Posted by : Sara Amijaya Sunday 24 November 2019

Sebagai ibadah terlama, maka tak heran jika bahtera pernikahan kerap mendapat ujian beragam dan tak jarang hal sepele dapat menjadi penyebab retaknya rumah tangga.
Termasuk urusan romantisme yang ternyata jauh dari bayangan. Inilah yang dirasakan Nia (bukan nama sebenarnya). Bertahun-tahun menikah dengan Ahsan, ia berharap karakter suaminya yang pendiam dan selalu rasional bisa sedikit melunak.
Nia mengharapkan kejutan-kejutan kecil atau gombalan yang meronakan pipi, sayangnya Ahsan tetaplah sosok suami yang bertanggung jawab tapi tak pernahbisa romantis seperti harapan Nia.
Perasaan Nia luntur dan ia bulat meminta cerai. Tentu saja Ahsan terkejut, karena menurutnya semua baik-baik saja. "Katakan, apa yang bisa kulakukan agar engkau berubah pikiran?'" tanya Ahsan kepada istrinya.
Nia berpikir sesaat dan lalu bertanya, "Seandainya ada bunga yang terletak di tepi jurang, dan aku memintanya meski membahayakan nyawamu, maukah kamu mengambilnya untukku?”
Akan aku jawab besok” Jawab Ahsan singkat.
Jawaban yang membuat harapan Nia sirna. Karakter memang susah berubah pikirnya sedih.

Referensi pihak ketiga
Saat pagi terbangun, Nia tak lagi mendapti sang suami. Namun, Ia mendapati segelas susu dan sepucuk surat.
Sayangku, maafkan aku. Inilah jawabanku: Aku tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi biarkan Aku menjelaskan alasanku.”
Kalimat pembuka yang membuat kekecewaan Nia semakin besar. Namun dilanjutkannya pula membaca surat itu. Mungkin terakhir kalinya, pikir Nia.
 “... Ketika kamu menggunakan komputer, kamu selalu bermasalah dengan program-programnya, kemudian Kamu menangis di depan monitor. Aku harus menjaga jariku, agar bisa tetap membantumu memperbaiki programnya. Kamu selalu lupa membawa kunci pintu kalau keluar rumah, jadi Aku harus menjaga kakiku untuk berlari pulang agar Kamu bisa segera masuk ke dalam rumah. Kamu suka jalan-jalan, tapi Kamu selalu nyasar di tempat yang baru, jadi Aku harus menjaga mataku agar bisa memberitahumu jalan yang benar. Kamu selalu keram setiap bulan saat “teman baikmu” datang, jadi Aku harus menjaga tanganku untuk mengelus perutmu dan meredakan rasa keram itu...”
“... Kamu selalu suka untuk tetap di rumah, dan Aku khawatir Kamu tidak memiliki teman. Jadi Aku harus menjaga mulutku, agar bisa terus menceritakan cerita-cerita lucu untuk menghilangkan kebosananmu. Kau selalu suka menatap komputer, dan itu buruk untuk matamu. Jadi Aku harus menjaga mataku, agar kalau kita tua nanti, aku bisa membantu memotong kukumu, dan membantumu menyibak ubanmu yang mengganggu, jadi Aku bisa memegang tanganmu, sambil memandang pantai berdua. kamu bisa menikmati sinar matahari, dan pasir yang indah, Sayangku, kecuali aku yakin ada orang lain yang mencintaimu lebih dari Aku. Aku baru akan rela memetik bunga itu untukmu dan mati...”
Membaca baris demi baris surat itu, Nia tak kuasa menahan tangis. Cinta yang dipikirnya sudah kandas, seketika bersemi kembali. Inilah semua kebaikan sang suami yang selama ini tertutupi saat ia mendambakan keromantisan semu ala drama percintaan yang kerap dilihatnya.
“... Sekarang Kamu sudah selesai membaca jawabanku. Kalau kamu puas dengan jawabanku, tolong buka pintu depan, karena aku sedang berdiri menunggumu sambil membawa roti dan susu segar kesukaanmu...”
Nia berlari menuju pintu depan, dan membuka pintu demi mendapati sosok pria sederhana yang tersenyum pasrah dengan memeluk erat botol susu dan roti di tangannya. Dialah, lelaki halalnya yang selama ini terus mencurahinya cinta tanpa kata.
Sahabat, cinta memang tak selalu terucap dengan kata ataupun hadiah. Namun, ingat-ingatlah semua kebaikan pasangan anda, sekecil apapun itu. Niscaya anda akan menyadari bahwa cinta tak pernah jauh dari anda. Hanya saja ia kerap hadir dalam beragam rupa.


Referensi pihak ketiga


- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -