Posted by : Sara Amijaya Wednesday 23 March 2016

Al-Quran dan as-sunnah mengharuskan kita agar memurnikan ibadah hanya kepada Allah semata dan mengharamkan kesyirikan.

Tidak disangsikan lagi, bahwa berdoa, beristighatsah, dan meminta pertolongan kepada orang-orang yang sudah mati,karena tertimpa berbagai musibah dan malapetaka,merupakan beberapa bentuk perbuatan menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling besar.
Demikian pula, berdoa kepada orang-orang yang sudah mati tersebut dalam kondisi lapang juga termasuk menyekutukan Allah.

Orang-orang musyrik dahulu, apabila mereka tertimpa malapetaka yang sangat dahsyat, maka mereka biasanya langsung memurnikan ibadah hanya kepada Allah saja. Akan tetapi, apabila malapetaka itu sudah berlalu, maka mereka kembali menyekutukan Allah.

Hal ini sebagaimana yang difirmankan oleh Allah dalam ayat berikut:

فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ

“Maka apabila mereka naik kapal mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah).” (QS. Al-Ankabut: 65)

Ayat yang semakna dengan ini jumlahnya amat banyak.

Sedangkan orang-orang musyrik pada zaman kita sekarang, mereka senantiasa berbuat syirik, baik dalam kondisi lapang maupun tertimpa musibah. Bahkan (yang lebih parah lagi), dalam kondisi tertimpa musibah, kesyirikan mereka justru bertambah menjadi-jadi, wal’iyadzu billah.

Dengan demikian, jelaslah bahwa kekafiran orang-orang musyrik sekarang, itu lebih besar dan lebih parah daripada kekafiran orang-orang musyrik pada zaman dahulu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)

فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadah kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya).” (QS. Al-Mukmin: 14)

إِنَّا أَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصاً لَّهُ الدِّينَ. أَلاَ لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ

“Sesunguhnya Kami menurunkan Kitab (Al-Quran) kepadamu dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik).” (QS. Az-Zumar: 2–3)

ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِن قِطْمِيرٍ. إِن تَدْعُوهُمْ لاَ يَسْمَعُوا دُعَاءكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلاَ يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ

“Yang (berbuat) demikian Allah Rabbmu, kepunyaan-Nya-lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu, dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagaimana yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui.” (QS. Fathir: 13–14)

Makna ayat-ayat di atas mencakup seagala sesuatu yang diibadahi selain Allah, seperti para nabi, orang-orang shalih, dan lain sebagainya.

🌍www.konsultasisyariah.com

- Copyright © Sara's Talk - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -