Posted by : Sara Amijaya Friday 15 November 2019

Dalam salah satu tanya jawab Quora, saya membaca sebuah kisah yang menyesakkan. Kisah ini saya tulis ulang dengan harapan kita tak perlu merasakan kepahitan yang sama, cukuplah belajar dari apa yang terjadi pada wanita ini. Sebut saja namanya, Arum.

Wanita ini terpaksa bekerja menjadi pembantu rumah tangga, setelah suaminya menderita sakit yang mebuat sang suami hanya terbaring di tempat tidur. Otomatis, biaya sekolah dan biaya berobat sang suami menjadi beban yang harus diambil alihnya.
Pada awalnya ia menyukai pekerjaannya. Majikannya pasangan suami istri yang baik dan harmonis meski belum memiliki anak. Keduanya pun sama-sama bekerja. Namun, entah karena apa sang majikan pria mulai berubah.
Majikannya seolah mengintai dan senantiasa mengawasi setiap pekerjaannya. Awalnya Arum mengira, bahwa sang majikan mencurigainya akan mencuri atau belum mempercayainya dalam mengurus rumah mereka. Namun, semua terjawab saat majikan wanitanya sedang dinas ke luar kota.
Majikan prianya datang dan mengaku tertarik kepada Arum. Ia menawarkan sejumlah uang untuk melayaninya. Namun, Arum menolak tegas. Pun demikian, belum mendapat pekerjaan lain, Arum terpaksa meneruskan bekerja di rumah tersebut. Majikannya pun tak bersikap kurang ajar atau memaksanya. Hanya terus-menerus memperhatikannya.
Sementara itu, kondisi suami Arum mengharuskannya menjalani terapi agar bisa kembali pulih. Tentu bukan biaya yang murah, terlebih di saat yang sama anak Arum membutuhkan dana yang cukup besar untuk keperluan sekolahnya. Maka, saat sang majikan kembali memberi penawaran serupa Arum memutuskan mengiyakan.
Terhitung Arum melakukan 3 kali pelayanan, hingga mendapatkan uang yang cukup besar. Pengobatan suaminya berjalan lancar dan menunjukkan progress sembuh yang signifikan. Pun begitu, Arum selalu dibayangi penyesalan dan rasa bersalah. Ia pun memutuskan bertaubat dan berhenti, agar tak kembali tergoda mendapatkan uang instan.
Allah berkehendak bahwa suaminya sehat kembali dan sudah bisa kembali bekerja. Arum merasa cukup lega namun memutuskan untuk tetap mencari kerja untuk menopang keluarga jika hal-hal buruk kembali terjadi.
Sayangnya, kebahagiaan tak berlangsung lama. Arum mendapati suaminya berselingkuh dengan seorang wanita. Arum teringat akan 'dosanya' sendiri dan merasa bahwa pengkhianatan sang suami adalah karma atas perbuatannya dengan sang majikan. Arum kemudian memutuskan bercerai dan menghidupi anaknya sendiri.

Apa yang saya pelajari dari kisah kehidupan Arum bukanlah tentang karma sebagaimana yang dipikir Arum tengah diterimanya. Namun, tentang membuat keputusan yang tepat dalam situasi super sulit.
Sebagai seorang muslimah, saya percaya keimanan akan membuat kita berpedoman pada perkara halal haram sesuai tuntunan syariat. Betapa banyak orang yang 'terpaksa' memilih jalan yang salah karena merasa dalam kondisi terdesak, namun jika kita pikirkan secara tenang, maka hal tersebut hanyalah bukti lemahnya keimanan kita.
Pun demikian, menyadari kesalahan dan bertaubat adalah sebaik-baik jalan kembali. Semoga kita bisa mengambil ibrah atas setiap peristiwa dan memilih pilihan terbaik dengan menggenggam erat-erat pedoman yang tertuang di dalam Al Qur'an dan Al Hadist.
Semoga Allah mudahkan setiap kerumitan hidup kita, dan hanya kepadaNyalah kita meminta pertolongan.
---
Paser, 15 November 2019

- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -