Makin ke sini, makin sering menjumpai orang-orang yang "berkostum" beriman, dimana kostum tersebut ditunjang pula dengan untaian kata-kata "berisi" lagi penuh nasehat.
Melalui perantara kata-kata mereka tak hanya satu dua orang yang mendapatkan hidayah.Memulai kehidupan baru dengan kualitas iman yang (إن شاء الله )lebih baik.
Namun, satu dua dari mereka ini justru terkadang lalai mengamalkan ilmu yang kerap mereka dakwahkan tersebut. sungguh alangkah meruginya, jika kita termasuk golongan ini, golongan orang-orang yang menjadi perantara bagi orang lain menuju surga, sementara diri kita sendiri dilemparkan ke neraka.
Makin ke sini lagi, Ghiroh "Sampaikanlah walau satu ayat" ini makin terdukung. Ditunjang dengan aneka gadget canggih yang menghubungkan kita dengan era medsos dalam sekali ketuk.
Dan segala informasi, termasuk ilmu dien menjadi begitu mudah kita dapatkan. Ayat-ayat, hadist, dan artikel bermanfaat bertebaran, hingga kebiasaan see and share berlangsung dalam satu ketukan jari, bahkan sebelum artikel tersebut tuntas kita baca. Alangkah wow nya...
oh hai, saya tak bermaksud rese, apalah lagi sok yes. Saya hanya sedang menasehati diri saya sendiri. Saya teringat bagaimana para shahabat yang belajar pada sumbernya langsung, tidak pernah tergesa-gesa.Bagaimana para shahabat tidak akan berpindah ke ayat lainnya, sebelum mereka benar-benar memahami dan mengamalkan satu ayat.
Maka, sebaiknyalah ketika kita menyebarkan sebuah kebaikan kita telah dulu melaksanakannya, hingga kita tak hanya menjadi perantara, tapi juga menjadi bagian dari orang-orang yang mendapatkan keutamaan.
الله أعلم