Posted by : Sara Amijaya Friday 21 August 2020

Sejatinya pemimpin bukanlah raja yang harus dilayani dan dituruti membabi buta. Esensi seorang pemimpin justru adalah pelayan rakyat. Dan seorang pemimpin kelak akan menghadapi hisab yang berat atas semua yang dipimpinnya.

Mari sedikit merenung dari kisah indah yang tercatat dalam sejarah.

Referensi pihak ketiga

Pada akhir 18 H, di masa kekhalifahan Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu ‘anhu terjadilah musibah paceklik.

Kekeringan melanda seluruh bumi Hijaz, hingga rakyat mulai merasakan sangat kelaparan. Kota Hijaz benar-benar kerontang hingga penduduk banyak yang mengungsi ke Madinah dan mereka tidak lagi memiliki bahan makanan sedikitpun.

Umar mendengar perihal tersebut, beliau radhiallahu 'anhu segera membagi-bagikan makanan dan uang dari baitul mal hingga gudang makanan dan baitul mal kosong total.

Umar bahkan tak menyisakan makanan layak bagi dirinya sendiri. Ia menolak memakan daging dan susu. Sebagai gantinya beliau hanya makan roti dan minyak sehingga kulitnya berubah menjadi hitam dan kurus. Umar Radhiyallahu ‘anhu berkata: “Akulah sejelek-jelek kepala negara apabila aku kenyang sementara rakyatku kelaparan.”

Setiap hari Umar Radhiyallahu ‘anhu mengontrol rakyatnya di Madinah dan menemukan bahwa tidak seorangpun yang tertawa, ataupun berbincang-bincang di rumah sebagaimana biasanya. Anehnya lagi Umar Radhiyallahu ‘anhu tidak pula menemukan orang yang meminta-minta.

Beliau mencari tahu apa yang terjadi, seseorang berkata kepadanya: “Mereka pernah meminta tetapi tidak ada yang dapat diberikan, akhirnya mereka tidak lagi meminta. Sementara mereka benar-benar dalam keadaan yang menyedihkan dan sangat memprihatinkan, sehingga mereka tidak lagi bisa berbincang-bincang ataupun tertawa.”

Subhanallah, kondisi rakyat saat itu sungguh memprihatinkan.

Akhirnya Umar Radhiyallahu ‘anhu mengirim surat kepada Abu Musa Radhiyallahu ‘anhu di Bashrah dan ‘Amru bin Al-‘Ash Radhiyallahu ‘anhu di Mesir yang isinya: “Bantulah umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam! Mereka hampir binasa.”

Kedua gubernur ini segera mengirimkan bantuan ke Madinah dalam jumlah besar, terdiri dari makanan dan bahan pokok berupa gandum. Begitulah mereka bertahan selama 9 bulan, sebelum kondisi berangsur-angsur kembali normal.

Pada Umar, harusnya setiap pemimpin belajar agar selalu ada bersama rakyatnya dalam kondisi apapun juga. Kisah ini juga mengajarkan kita bahwa kesulitan bisa teratasi jika kaum muslimin saling tolong menolong satu sama lain.

Mari kita memulainya dari lingkungan sekitar kita, semoga tak ada lagi tetangga kita yang merasakan kelaparan.

Referensi pihak ketiga

Sumber Referensi:

almanhaj.or.id

- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -