Putri sulungku, Amma Bulan ini genap berusia 6 Tahun. Sepanjang
6 tahun ini jangan ditanya betapa banyak tawa, kekesalan juga inspirasi yang
telah dihadirkannya ditengah-tengah kami.
|
Amma yang kadang sok gede ^_^ |
Seperti di suatu sore yang cerah itu. Amma dan adiknya
Ofi (hampir 3thn) tengah menikmati kudapan sore dan menonton kartun bersama. Aku
tengah bersantai dikamar dengan novel ditanganku. Suamiku sibuk dengan
print-printannya di ruang samping sambil mengawasi anak-anak. Saat itulah
sebuah sms masuk. Dan aku yang kadung malas bangun dari posisi nyamanku dengan
teledornya justru berteriak-teriak “abang….abang…. ada sms tuh dari temennya”.
Aku tau suamiku kurang suka dengan kebiasaanku itu, jadi setengah yakin dia
bukan tidak mendengar tapi sengaja mengacuhkanku. Dan aku sedang kumat jailnya
sehingga terus-terusan mengulangi panggilanku itu dengan nada berbeda-beda.
Alih-alih meladeniku suamiku justru kian asyik dengan pekerjaannya. Reaksi tak terduga justru muncul dari Amma putri
sulungku. Dengan suara kesal dia berkata pada abinya “ Abang….abang tuh
dipanggil adek sayangnya, dijawab dong kalau gak tuh si adek sayang gak bakal
diam-diam. Kami ini lagi nonton berisik tau”
Aku yang mendengar gerutuan kesal si Amma, kontan
terbahak-bahak, melempar novel yang kupegang dan langsung lari keluar menemui
suamiku. Suamiku juga menyambutku dengan tawa yang gak kalah hebohnya. “Tuh,
dek jangan berisik ngapa?” kata suamiku dengan tawa lebarnya.
“Ih, dah ketemu juga masih ribut aja” lagi-lagi itu
protes si Amma. Deuuu…perutku serasa kram menahan tawa. Sok gedenya itu loh
bikin gak kuat.
Dan bagaimanapun pada akhirnya aku dan suamiku jadi
berdiskusi tentang panggilan kami satu sama lain yang gak berubah dari dulu.
Aku tetap memanggilnya “abang”, dan suamiku masih selalu memanggilku “adek”.
Panggilan yang seringkali menjadi olok-olokan Amma.