- Back to Home »
- 30haribercerita , renungan »
- Tolerasi itu bukan menjadi bunglon
TOLERANSI ITU BUKAN MENJADI BUNGLON
.
Sebagai insan beragama, tanpa diminta kita pasti bersedia menerima keragaman. Yang mana hal tersebut tidak berarti kita menggadaikan keyakinan dan prinsip yang kita anut. .
Menerima keragaman (baca: toleransi) berarti membiarkan dan menghormati hal-hal berbeda di luar keyakinan dan prinsip-prinsip kita dalam legitimasi yang diatur oleh hukum agama maupun hukum negara tanpa mengganggunya, mengomentarinya, mencaci-maki, atau membully baik verbal maupun non verbal.
.
Saling menghormati pilihan fiqh khilafiyah, itu toleransi.
.
Meyakini bahwa agama yang dianutnyalah yang benar, namun menjaga kerukunan dan menghormati peribadatan agama lainnya, itu toleransi.
.
Tidak saling mengejek, mencaci, dan membully pilihan orang lain, itu toleransi.
.
Bersatu-padu menjaga keutuhan NKRI, itu toleransi.
.
Tapi,
Mendukung komunisme, liberalisme, atheisme, sinkretisme, LGBT-isme (*eh), itu INtoleransi.
.
Mengikuti dan berpartisipasi dalam berbagai ritual agama lain, itu toleransi SALAH KAPRAH.
.
pembiaran ataupun ketidakpedulian terhadap kejahatan, ketidakadilan, dan penindasan terhadap mereka yang berbeda, itu toleransi KEBABLASAN
.
Anyway, menjadi toleran tidak berarti menjadi bunglon.
Sebagai umat beragama kita punya standar baik buruk yang sudah jelas. Semuanya, ada di kitab suci masing-masing.
.
Jika kau masih bingung mana hitam, mana putih,
mungkin itu kode keras,
kau perlu ke dokter mata 😂
.
catatan sore @30haribercerita
#30hbc1804
#30haribercerita