Posted by : Sara Amijaya Wednesday 5 June 2019

Sedari terbit fajar kumandang takbir sudah terdengar berulang-ulang, menandai hari kemenangan, hari yang fitri. Saat hari mulai terang, jalan-jalan pun mulai padat, laki-laki, perempuan, orangtua, anak-anak, semua berbondong-bondong menuju lapangan dimana sholat idul fitri akan dilaksanakan.
Sambil menunggu jamaah lain berdatangan, takbir tak henti-henti dikumandangkan. Di sela-sela itu seorang petugas masjid mengedarkan kotak infaq yang hanya berupa kantong kresek transparan, yang mana dana infaq ini akan digunakan kembali untuk kemaslahatan masyarakat sekitar.
Saat kotak infaq itu tak lagi jauh dari barisan kami, gadis kecil -yang tidak terlihat kecil- yang duduk disampingku tampak sembunyi-sembunyi merogoh tas kecilnya, usianya tak lebih dari 12 tahun. Ia tampak melipat-lipat uang. Ia melakukannya hati-hati seolah-olah begitu takut dan malu jika ada yang memergokinya. Sekali-kali ia melirik ke arahku yang segera berpura-pura tak memperhatikan.
Saat kotak infaq mendekat dengan sigap ia memasukkan lipatan uang yang sedari tadi disiapkannya, uang kertas lima ribu rupiah yang sudah tampak lusuh. Dia tampak lega ketika mengira tak ada yang mengetahui rahasianya, sementara aku diam-diam menghapus titik bening di sudut mata.
Tahukah kalian, itu bukan lembar lima ribu biasa, di dalamnya ada lembar lima puluh ribuan yang entah berapa lembar. Gadis itu menyembunyikan infaq puluhan atau mungkin ratusan ribunya dibalik lembar lima ribu lusuh.
Allahu akbar.
Aku belajar sekaligus merasa tertampar. Begitulah seharusnya kita menyembunyikan amal kebaikan sebagaimana kita menyembunyikan aib keburukan. Gadis kecil ini bahkan sudah memahami konsep itu, sementara berapa banyak orang dewasa yang justru berlomba-lomba membanggakan infaq sedekahnya.

Aku pun seketika teringat hadist nabi tentang orang-orang yang pertama kali diadili, salah satunya adalah seseorang yang dikaruniakan keluasan harta dan beragam kekayaan. Saat dibawa kehadapan Allah ia ditunjukkan semua kenikmatan yang diperolehnya di dunia dan  ia pun mengakui semua nikmat yang telah diterimanya tersebut. Lantas Allah bertanya bagaimana ia menggunakan nikmat itu.
Ia menjawab, ‘Saya senantiasa menggunakannya untuk berinfak karena-Mu’
Namun, Allah Ta'ala berfirman, ‘Kamu bohong. Akan tetapi kamu melakukan hal tersebut agar kamu disebut-sebut sebagai orang yang dermawan. Dan kenyataannya kamu telah disebut-sebut demikian.’ 
Maka orang ini pun diseret pada wajahnya dan dilemparkan ke dalam neraka.
Naudzubillah min dzalik...
Sungguh, kita akan mendapatkan sesuai apa yang kita niatkan. Semoga kita senantiasa meluruskan niat dalam setiap amal kebaikan dan kelak hanya mendapatkan kebaikan pula.
______________________
PS:
Aduhai, jangan tanya siapa gadis kecil itu. Doakan saja ia semakin sholehah dan bisa meneruskan hafalan Qur'annya.
Semoga kita dikaruniai anak-anak sholeh/sholehah yang menjadi penyejuk mata di dunia, dan menjadi pembuka pintu surga kelak di akhirat.
----
Catatan Hati, Tanah Grogot, 1 Syawal 1440 H

- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -