Posted by : Sara Amijaya Thursday 21 March 2019

Pemikiran 'modern' tidak hanya mengubah gaya hidup, pola pikir, bahkan juga mulai merusak tatanan syariah hingga banyak orang yang terjerembab pada pembenaran diri dengan dalih modernitas, inovasi, dan eksistensi diri.

Referensi pihak ketiga
Sebut saja dia Re, wanita cantik berkulit putih. Tidak hanya cantik fisiknya, Re juga sosok brilian dengan segudang prestasi di dunia pendidikan. Ia pun sangat berdedikasi dengan dunia yang ditekuninya itu. Singkatnya ia terlihat seperti wanita 'sempurna' yang diidamkan banyak pria.
Berbanding terbalik dengan Re, suaminya, Tio, adalah sosok pegawai biasa. Seorang pegawai dengan karir dan prestasi yang biasa-biasa saja. Padahal, Tio adalah sosok menyenangkan yang juga cukup bertalenta. Dalam banyak guyonan, kawan-kawan Tio mengomentari sang istri dengan kalimat "Dibalik istri sukses ada suami yang luar biasa sabar."
Sekali dua kali, wacana menikah lagi terlontar dari Tio. Rupanya, sang sosok istri sempurna bukanlah sosok yang diharapkan oleh Tio. Bukan karena ia terlalu banyak menuntut tanpa memfasilitasi istri, tapi tampaknya istrinyalah yang telah abai akan kewajiban-kewajibannya sebagai istri.

Referensi pihak ketiga
Sebagai lelaki normal dengan hasrat biologis normal, Tio hanya mengharapkan yang sewajarnya sebagai seorang suami, namun dengan dalih terlalu lelah, sang istri kerap menolak dan mengabaikan hak-hak Tio sebagai suami. Pada kenyataannya, Tio bahkan menyiapkan pembantu untuk mengurusi pekerjaan rumah tangga, ia bahkan turun tangan mengurusi buah hati mereka.
Hak yang tak terpenuhi, komunikasi yang macet, membuat Tio kadang terlihat kusut dan mengeluarkan keluh kesahnya. Sungguh ia terpikir menikah lagi sebagai solusi atas keresahannya tersebut. Bukan karena ia tak setia, tapi justru karena ia masih memiliki iman dan taqwa. Tak mendapatkan haknya, dan tak ingin terjerumus pada 'romansa' dosa.
Seorang kawan menyarankan Tio untuk mendidik istrinya terlebih dahulu, mungkin belum sampai pada sang istri mengenai wajibnya melayani kebutuhan suami. Namun, Tio berkata lesu, "ia tahu, tapi mungkin kalah oleh lelahnya."

Referensi pihak ketiga
Sahabat, melalui kisah ini saya ingin mengingatkan diri saya pribadi dan juga seluruh wanita yang membaca tulisan ini.
Sebagai muslimah, saya meyakini bahwa surga seorang istri terdapat pada ridho suaminya. Tentu bukan dengan memaksa "RIDHOI AKU, SUAMIKU!", tapi dengan ketaatan dan penunaian hak-hak seorang suami, terlebih jika suami anda adalah orang yang telah pula menunaikan kewajiban-kewajibannya kepada keluarga.
Tak ada yang salah menjadi wanita bekerja yang sukses dengan karir, namun perlu diingat bahwa bagi muslimah, bekerja bukanlah sebuah perkara wajib, bahkan harus seizin dan seridho suami.
Maka, mari tanyakan pada diri kita, kemana semua lelah ingin kita muarakan? sebatas pujian manusiakah? Atau surga abadi yang kenikmatannya tak terbayangkan imaji?
Semoga menjadi renungan
----
Sumber Referensi:

- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -