Posted by : Sara Amijaya Friday 22 November 2019

Sebut saja wanita ini Maira. Ia mempersiapkan banyak hal untuk mengikuti tes CPNS tahun 2018 lalu. Untuk sampai ke tempat tes ia bahkan rela menempuh perjalanan darat selama 15 jam. Singkat cerita Maira dinyatakan lulus tes pertama (SKD) dan harus mengikuti tes final (SKB) yang kembali dilakukan di tempat pertama, 15 jam perjalanan darat dari kediamannya.


Maira mempersiapkan diri semaksimal mungkin, tak ada hari tanpa belajar dan belajar. Ia juga terpaksa mengeluarkan kocek lumayan dari hasil menjual daun pisang dan daun pandan di pasar demi memenuhi persyaratan lainnya. Membeli baju putih kemeja, kaos serta celana training untuk tes fisik. Juga menyiapkan surat kesehatan dari rumah sakit pemerintah.

Maira berangkat dari kediamannya sejak sabtu sore, sementara ujian akan dilaksanakan pada hari Senin pagi. Ia bahkan rela menumpang tidur di salah satu masjid tempatnya mengikuti tes.

Pada hari H, Maira merasa berada dalam kondisinya yang prima. Dan ia siap 'berjuang' maksimal. Saat ujian sudah mulai berlangsung, tempat ujian dihebohkan dengan salah satu peserta yang datang terlambat. Perlu kebijakan internal sebelum peserta yang terlambat ini diizinkan mengikuti tes. Sebut saja Andi.

Maira dan Andi, kebetulan duduk bersebelahan dan mereka sempat berkenalan. Maira mendengarnya sendiri bahwa Andi datang telat lantaran semalam begadang menonton pertandingan sepak bola.

Ujian demi ujian terlewati. Di sela-sela waktu ujian fisik, Andi dan Maira kembali mengobrol. Maira mendapati kenyataan bahwa rekannya itu sungguh tanpa persiapan matang mengikuti tes CPNS. Surat kesehatannya baru diurus dini hari tadi di klinik swasta. Baju olahraga pun hasil meminjam, karena lupa membeli.
Pun demikian, Maira tetap mensupportnya dan mengatakan 'semoga lulus' karena mereka memang bukan saingan dalam formasi yang sama.

Ujian selesai, dan peserta tes CPNS ini kembali ke rumah masing-masing dengan segenap asa dan doa agar memperoleh hasil terbaik. 

Pada hari pengumuman, Maira mendapati bahwa dirinya tidak lolos. Dan ia melihat nama Andi tertera sebagai salah satu peserta yang lolos menjadi CPNS.

Saat itu Maira menangis. Bahkan ia masih merasa pilu hingga hari ini. Mengingat semua doa dan usahanya seolah tak menghasilkan apa-apa. Ia tak mendapatkan pekerjaan layak, sementara ia begitu ingin membahagiakan orangtuanya dan membanggakan mereka. Maira lantas berkesimpulan bahwa pernyataan 'usaha tidak akan mengkhianati hasil' adalah omong kosong belaka.

---
Membaca kisah tersebut, saya sangat memahami kekecewaan Maira. Namun, bukankah sudah lumrah dalam kehidupan bahwa apa yang kita dapatkan tidak melulu sesuai dengan apa yang kita inginkan dan usahakan. Hal ini tentu tak lepas dari taqdir dan kehendak Allah Ta'ala yang kesemuanya memiliki hikmahnya sendiri.
Pun demikian, terkadang kita mengedepankan prasangka buruk sehingga tak bisa 'membaca' hikmah di balik apa yang telah Allah tetapkan.
Bisa saja, Allah menyelamatkan Maira dari segala 'sisi negatif' pegawai negeri. Bisa saja Allah menghendaki Maira terselamatkan dari sifat sombong dan yang semisal. Bisa saja Allah telah menyiapkan hal yang jauh lebih baik untuk Maira di depan sana.
Bersabar dan bersyukur dalam setiap keadaan memang hal mudah diucapkan tapi tak selalu mudah dilaksanakan. Butuh keimanan dan keyakinan untuk menjalankannya.
Saya pribadi percaya bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil. Namun hasil yang diperoleh tidak sellau persis sama dengan apa yang kita inginkan.
Bagaimana menurut anda?


----
Sumber Referensi:

kisah Quoran

- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -