saja wahai Rasulullaah!”
Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Wanita yang penyayang lagi subur. Apabila ia marah, atau diperlakukan buruk atau suaminya marah kepadanya, ia berkata: “Ini tanganku di atas tanganmu, mataku tidak akan bisa terpejam hingga engkau ridha.”
(HR. Ath Thabarani)
.
Wanita, setinggi apapun pendidikan dan karirnya, tetap saja harus mampu 'menelan' ego di depan suami. Salah satu ciri wanita ahli surga itu,  ketika ia marah, diperlakukan buruk, atau suaminya marah kepadanya, ia selalu menjadi pihak yang meminta maaf lebih dahulu.
Bagaimanapun fitrah suami adalah untuk ditaati bukan dimarah-marahi, maka sudah sewajarnya istri berbesar hati meminta maaf dan suami seyogianya memiliki kapasitas ilmu untuk mampu membimbing dan mengayomi.

Itulah kenapa, kita harus memilih suami berdasarkan agama dan akhlaknya, bukan cuman ganteng dan hartanya.
Karena suami yang baik pemahaman agamanya, pasti mengamalkan hadist Rasulullah, "Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-sebaik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrinya”.

Oh ya baik kepada istri juga nggak berarti membiarkan istri semaunya, (sudahlah tabiat wanita itu bengkok, jika dibiarkan niscaya akan semakin bengkok), tapi membimbingnya dengan lemah lembut.

Suami yang berakhlak mulia, dan istri yang senantiasa meminta maaf, sounds great ya?
Semoga kita dikarunia pasangan dan menjadi pribadi yang demikian.

Btw, jangan berkecil hati, jika kehidupan rumah tangga kita masih jauh dari kata ideal. Menikah itu ibadah sepanjang usia pernikahan. Luruskan niatkan kita setiap waktu, dan fokuslah pada kewajiban kita masing-masing, alih-alih senantiasa menuntut hak dipenuhi.

Karena saat niat ibadah hilang, maka kita akan senantiasa mengedepankan ego, dan jika sudah demikian, maka hanya tinggal menunggu waktu rumah tangga ambyar tak bersisa.

Tentu saja, terus menambah ilmu agama akan menjadi kekuatan dalam menghadapi beragam ujian pernikahan. Karena penopang utama keutuhan rumah tangga itu bukanlah cinta, melainkan agama.

Semoga Allah Ta'ala karuniakan kita pasangan yang menjadi penyejuk mata dan penentram jiwa.

Tanah Grogot, Juli 2021

Salam,

🤍

Sarah binti Hasan


- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -