Posted by : Sara Amijaya Monday 18 November 2019

pernikahan bukanlah hal main-main yang bisa dibatalkan semudah membalik telapak tangan. Namun, dengan beragam alasan, pembatalan pernikahan menjelang hari H banyak kita saksikan di sekeliling kita.
Ada kalanya kita baru menyadari 'kekurangan' pasangan yang sama sekali tidak bisa ditoleransi, atau kita justru baru menyadari perasaan sendiri. Dalam kasusu ini, tak banyak yang berani memutuskan untuk membatalkan pernikahan karena menjaga nama baik keluarga besar. Namun, tak sedikit pula yang memilih malu saat itu ketimbang harus bercerai di kemudian hari.
Dan tentu banyak pula pembatalan pernikahan sepihak karena alasan yang sungguh membuat pilu, salah satunya kisah berikut ini.

Referensi pihak ketiga
Sebut saja Paijo dan Marni (bukan nama sebenarnya), kedua sejoli ini tinggal di desa yang sama, bahkan jarak rumah keduanya hanya sekitar 2 km. Saling mencinta sejak lama dan lamaran pun telah diterima. Paijo bahkan telah menyerahkan seserahan berupa barang dan uang tunai sebagai biaya pernikahan sederhana berbilang belasan juta rupiah.
Namun, taqdir memang kerap tak terduga, tanpa alasan keluarga Marni membatalkan pernikahan selang beberapa ihar sebelum hari H. Marni pun tak kuasa menolak titah sang ayah, ia bahkan tak terlihat dimanapun. Ayah Marni hanya diketahui tengah mengikuti pemilihan kepala desa dan mereka berjanji akan mengembalikan uang Paijo setelah pemilihan selesai.
Tak salah jika Paijo memiliki praduganya sendiri, bahwa uang seserahannya telah dihabiskan sang calon mertua sebagai biaya pencalonan kepala desa. Sehari setelah pembatalan pernikahan, salah satu keluarga Marni datang menemui Paijo dan keluarganya. Memberitahu ihwal sebenarnya.
Malam sebelumnya, seorang tamu dari ibu kota tiba, membawa uang puluhan juta sebagai mahar melamar Marni. Ayah Marni yang membutuhkan dana segar untuk pencalonan kepala desa segera menerima uang tersebut tanpa pikir panjang.
Tentu saja, ayah Marni harus membatalkan pernikahan putrinya dengan Paijo, karena saat itu ia telah menukar putrinya dengan uang senilai puluhan juta. Marni dibawa ke ibu kota setelah pernikahan sirri yang digelar mendadak.
Tahukah sahabat, dimana tragedi ini berujung? Sang ayah gagal dalam pemilihan kepala desa. Jangan tanya soal pengembalian uang keluarga Paijo, tak ada yang tersisa, bahkan kebahagiaan putrinya pun terbang entah kemana.

Referensi pihak ketiga

Ambisi, dalam suatu sisi adalah apa yang mendorong seseorang untuk terus maju dan meraih 'puncak kesuksesan'. Namun, tanpa kebeningan hati, ambisi tak lebih pisau berkarat yang akan melukai diri dan orang-orang terkasih di sekeliling kita.
Semoga kisah ini menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa ada hal-hal yang terlalu berharga untuk ditukar dengan rupiah dan jabatan belaka.
---
Sumber Referensi:
Salah satu kisah Quoran

- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -