Posted by : Sara Amijaya Monday 23 July 2012



Diakui atau tidak,karakter yang terbentuk pada tiap individu, sedikit banyak merupakan bentukan dari para guru. Sebagaimana kita ketahui di usia sekolah tentu kita menghabiskan banyak waktu di lingkungan sekolah dengan para guru sebagai panutannya.

Adalah kehidupan yang kujalani hingga saat ini, merupakan campur tangan para guru tersebut, yang telah membimbingku sejak SD hingga masa perkuliahan (mmm…aku gak kenal bangku TK nihJ). Beragam karakter guru yang aku temui turut membentuk aku yang seperti saat ini, “Bahagia dan andal di bidang yang kutekuni”.

Aku memiliki banyak guru yang kemudian menjadi inspirasi dalam hidupku. Dan dalam kasusku, sedikit sekali guru yang bisa kulupakan karena mereka semua istimewa dan penuh jasa.

Tapi, dalam kesempatan membincang seorang guru, maka aku ingin berbagi sedikit kisah mengenai sosok inspiratif dari zaman SMK-ku. Beliau adalah Bapak Drs. Tegen Sayuk Rimboko. Nama yang tak mudah dilupakan bukan? Atau justru tak mudah diingat?

SMK 1 Tanah Grogot

Apapun itu, yang pasti aku tidak bisa melupakan beliau. Hei….tentu bukan karena beliau adalah sosok cinta pertamaku. Beliau adalah guru pengampu mata pelajaran akuntansi, baik akuntansi dasar maupun akuntansi lanjutan. Dan  bagiku sosok beliau mewakili apa yang disebut sebagai guru profesional yang dibutuhkan oleh anak didik.

 “Materi akan lebih mudah di pahami jika dijelaskan dengan bahasa yang dimengerti siswa” Demikian beliau kerap berkata. Maka karena itulah aku dan beberapa teman yang dirasa lebih piawai daripada teman-teman yang lain bergiliran untuk maju ke depan kelas demi menjelaskan cara pemecahan kasus akuntansi.

Dan seperti yang diucapkan guru tersebut, berkat cara pengajaran yang demikian itulah pelajaran akuntansi tidak lagi hanya diminati oleh segelintir siswa, tapi oleh hampir seluruh siswa dikelasku.

Dan mungkin karena yang menjelaskan adalah teman mereka, para siswa tak segan-segan bertanya akan hal-hal yang belum mereka pahami. Tapi tentu saja guruku akan siap sedia membenarkan jawaban dan penjelasan yang keliru.

Itulah salah satu poin penting, yang membuatku memfavoritkan guru ini. Beliau tidak merasa superior dengan ilmunya, beliau tidak segan-segan menyuruh kami yang dirasanya mampu untuk maju ke depan kelas dan mengajar teman-teman lain dengan cara kami masing-masing. Beliau juga berbesar hati menerima koreksi tatkala melakukan kesalahan.

Beliau tak segan-segan memuji jika kami memang pantas dibanggakan. Sebaliknya beliau juga bisa dengan tegas menegur mereka yang masih bermalas-malasan dan tidak berkonsentrasi. Intinya, beliau mengajar dengan menyenangkan. Para siswa tidak terpaku pada penjelasan beliau saja. Terkadang beliau mengkomparasikan penjelasannya dengan meminta pendapat dari kami, siswanya. Bukan karena beliau bodoh atau tidak mampu menjelaskan materi tersebut. Tapi beliau dengan caranya tersebut bermaksud memacu kami untuk mengembangkan ilmu dan lebih mendalami materi.

Beliau juga memberikan prinsip-prinsip dasar yang sangat mudah di logikakan, yang kedepannya menjadi acuan untuk memahami materi ini. Sehingga serumit apapun kasus akuntansi yang dihadapi, selama siswa sudah memahami prinsip-prinsip dasar tersebut, maka tak akan ada kesulitan berarti dalam mengerjakannya. Paling tidak begitulah yang aku rasakan.

Adalah gagasan beliau pula hingga di SMK tempatku bersekolah saat itu, kami membentuk klinik akuntansi. Aku dan beberapa teman yang dianggap beliau mampu menjadi perawat-perawat di klinik tersebut, dengan beliau sebagai dokter utamanya.

Tujuannya jelas, klinik akuntansi menangani berbagai macam kesulitan siswa di bidang akuntansi. Memberi konsultasi bagi teman-teman maupun adik kelas yang mengalami masalah dalam memahami pelajaran akuntansi, sampai membedah kasus-kasus sulit lainnya.

Bagiku beliau tidak hanya guru profesional yang menguasai benar materi yang diajarkannya, beliau juga profesional karena mampu mentransfer ilmu yang dimilikinya kepada banyak murid-muridnya. Bukankah sudah mahfum di zaman ini, banyak guru yang benar profesional secara keilmuan tapi kurang mumpuni dalam bidang sosial. Terutama cara mengajar dan berkomunikasi dengan peserta didiknya. Jadi kurasa syah-syah saja jika aku kemudian menggelarinya sebagai Mr. Professional.

Aku sungguh bersyukur memiliki guru yang demikian berharga seperti beliau. Dan satu lagi yang membuatku semakin tidak bisa melupakan sosok guru ini. Istrinya….ya Istrinya. Ibu Dra. Widi Rumpakawati, mmm…nama yang unik pula bukan?

Kebetulan istri beliau juga merupakan salah satu guru favoritku. Agak langka menurutku, sepasang suami istri yang mengajar di tempat yang sama dan mengampu mata pelajaran yang sama pula.

Istri beliau tidak kalah hebatnya, meski secara keilmuan beliau masih sedikit kalah dari Bapak Tegen, tapi beliau sungguh-sungguh merupakan ikon guru menawan yang hangat serta keibuan. Masa-masa tak terlupakan di SMK-ku tak akan pernah terlepas dari ingatan akan sosok beliau.

Sama seperti Bapak Tegen, Ibu Widi juga cerdas dalam berhubungan dengan para siswa. Ditengah-tengah proses belajar mengajar, Beliau kerap membagikan pengalaman-pengalaman pribadinya yang bisa memotivasi peserta didiknya. Beliau juga dengan senang hati mendengarkan curhat peserta didiknya dan memberi masukan-masukan sesuai masalah yang dihadapi siswanya. Seperti masalah percintaan, persahabatan, bahkan persaingan. Beliau mampu  membincangkannya dengan santai tanpa kesan menggurui namun tetap memasukkan unsur-unsur pendidikan.

Dan beliau pulalah yang selalu menasehati kami untuk menjauhkan diri dari pergaulan bebas dan hal-hal buruk lainnya. Beliaulah yang kerap mengingatkan kami untuk menjaga persahabatan, dan terus memacu semangat kami untuk menjadi anak yang membanggakan orang tua. Kelemah-lembutan beliau dalam caranya mendidik kami menambah daya tarik beliau yang memang sudah sangat menawan. Pantaslah jika aku menggelarinya sebagai Mrs. Charming.

Dalam asuhan mereka yang luar biasa, Mr. Professional dan Mrs. Charming,  mengantarkanku memperoleh nilai sempurna pada ujian kompetensi di tahun kelulusanku.

Mr. Professional feat Mrs. Charming. merupakan perpaduan ayah dan ibu yang klop bagi kami siswa-siswi di SMK 1 Tanah Grogot Kalimantan Timur, khususnya lagi bagi kami siswa-siswi jurusan akuntansi.

Ada kisah yang mengharukan tentang sepasang guru luar biasa ini. Dalam kelapangan dan kebahagiaan hidup mereka, rupanya Allah berkenan menguji mereka dengan belum mempunyai anak di usia perkawinan mereka yang sudah bertahun-tahun. Ibu Widi pernah menceritakan hal ini di depan kelas, betapa kerinduan beliau untuk mendidik anak tersalurkan dengan mengajar anak-anak didiknya. Aku jadi memaklumi mengapa beliau begitu sabar dalam menghadapi ulah anak-anak didiknya yang terkadang membuat sakit kepala.

Suatu waktu, di tahun terakhirku di SMK, mereka mengadopsi seorang bayi baru lahir yang kebetulan ibunya telah meninggal dunia pasca melahirkan. Dengan suka cita beliau berpamitan kepada kami untuk pulang ke Jawa demi menjemput sang bayi adopsi. Qodarullah, bayi itu tumbuh sehat dalam pengawasan mereka dan wajahnya pun sangat mirip dengan Ibu widi.

Selang beberapa tahun, ketika aku sedang berada di rantau orang aku mendengar berita kematian sang putra adopsi. Tapi sungguh Allah Maha besar, kesabaran mereka diganjarNya dengan jauh lebih baik. Setelah kematian putra adopsinya, di usia ke-38 tahun ibu Widi mengandung Putra pertamanya. Dan sekarang beliau juga memiliki seorang putri yang semakin menambah kebahagiaan hidup mereka.

Hikmah yang bisa kupetik adalah kebaikan selalu mengiringi orang-orang yang baik. Dan kesabaran selalu berbuah manis di akhirnya. Paling tidak demikanlah yang terbukti pada Mr. professional dan Mrs. Charming-ku.

Adapun aku, berbekal pengalaman bersama guru-guru hebat ini dan klinik akuntansi di SMK, memutuskan melanjutkan pendidikanku ke Sekolah Tinggi Ekonomi jurusan Akuntansi di kota Yogyakarta. Dan sungguh baru terasa efek pengajaran beliau, aku sama sekali tidak mengalami kesulitan apapun dalam mata kuliah akuntansi yang bagi sebagian besar teman-teman kuliahku justru menjadi momok.

Bahkan seorang dosenku yang pada awalnya meremehkan lulusan SMK dari kota kecil di pulau Kalimantan ini belakangan justru terheran-heran dengan daya serapku yang tinggi atas semua materi yang diberikannya. Say thanks to Mr. Professional and Mrs. CharmingJ.

Dibanding kasus-kasus yang pernah diajarkan guruku di kampung halaman, justru kasus-kasus yang kutemui di universitas terasa tak ada apa-apanya. Mmm...mungkin karena prinsip dasar akuntansi tadi yang sudah mendarah daging di tubuhku.

Bahkan di semester III masa perkuliahanku, aku sudah mampu menjadi mentor untuk perkenalan perkuliahan akuntansi bagi mahasiswa baru. Lagi-lagi aku merasa semua itu adalah berkat ajaran dari Mr. Professional and Mrs. Charming.
.
Di kampus, tentu aku menemukan lagi beberapa dosen yang cukup menginspirasi, tapi unforgetable teacher-ku masih tetap Mr. Professional and Mrs. Charming.

Saat ini, sebagai salah satu peƱata Laporan Keuangan, lagi-lagi aku terbantu dengan ilmu yang pernah Mr. Professional and Mrs. Charming ajarkan. Baik itu ilmu yang terkait masalah akademis maupun ilmu menyangkut hubungan sosial.

Jadi, inilah aku Pegawai biasa yang cukup andal di bidangnya. Sekaligus wanita biasa yang bahagia dengan anak-anak dan suami yang luar biasa.

Terima kasih guruku: Bapak Drs. Tegen Sayuk Rimboko dan Ibu Dra. Widi Rumpakawati. Semoga Allah membalas setiap kebaikan yang telah kalian semai. Tetaplah menjadi insspirasi bagi putra-putri bangsa ini.


- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -