Diakui atau tidak,karakter yang terbentuk pada tiap individu, sedikit
banyak merupakan bentukan dari para guru. Sebagaimana kita ketahui di usia
sekolah tentu kita menghabiskan banyak waktu di lingkungan sekolah dengan para
guru sebagai panutannya.
Adalah kehidupan yang kujalani hingga saat ini, merupakan campur tangan
para guru tersebut, yang telah membimbingku sejak SD hingga masa perkuliahan
(mmm…aku gak kenal bangku TK nihJ).
Beragam karakter guru yang aku temui turut membentuk aku yang seperti saat ini,
“Bahagia dan andal di bidang yang kutekuni”.
Aku memiliki banyak guru yang kemudian menjadi inspirasi dalam hidupku.
Dan dalam kasusku, sedikit sekali guru yang bisa kulupakan karena mereka semua
istimewa dan penuh jasa.
Tapi, dalam kesempatan membincang seorang guru, maka aku ingin berbagi
sedikit kisah mengenai sosok inspiratif dari zaman SMK-ku. Beliau adalah Bapak
Drs. Tegen Sayuk Rimboko. Nama yang tak mudah dilupakan bukan? Atau justru tak
mudah diingat?
|
SMK 1 Tanah Grogot |
Apapun itu, yang pasti aku tidak bisa melupakan beliau. Hei….tentu bukan
karena beliau adalah sosok cinta pertamaku. Beliau adalah guru pengampu mata
pelajaran akuntansi, baik
akuntansi dasar maupun
akuntansi lanjutan. Dan bagiku sosok beliau mewakili apa yang disebut
sebagai guru profesional yang dibutuhkan oleh anak didik.
“Materi akan lebih mudah di pahami
jika dijelaskan dengan bahasa yang dimengerti siswa” Demikian beliau kerap
berkata. Maka karena itulah aku dan beberapa teman yang dirasa lebih piawai
daripada teman-teman yang lain bergiliran untuk maju ke depan kelas demi
menjelaskan cara pemecahan kasus akuntansi.
Dan seperti yang diucapkan guru tersebut, berkat cara pengajaran yang
demikian itulah pelajaran akuntansi tidak lagi hanya diminati oleh segelintir
siswa, tapi oleh hampir seluruh siswa dikelasku.
Dan mungkin karena yang menjelaskan adalah teman mereka, para siswa tak
segan-segan bertanya akan hal-hal yang belum mereka pahami. Tapi tentu saja
guruku akan siap sedia membenarkan jawaban dan penjelasan yang keliru.
Itulah salah satu poin penting, yang membuatku memfavoritkan guru ini.
Beliau tidak merasa superior dengan ilmunya, beliau tidak segan-segan menyuruh
kami yang dirasanya mampu untuk maju ke depan kelas dan mengajar teman-teman
lain dengan cara kami masing-masing. Beliau juga berbesar hati menerima koreksi
tatkala melakukan kesalahan.
Beliau tak segan-segan memuji jika kami memang pantas dibanggakan. Sebaliknya
beliau juga bisa dengan tegas menegur mereka yang masih bermalas-malasan dan
tidak berkonsentrasi. Intinya, beliau mengajar dengan menyenangkan. Para siswa
tidak terpaku pada penjelasan beliau saja. Terkadang beliau mengkomparasikan
penjelasannya dengan meminta pendapat dari kami, siswanya. Bukan karena beliau
bodoh atau tidak mampu menjelaskan materi tersebut. Tapi beliau dengan caranya
tersebut bermaksud memacu kami untuk mengembangkan ilmu dan lebih mendalami
materi.
Beliau juga memberikan prinsip-prinsip dasar yang sangat mudah di
logikakan, yang kedepannya menjadi acuan untuk memahami materi ini. Sehingga serumit
apapun kasus akuntansi yang dihadapi, selama siswa sudah memahami prinsip-prinsip
dasar tersebut, maka tak akan ada kesulitan berarti dalam mengerjakannya. Paling
tidak begitulah yang aku rasakan.
Adalah gagasan beliau pula hingga di SMK tempatku bersekolah saat itu,
kami membentuk klinik akuntansi. Aku dan beberapa teman yang dianggap beliau
mampu menjadi perawat-perawat di klinik tersebut, dengan beliau sebagai dokter
utamanya.
Tujuannya jelas, klinik akuntansi menangani berbagai macam kesulitan
siswa di bidang akuntansi. Memberi konsultasi bagi teman-teman maupun adik
kelas yang mengalami masalah dalam memahami pelajaran akuntansi, sampai
membedah kasus-kasus sulit lainnya.
Bagiku beliau tidak hanya guru profesional yang menguasai benar materi
yang diajarkannya, beliau juga profesional karena mampu mentransfer ilmu yang
dimilikinya kepada banyak murid-muridnya. Bukankah sudah mahfum di zaman ini,
banyak guru yang benar profesional secara keilmuan tapi kurang mumpuni dalam
bidang sosial. Terutama cara mengajar dan berkomunikasi dengan peserta
didiknya. Jadi kurasa syah-syah saja jika aku kemudian menggelarinya sebagai
Mr. Professional.
Aku sungguh bersyukur memiliki guru yang demikian berharga seperti
beliau. Dan satu lagi yang membuatku semakin tidak bisa melupakan sosok guru
ini. Istrinya….ya Istrinya. Ibu Dra. Widi Rumpakawati, mmm…nama yang unik pula
bukan?
Kebetulan istri beliau juga merupakan salah satu guru favoritku. Agak
langka menurutku, sepasang suami istri yang mengajar di tempat yang sama dan mengampu
mata pelajaran yang sama pula.
Istri beliau tidak kalah hebatnya, meski secara keilmuan beliau masih
sedikit kalah dari Bapak Tegen, tapi beliau sungguh-sungguh merupakan ikon guru
menawan yang hangat serta keibuan. Masa-masa tak terlupakan di SMK-ku tak akan
pernah terlepas dari ingatan akan sosok beliau.
Sama seperti Bapak Tegen, Ibu Widi juga cerdas dalam berhubungan dengan
para siswa. Ditengah-tengah proses belajar mengajar, Beliau kerap membagikan
pengalaman-pengalaman pribadinya yang bisa memotivasi peserta didiknya. Beliau juga
dengan senang hati mendengarkan curhat peserta didiknya dan memberi
masukan-masukan sesuai masalah yang dihadapi siswanya. Seperti masalah
percintaan, persahabatan, bahkan persaingan. Beliau mampu membincangkannya dengan santai tanpa kesan menggurui
namun tetap memasukkan unsur-unsur pendidikan.
Dan beliau pulalah yang selalu menasehati kami untuk menjauhkan diri dari
pergaulan bebas dan hal-hal buruk lainnya. Beliaulah yang kerap mengingatkan
kami untuk menjaga persahabatan, dan terus memacu semangat kami untuk menjadi
anak yang membanggakan orang tua. Kelemah-lembutan beliau dalam caranya
mendidik kami menambah daya tarik beliau yang memang sudah sangat menawan.
Pantaslah jika aku menggelarinya sebagai Mrs. Charming.
Dalam asuhan mereka yang luar biasa, Mr. Professional dan Mrs. Charming, mengantarkanku memperoleh nilai sempurna pada
ujian kompetensi di tahun kelulusanku.
Mr. Professional feat Mrs. Charming. merupakan perpaduan ayah dan ibu
yang klop bagi kami siswa-siswi di SMK 1 Tanah Grogot Kalimantan Timur,
khususnya lagi bagi kami siswa-siswi jurusan akuntansi.
Ada kisah yang mengharukan tentang sepasang guru luar biasa ini. Dalam
kelapangan dan kebahagiaan hidup mereka, rupanya Allah berkenan menguji mereka
dengan belum mempunyai anak di usia perkawinan mereka yang sudah
bertahun-tahun. Ibu Widi pernah menceritakan hal ini di depan kelas, betapa
kerinduan beliau untuk mendidik anak tersalurkan dengan mengajar anak-anak
didiknya. Aku jadi memaklumi mengapa beliau begitu sabar dalam menghadapi ulah
anak-anak didiknya yang terkadang membuat sakit kepala.
Suatu waktu, di tahun terakhirku di SMK, mereka mengadopsi seorang bayi
baru lahir yang kebetulan ibunya telah meninggal dunia pasca melahirkan. Dengan
suka cita beliau berpamitan kepada kami untuk pulang ke Jawa demi menjemput
sang bayi adopsi. Qodarullah, bayi itu tumbuh sehat dalam pengawasan mereka dan
wajahnya pun sangat mirip dengan Ibu widi.
Selang beberapa tahun, ketika aku sedang berada di rantau orang aku
mendengar berita kematian sang putra adopsi. Tapi sungguh Allah Maha besar,
kesabaran mereka diganjarNya dengan jauh lebih baik. Setelah kematian putra
adopsinya, di usia ke-38 tahun ibu Widi mengandung Putra pertamanya. Dan
sekarang beliau juga memiliki seorang putri yang semakin menambah kebahagiaan
hidup mereka.
Hikmah yang bisa kupetik adalah kebaikan selalu mengiringi orang-orang
yang baik. Dan kesabaran selalu berbuah manis di akhirnya. Paling tidak
demikanlah yang terbukti pada Mr. professional dan Mrs. Charming-ku.
Adapun aku, berbekal pengalaman bersama guru-guru hebat ini dan klinik
akuntansi di SMK, memutuskan melanjutkan pendidikanku ke Sekolah Tinggi Ekonomi
jurusan Akuntansi di kota Yogyakarta. Dan sungguh baru terasa efek pengajaran
beliau, aku sama sekali tidak mengalami kesulitan apapun dalam mata kuliah
akuntansi yang bagi sebagian besar teman-teman kuliahku justru menjadi momok.
Bahkan seorang dosenku yang pada awalnya meremehkan lulusan SMK dari kota
kecil di pulau Kalimantan ini belakangan justru terheran-heran dengan daya
serapku yang tinggi atas semua materi yang diberikannya. Say thanks to Mr. Professional and Mrs. CharmingJ.
Dibanding kasus-kasus yang pernah diajarkan guruku di kampung halaman,
justru kasus-kasus yang kutemui di universitas terasa tak ada apa-apanya. Mmm...mungkin
karena prinsip dasar akuntansi tadi yang sudah mendarah daging di tubuhku.
Bahkan di semester III masa perkuliahanku, aku sudah mampu menjadi mentor
untuk perkenalan perkuliahan akuntansi bagi mahasiswa baru. Lagi-lagi aku
merasa semua itu adalah berkat ajaran dari Mr. Professional and Mrs. Charming.
.
Di kampus, tentu aku menemukan lagi beberapa dosen yang cukup menginspirasi,
tapi unforgetable teacher-ku masih
tetap Mr. Professional and Mrs. Charming.
Saat ini, sebagai salah satu peƱata Laporan Keuangan, lagi-lagi aku
terbantu dengan ilmu yang pernah Mr. Professional and Mrs. Charming ajarkan.
Baik itu ilmu yang terkait masalah akademis maupun ilmu menyangkut hubungan
sosial.
Jadi, inilah aku Pegawai biasa yang cukup andal di bidangnya. Sekaligus
wanita biasa yang bahagia dengan anak-anak dan suami yang luar biasa.
Terima kasih guruku: Bapak Drs. Tegen Sayuk Rimboko dan Ibu Dra. Widi
Rumpakawati. Semoga Allah membalas setiap kebaikan yang telah kalian semai.
Tetaplah menjadi insspirasi bagi putra-putri bangsa ini.