Bersuamikan pria asli Palembang, membuatku mau tak mau mulai menyukai
cita rasa masakan Sumatra. Dan pada akhirnya sedikit demi sedikit mulai bisa
memasak beberapa ragam kuliner Sumatra. Salah satu kuliner yang sangat disukai
suamiku meski bukan kuliner asli Palembang adalah rendang padang. Untuk
kuliner satu ini jangan ditanya, sejak mencicipinya kali pertama akupun
sudah jatuh cinta pada cita rasanya.
Syukurnya ada seorang tetangga yang bersedia mengajariku cara membuatnya.
Tetanggaku ini asli dari Padang, aku memanggilnya uni Vivi. Menurut uni
Vivi rendang itu bukanlah nama masakan, melainkan sebutan untuk proses
memasaknya. Memasak dengan mengaduk terus-menerus. Berkat ajaran uni vivi, aku
berhasil membuat rendang dengan cita rasa pas seperti rendang padang
pada umumnya. Jangan tanya betapa doyan suami dan anak-anakku.
Saat ini aku tengah mengandung anak ke tiga kami. Kebetulan sekali sejak
2 tahun lalu kami bermukim di Kalimantan, sebuah daerah kecamatan. Dan jangan tanya
betapa aku merindukan masakan Sumatra. Pada
kondisi biasa aku tentu sudah membuatnya sendiri, tapi pada saat hamil aku tak
tahan mencium bau rempah-rempah yang biasa memang menyengat pada setiap masakan
tradisional Sumatra. Dan bisa diduga kuliner yang begitu kuinginkan tak
lain tak bukan adalah Rendang padang.
Memenuhi keinginanku tersebut, mau tak mau suamiku berkeliling di kota
kami yang kecil mencari rumah makan bertajuk padang dan membawa pulang beberapa
potong rendang. Hmmmm…..aku menghargai usahanya, tapi please deh rendang yang
dibawa suamiku itu betul-betul tidak berasa rendang, rasanya manis dan gurih. “Ini
sih seperti malbi” protesku sambil cemberut.
Suamiku menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal dan kembali membeli rendang
di rumah makan bertajuk padang yang lain. Tapi, sama saja rasanya sungguh jauh
berbeda dari rendang padang yang asli. “Ternyata rasa rendang itu
semakin bergeser mengikuti jauhnya jarak dari tempat aslinya ya…” aku pasrah
dan melupakan keinginanku akan rendang padang.
Saat suamiku pulang dari dinasnya di Jakarta, ia membawakanku rendang kemasan.
“Coba ini deh dek, kata
temen-temen rasanya padang banget deh” suamiku berpromosi. Tapi melihat rendang
itu dalam bentuk kemasan, sesungguhnya aku sudah apatis duluan. Apa iya rendang
kemasan ini bakalan enak. Dengan ogah-ogahan akhirnya aku membuka kemasan rendang
tersebut. Kemasannya terdiri dari dua bagian, alumunium foil dan plastik.
“Jangan khawatir dek, kemasan yang seperti itu menjamin kehigenisannya
kok, trus kamu taukan rendang itu emang awet jadi gak perlu pengawet lagi”
“Mang ini beneran bisa langsung dimakan?” aku benar-benar apatis.
“Ya udahlah, diangetin dulu kalu kamu was-was banget”
Maka jadilah aku memilih untuk menghangatkannya terlebih dulu, and then…….
Harus kuakui rasanya emang yummy dan padang banget dehJ.
“Di Palembang ada gak?” tanyaku pada suamiku
“Rasanya ada, mang kenapa?” tanyanya lagi
“Minta kirimin dong dari sana” aku tersenyum maniiiiis banget.
Sementara suamiku hanya tertawa dan mulai mengangkat selulernya untuk
menghubungi saudaranya di Palembang. “Jangan lupa ya harus yang merk
Restu Mande” bisikku lagi.
Aku gak tau ada berapa banyak merk
rendang kemasan di luar sana. Tapi aku terlanjur jatuh cinta dengan cita
rasa dari
Restu Mande, dan aku bukan tipe
orang yang suka mencoba-coba sesuatu yang tak
pasti. Jadi kalau ada yang pasti kenapa harus coba-coba……
J.