Aisyah binti Abu Bakar
Salah satu istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
paling dikenal oleh umatnya adalah Aisyah radhiallahu ‘anha. Ummul mukminin
Aisyah memiliki banyak keistimewaan yang tidak dimiliki oleh ummahatul mukminin
yang lain. Di antaranya, dialah satu-satunya istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam yang Allah turunkan wahyu dari atas langit ketujuh untuk membela
kehormatannya. Bukan satu atau dua ayat, tapi Allah firmankan 10 ayat (QS.
An-Nur: 11-20) yang membela kehormatan Aisyah radhiallahu ‘anha dan
terus-menerus dibaca hingga hari kiamat. Menodai kehormatan Aisyah sama saja
mengingkari Alquran. Oleh karena itu, para ulama memvonis kafir orang-orang
yang merendahkan kehormatan Aisyah radhiallahu ‘anha.
Ummul mukminin Aisyah radhiallahu ‘anha dilahirkan pada
tahun ke-7 sebelum hijrah. Ia adalah seorang wanita Quraisy putri dari
laki-laki yang paling mulia setelah para nabi dan rasul, yaitu Abu Bakar
ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu dan ibunya adalah Ummu Ruman radhiallahu ‘anha.
Sebelum menikahi Aisyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam melihatnya 3 malam berturut-turut dalam mimpinya dan mimpi Nabi adalah
wahyu. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menuturkan mimpinya,
“Aku melihatmu (Aisyah) dalam mimpiku selama tiga malam.
Malaikat datang membawamu dengan mengenakan pakaian sutra putih. Malaikat itu
berkata, ‘Ini adalah istrimu’. Lalu kusingkapkan penutup wajahmu, ternyata itu
adalah dirimu. Aku bergumam, ‘Seandainya mimpi ini datangnya dari Allah, pasti
Dia akan menjadikannya nyata’. (HR. Bukhari dan Muslim).
Jadi, Nabi menikahi Aisyah adalah perintah dari Allah
Ta’ala.
Aisyah dinikahi Rasulullah saat berusia 9 (terhitung sejak
Rasulullah bercampur dengan Aisyah) tahun dan rumah tangga yang suci ini
berlangsung selama 9 tahun pula. Aisyah menuturkan,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahiku saat
aku berusia 6 tahun dan berumah tangga bersamaku (menggauliku) saat aku berusia
9 tahun.” (Muttafaq’ alaihi).
Umur Aisyah yang sangat dini menjadi polemik di masa kini.
Karena orang-orang sekarang menimbang masa lalu dengan kaca mata masa kini.
Padahal tidak ada satu pun orang-orang kafir Quraisy, Abu Jahal dkk., mencela
pernikahan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengna Aisyah. Kita ketahui
orang-orang kafir Quraisy mengerahkan segala cara untuk menjatuhkan kedudukan
Rasulullah, hingga fitnah yang di luar nalar pun akan mereka lakukan demi
rusaknya imge Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di tengah manusia.
Mereka menyebut beliau pendusta dan tukang sihir setelah mereka sendiri
menggelarinya al-amin. Artinya, nalar Abu Jahal dkk. tidak terpikir untuk
mencela Rasulullah yang menikahi Aisyah yang masih sangat muda.
Salah satu hikmah dari pernikahan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dengan Aisyah radhiallahu ‘anha adalah menghapus anggapan
orang-orang terdahulu yang menjadi norma yang berlaku di antara mereka yaitu
ketika seseorang sudah bersahabat dekat, maka status mereka layaknya saudara
kandung dan berlaku hukum-hukum saudara kandung. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam adalah sahabat dekat. Ketika Rasulullah hendak menikahi Aisyah, Abu
Bakar sempat mempertanyakannya, karena ia merasa apakah yang demikian
dihalalkan.
Dari Aurah, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang
kepada Abu Bakar untuk melamar Aisyah. Lalu Abu Bakar berkata, ‘Sesungguhnya
aku ini saudaramu’. Nabi menjawab, ‘Iya, engkau saudaraku dalam agama Allah dan
Kitab-Nya dan ia (anak perempuanmu) itu halal bagiku’.” (HR. Bukhari).
Rasulullah hendak memutus kesalahpahaman ini dan mengajarkan
hukum yang benar yang berlaku hingga hari kiamat kelak.
Saat ibunda Aisyah radhiallahu ‘anhu berusia 18
tahun, di pangkuannya, sang suami tercinta wafat meninggalkannya untuk
selamanya. Dan saat berusia 65 tahun ia pun baru menyusul sang kekasih pujaan
hati. Dengan demikian, selama 47 tahun Aisyah hidup sendiri tanpa suami.