Sebagian
besar perempuan terjebak pada perangkap psikologis
bahwa
mereka akan selamat dalam menjalani kehidupan ini
jika memiliki pelindung sejati bernama:
Laki-laki.
--Cinderella syndrome--
Sebagai
wanita dengan pola pikir yang cenderung konservatif, kalimat di atas jelas
menggelitik rasa ingin tahuku. Dan begitulah aku mulai melahap lembar demi
lembar novel “Cinderella Syndrom”
hasil olah kata seorang sahabat novelis : Leyla
Hana.
Seperti
biasa tutur novel ini sederhana,
mengalir lincah namun tetap sarat makna. Dimana Para tokoh sentralnya dengan
beragam dilema kehidupan membuat mereka tiba di titik keputusan bahwa pernikahan akan menyelamatkan
atau membuat kehidupan mereka menjadi jauh lebih baik.
Erika
dengan trauma masa lalu adalah wanita yang berkeinginan untuk terus bebas
seumur hidupnya, dan sebuah permasalahan tiba-tiba membuatnya berpikir mungkin
pernikahan adalah jalan keluar terbaiknya.
Violet
seorang penulis yang tidak mandiri dan amat sangat buta arah hingga membuatnya
sering tersesat dan menimbulkan banyak masalah berniat menikah hanya karena
ingin memiliki pengawal pribadi.
Annisa
seorang guru TK memimpikan menikah dengan pria mapan yang akan membawanya pergi
dari ritme hidupnya yang membosankan.
Novel ini
bertutur dari masing-masing sudut pandang para tokoh, Membuatku terus
bertanya-tanya di bab keberapakah aku akan menemukan benang merah yang akan
menghubungkan ketiga tokoh tersebut. Dan dengan sedikit kecewa aku
menyelesaikan novel tersebut ketika menemukan kenyataan bahwa benang merah yang
menghubungkan ketiga tokoh ini hanyalah si Cinderella syndrome. Sejujurnya aku
mengharapkan ending kejutan yang menghubungkan ketiga kisah hidup para
tokohnya.
Lepas
dari ketidakpuasan tersebut novel ini adalah satu dari sedikit novel yang
mengangkat isu hidup melajang dengan sangat manis dan santun. Banyak quote
inspiratif dan sarat pesan moral menjadikan novel ini layak baca bagi semua
kalangan, remaja, dewasa, lajang, menikah, pria maupun wanita.
Bagiku
pribadi, novel ini membuatku merenung dan menarik nafas panjang. Membuatku meresapi ulang tujuan sebenarnya
sebuah pernikahan. Ya pernikahan itu bukan berarti melimpahkan tanggung jawab
pribadi wanita kepada sang pria. Karenanya aku sangat setuju dengan salah satu
quote dibuku tersebut:
Ketika Cinderella telah menjadi seorang putri
dengan kualitas yang ditempanya sendiri, takdir pun mempertemukannya dengan
pangeran, belahan jiwanya. Cinderella telah siap dipinang oleh sang pangeran.
Mereka pun menikah dan hidup bahagia selamanya.
Dan
begitulah buku ini sukses menjadi amunisi bagi hati yang tengah galau tentang
sebuah pernikahan.
Judul | Cinderella
syndrom
Penulis | Leyla
Hana
Penerbit | Salsabila
PUSTAKA AL-KAUTSAR
Tahun Terbit | Mei
2012
Tebal | 240 hlm
ISBN | 978-602-98544-2-8