Showing posts with label kisah hikmah. Show all posts
Jangan Mencela, Bahkan Pada Orang Yang Pantas Dicela!
JANGAN MENCELA, BAHKAN PADA ORANG YANG PANTAS DICELA!
Ketika Nasehat Justru Semakin Mengeraskan Hati
Disadari atau tidak, kematian seseorang tentunya semakin dekat dari waktu ke waktu. Dan seringnya bagaimana seseorang menjemput ajalnya adalah sebagaimana ia menjalani hari-harinya.

Tersebutlah seorang pemuda muslim yang kesehariannya sangat jauh dari agama. Sehari-harinya pemuda ini bergaul bebas dan meniru semua perilaku kebarat-baratan yang menurutnya keren meski banyak melanggar rambu-rambu syariat.
Nasihat keluarga, kerabat, dan kawan-kawan tak bisa mengubah tabiatnya. Hatinya justru semakin keras, Ia bahkan semakin bersikap keterlaluan dan menghina agamanya sendiri.
Suatu hari ia mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi, tentu sembari memutar lagu-lagu barat sebagai teman perjalanan. Qodarullah, sang pemuda mengalami kecelakaan lalu lintas, orang-orang yang berkerumun menyangka ia sudah meninggal dunia.
Seorang yang shaleh yang juga berada di tempat kejadian datang mendekat dan menyadari bahwa pemuda itu sedang diambang maut. Ia berpikir untuk mentalqinnya dengan ucapan 'La ilaaha illallaah', karena barangsiapa yang akhir ucapannya di kehidupan dunia ini adalah laa ilaaha illallaah, maka ia akan masuk surga.
Ia pun mendekat dan berkata, “Hai saudaraku! Ucapkanlah laa ilaaha illallaah!”
Namun pemuda itu dengan sisa nafas terakhirnya justru mengucapkan kalimat yang mengerikan, kalimat yang biasa ia ucapkan sehari-hari tatkala orang-orang menasehatinya dalam kebaikan.
Beginilah ucapannya, “Aku tidak akan pernah melakukan shalat dan tidak akan pernah berpuasa. Sungguh terlaknat agamamu”.
Naudzubillah min dzalik.
Ya, pemuda ini jika dinasehati keluarga atau sahabatnya untuk melaksanakan sholat, puasa, dan bertaubat kepada Allah, niscaya ia membalas dengan mencela dan mengejek agama.
Bagi saya pribadi, kisah ini memberi banyak pengajaran, untuk berhati-hati dengan lisan dan apa yang kita ucapkan. Jangan sampai lisan kita terbiasa dengan kalimat-kalimat buruk yang kelak di akhirat akan sangat kita sesali.
Sungguh saat ruh telah berpisah dari raga, maka tak lagi sebuah penyesalan berguna.
Semoga kita mengambil pelajaran dan semoga Allah tunjukkankan kita pada jalan yang lurus.
---
Sumber referensi:
Kisahislam.net
Ulama Yang Mengelus Singa dan Esensi Pamer
Sudah mahsyur bahwa banyak para ulama tabi'in dan ulama-ulama setelahnya dikaruniai karomah yang dengannya maka semakin kuat keimanannya kepada Allah Ta'ala.
Tentu jauh berbeda dengan para wali-wali syetan yang bersekutu dengan jin untuk kemudian memperdaya manusia lainnya.

Salah satu kisah masyhur adalah ulama yang bisa menundukkan singa. Seperti halnya maula Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, Safinah radhiallahu 'anhu yang juga mampu menundukkan singa.
Dikisahkan Sufyan Ats-Tsauri dalam perjalanan haji bersama Syaiban Ar-Ra'i. Di sebuah jalan mereka dihadang oleh seekor singa yang besar.
Manusiawi jika timbul rasa gentar melihat binatang buas tersebut. Sufyan berkata kepada Syaiban “Tidakkah kamu melihat binatang buas ini? Dia telah menghadang kita!’
Syaiban kemudian menjawab, "Jangan takut, wahai Sufyan!’
Lalu, ia memanggil singa itu dan memegang ekornya. Kemudian, singa itu menggerak-gerakkan ekornya seperti anjing. Syaiban memegang telinga singa tersebut lalu mengelus-elusnya.
Saat itu Sufyan sontak berkata, ‘Untuk apa kamu pamer semacam ini?’
Syaiban menjawab, ‘Wahai Sufyan, pamer mana yang kamu pertanyakan? Kalau bukan karena aku benci pamer, tentu aku tidak akan membawa bekal perjalananku ini ke Mekkah kecuali di atas punggung singa ini.’”
Sahabat, orang-orang shalih yang diberi kelebihan niscaya tak suka menunjukkan kelebihannya kecuali seperlunya dan sesuai kebutuhan.
Semoga kita bisa mengambil ibroh dari kisah singkat ini, bahwa apapun kelebihan yang kita miliki tak selayaknya dipamerkan kepada orang lain. Karena tidaklah Allah menganugerahkannya kepada kita kecuali untuk menambah keimanan dan ketawadhuan kita sebagai hamba.
Semoga menginspirasi!
---
Sumber Referensi:
99 Kisah Orang Shalih, Muhammad bin Hamid Abdul Wahab, Darul Haq, Cetakan ke-5, Shafar 1430/2009.